Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Tolonglah Dokter Kita, Supaya Kita Juga Tertolong

28 Maret 2020   23:19 Diperbarui: 30 Maret 2020   21:17 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Michal Jarmoluk dari Pixabay

Bersatu melawan penyebaran virus Corona. Syarat persatuan adalah kepercayaan. Dan kepercayaan timbulnya dari kejujuran.

'Primum non nocere' adalah prinsip seorang dokter. Maknanya 'first, do no harm'. Seorang dokter mengabdikan hidupnya untuk kesejahteraan pasien, semenjak sumpah tersebut diikrarkan.

Namun bagaimana bisa seorang dokter mengaplikasikan sumpah tersebut manakala pasien tidak dapat diajak kerja sama?

Dengan ketidakjujuran dalam proses anamnese, tanya jawab, maka hal tersebut bakal mengarah ke suatu misdiagnosis (salah mendiagnosis) atau diagnosis yang tidak tepat. Alhasil terapi yang diberikan juga akan tidak sesuai dengan apa yang semestinya.

Mari bersama para dokter dan petugas medis yang sedang berjuang di garda terdepan. Kita bergotong-royong, bahu membahu, bersatu.

Maka yang terutama dapat kita lakukan adalah jangan membohongi diri sendiri. Berterus-teranglah kepada para petugas medis. Kedua yang tak kalah penting, mari selamatkan para dokter dan petugas medis dengan melengkapi mereka dengan alat pelindung diri (APD) yang memadai. Agar mereka bisa menolong kita.

Soal keterus-terangan pasien. Jangan bohongi dokter. Tak perlu malu. Ini bukan aib. Sampai-sampai kalangan kedokteran ada yang berkampanye lewat medsos agar janganlah membohongi mereka.

Jangan membohongi saat dokter atau petugas medis menanyakan: keluhan Anda, riwayat sakit Anda dan riwayat perjalanan Anda. Ini adalah bagian dari diagnosa awal yang penting.

Penting buat penanganan yang tepat bagi pasien itu sendiri. Beberapa petugas medis sempat kewalahan dan sedih tatkala menghadapi pasien Covid19 yang awalnya enggan bahkan tidak mau mengakui dirinya terpapar virus Corona. Penanganan yang tepat kerap jadi terlambat lantaran ulah pasien itu sendiri.

Jangan lupa, setiap dokter dan petugas medis yang ada di rumah sakit juga punya keluarga. Saat kita berbohong tentang hal-hal di atas, dampaknya mereka bersama keluarganya semua juga terancam jadinya.

Mengenai ketersediaan APD (alat pelindung diri). Ingat, kan, saat naik pesawat. Sebelum tinggal landas, kita diingatkan mengenai prosedur keselamatan, pasang oksigen anda sendiri dahulu baru membantu lainnya (termasuk membantu anak Anda).

Prinsipnya, Anda tidak bisa membantu kalau Anda sendiri celaka.

Ingatlah, para dokter dan petugas medis bisa menolong para pasien hanya jika mereka sendiri dalam kondisi sehat. Kalau mereka sakit, atau malah terjangkit, bagaimana mereka bisa menolong? Tambah runyam bukan?

Sampai akhirnya Ikatan Dokter Indonesia pada tanggal 27 Maret 2020 lalu mengeluarkan Pernyataan Bersama Organisasi Profesi yang isinya begini (dikutip lengkap) :

"Kami organisasi profesi yang terlibat dalam penatalaksanaan pasien dalam kondisi wabah COVID-19 menyampaikan pernyataan sebagai berikut:

  1. Dalam kondisi wabah saat ini kemungkinan setiap pasien yang kami periksa adalah orang dalam pemantauan (ODP) atau pasien dalam pengawasan (PDP) atau pasien COVID-19)
  2. Jumlah tenaga kesehatan yang terjangkit COVID-19 semakin meningkat bahkan sebagian meninggal dunia.
  3. Setiap tenaga kesehatan berisiko untuk tertular COVID-19.

Maka, kami meminta terjaminnya Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai untuk setiap tenaga kesehatan. Bila hal ini tidak terpenuhi maka kami meminta kepada anggota profesi kami untuk sementara tidak ikut melakukan perawatan penanganan pasien COVID-19 demi melindungi dan menjaga keselamatan Sejawat. Karena Sejawat yang tertular COVID-19, selain akan jatuh sakit, akan berdampak pada terhentinya pelayanan penanganan kepada pasien serta dapat menularkan kepada pasien."

Pernyataan bersama organisasi profesi ini ditandatangani oleh Dr.Daeng M. Faqih,SH,MH. Sebagai pihak yang mengetahui dan menyetujui.

Masuk akal juga dan wajar sekali permintaannya. Para dokter dan petugas medis sejauh ini sudah membuktikan diri merekalah yang terdepan berperang melawan serbuan virus Corona.

Permintaan ini lebih terdengar sebagai jeritan hati melihat sejawatnya yang terpapar bahkan akhirnya gugur. Akibatnya tak ada yang bisa menolong pasien, dokternya sudah meninggal lebih dulu.

Kita tidak bisa dan tidak boleh membiarkan mereka berperang tanpa alat perlindungan diri yang layak. Bisa mati konyol itu namanya.

Ibaratnya, mereka siap berperang dengan zirah dan senapan yang lengkap, bukan dengan nyeker sambil bawa pisau lipat untuk melawan senapan mesin otomatis dan jet tempur. Misi bunuh diri itu namanya. Dan terbukti sudah banyak tenaga medis yang terpapar, bahkan sampai menghembuskan nafas terakhirnya.

Ini tidak bisa dibiarkan. Paling tidak kita, gerakan masyarakat sipil, juga bisa membantu mereka bertempur di garis depan. Juga dengan tidak mengadu-domba mereka dengan siapa pun. Entah dengan pemerintah, maupun dengan ormas mana pun yang semestinya menjadi mitra penyokong. Saling menunjang.

Jadi dengan dikeluarkannya pernyataan IDI tersebut, bukanlah berarti bahwa dokter melanggar sumpah dokter yang diikrarkannya. Tetapi memang pada prinsipnya jika dokter berkehendak untuk membantu orang lain, maka hal pertama yang harus dilakukan oleh dokter adalah memastikan dirinya aman terlebih dahulu. Sehingga pertolongan pun dapat dieksekusikan secara maksimal.

Mari kita bersatu padu, tinggalkan pikiran negatif dan segala caci-maki. Hampir semua tenaga medis yang ada sudah lelah dan dalam kondisi tertekan. Mereka memikirkan para pasiennya dan sekaligus keluarga mereka masing-masing. Serentak sekaligus pada momen yang bersamaan. Stress. Apalagi dalam kondisi kekurangan APD.

Mari saling support, saling menyemangati, saling mengingatkan, silih asah, silih asuh, silih asih. Mari tolong dokter dan para petugas medis kita dengan APD, supaya mereka juga bisa menolong kita dan keluarga kita.

Tiongkok mampu membangun rumah sakit khusus untuk menangani Covid19 dalam waktu 10 hari, tapi untuk mendidik dan membentuk seorang tenaga medis, khususnya dokter, memerlukan waktu kurang lebih 10 tahun.

Tuhan menyayangi umatnya, Indonesia akan diberkati luar biasa. Mari bersatu dalam doa dan karya. Ora et labora. Amin.

28/03/2020

*Andre Vincent Wenas*,MM,MBA., Sekjen *Kawal Indonesia* - Komunitas Anak Bangsa & dr.*Sherilyn Kendis Wenas*, seorang dokter.

Foto Oleh Andre V.Wenas*,MM,MBA. & dr.*Sherilyn K.Wenas
Foto Oleh Andre V.Wenas*,MM,MBA. & dr.*Sherilyn K.Wenas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun