Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kritisnya PSI dan Kisah Kotak Pandora

14 Januari 2020   12:37 Diperbarui: 14 Januari 2020   13:48 922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akibat ulahnya yang sekejap membuka kotak itu telah menyempatkan segala isinya yang terdiri dari banyak hal yang belum pernah diketahui manusia berloncatan keluar, yaitu: kejahatan-kejahatan, sakit penyakit, wabah, dan kerja berat.

Namun hikayat menceritakan pula bahwa di dasar kotak itu ada sesuatu yang juga diletakkan Zeus, yaitu: Harapan.

PSI Yang Nekat Buka Kotak Pandora.

Adalah Grace Natalie sang Ketua Umum PSI (Partai Solidaritas Indonesia) yang nekat membuka. Ini misalnya:

Dalam "The Politics of Shari'a Law" yang ditulis Michael Buehler, Guru Besar Ilmu Politik Nothern Illinois University, penelitiannya menyimpulkan bahwa PDI Perjuangan dan Golkar terlibat aktif dalam merancang, mengesahkan, dan menerapkan 58 Perda Syariah di seluruh Indonesia. Penelitian Robin Bush juga menyimpulkan hal yang sama.

Ini saya kutipkan sumbernya:

Quote: "... In reality, however, secular nationalist parties like Golkar and PDI-P have also played the religious card. Scholars have long noted, for example, how these parties often supported local ordinances known collectively as perda syariah (local Sharia regulations) ( Bush 2008;Buehler 2016). Many Islamic organisations, on the other hand, have been keen to highlight that their predecessors played a major role in the Indonesian nationalist struggle. ..." (Vedi R. Hadiz) Source.

Lalu kampanye politik PSI selama pileg habis-habisan dibully. Banyak yang kebakaran jenggot rupanya. Negative-campaign sampai Black-campaign bak selang semprotan pemadam api tak henti menyembur hoaks. Firehose of falsehood istilah kerennya. Ini demi menutupi kebenaran (truth) dan mengalihkan publik dari kebenaran sejati dengan narasi bohong bentukannya sendiri.

Lantaran terus menerus disemprotkan, narasi kebohongan itu pun akhirnya dianggap jadi yang benar oleh publik yang ignorance (dungu). Ini peristiwa yang melampaui kebenaran (post-truth) katanya.

Namun perjalanan sejarah politik kontemporer ternyata telah menempatkan kader-kader PSI di berbagai parlemen tingkat daerah (DPRD), walau tidak di tingkat pusat (DPR-RI). Lalu apa yang terjadi?

Lalu peristiwa 'kita bikin rame' (ala Jokowi) dimulai lagi di parlemen Jakarta. Persis pada pemerintahaan Gubernur Anies Baswedan yang telah dua tahun berkuasa tanpa kritik dari legislatif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun