Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menjadikan Manado sebagai Kota Metropolitan Cerdas dan Toleran

12 Maret 2020   02:01 Diperbarui: 12 Maret 2020   01:57 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbagai zona ini terhubung dan diintegrasikan dengan suatu 'commuter-belt', semacam sabuk penghubung bolak-balik ke wilayah-wilayah perluasannya.

Kalau di Jakarta misalnya. Ada wilayah Kebayoran, Kelapa Gading dan Pluit, sebagai zona di internal Jakarta. Dan ada pula Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi sebagai kota-kota satelitnya yang ada di eksternal Kota Jakarta.

Dan semua (seyogianya) terhubung dengan suatu 'commuter-belt', sehingga arus mondar-mandirnya terintegrasi secara efisien.

Untuk Kota Manado sendiri saat ini terdiri 11 kecamatan, 88 kelurahan, 504 kepala lingkungan dengan jumlah penduduk lebih dari setengah juta jiwa. Bahkan di siang hari Kota Manado terkenal macet, lantaran diperkirakan ada lebih dari 600 ribu orang yang beraktifitas wira-wiri di dalam kota.

Bagaimana menjadikan sebuah kota menjadi tempat dimana warga bisa hidup layak. Dan yang terpenting, dimana warga kota bisa mengoptimalkan seluruh potensi dirinya sebagai seorang manusia. Prinsipnya, pembangunan kota yang berpusatkan pada manusia (warga kota) itu sendiri. Human centered development.

Semua program dirancang dan dijalankan demi memanusiakan manusia sebagai tujuan utama. Sehingga dengan demikian bisa dipikirkan lebih lanjut tentang bagaimana tata kota dirancang (RTRW, rencana tata ruang dan wilayah)nya, serta pembangunan infrastruktur fisik yang  menopang kondusivitas kegiatan warga kota.

Termasuk program pembangunan kota yang menopang warga untuk jadi sehat, yaitu kebersihan kota (termasuk pengelolaan sampah), dan layanan kesehatan publik yang memadai. Memadai artinya berkualitas dan tersedia serta bisa diakses oleh segala lapisan masyarakat.

Kota yang cerdas (smart city) dalam arti warga yang cerdas (lewat program pendidikan) dan tersedianya infrastruktur kota yang mencerdaskan warga.

Misalnya saja fasilitas internet gratis bagi warga di banyak ruang publik. Sehingga di era teknologi informasi 4.0 ini warga Kota Manado tidak ketinggalan informasi. Dan lewat platform internet yang bisa diakses publik secara luas ini dapat pula menjadi platform e-commerce bagi kegiatan ekonomi kerakyatan warga Kota Manado.

Ide yang menarik. Memang, warga kota yang tercerahkan, menjadi cerdas dan bijak, diharapkan akan menjadi partisipan pembangunan kota metropolitan Manado yang aktif dan produktif. Kontribusinya bakal positif.

Bermodalkan sifat toleran yang sudah mengakar jauh dalam budaya masyarakat Minahasa, warga Kota Manado akan jauh lebih siap untuk mengakomodasi pertumbuhan kota yang bakal didatangi oleh banyak wisatawan, investor dan pengunjung dari berbagai penjuru bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun