Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pemasaran (Ber)buntut Panjang

31 Desember 2019   02:38 Diperbarui: 31 Desember 2019   07:59 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan ini adalah logika-dagang yang lumrah saja. Dalam perhitungan Wal-Mart, 200 album musik teratas (Top-200) telah menyumbang lebih dari 90% total penjualan segmen musiknya. Prinsip Paretto (80/20) masih berlaku untuk model ekonomi brick & mortar. Ngapain juga membebani inventory dengan "barang-barang" yang seret penjualannya?

Namun, dalam model ekonomi click & drag (era internet), yang muncul adalah hukum 98 persen, dari 100 judul yang diluncurkan, 98 judul akan terus ada permintaannya (long-tail demand-curve), walaupun mayoritas tidak sebesar permintaan judul-judul yang top-hits.

Inventory bukan menjadi beban, tapi malah menjadi offering-enrichment! Varian tawaran yang, hampir, tak terbatas!

Di Indonesia kita sudah akrab dengan para unicorn bisnis seperti Gojek, Tokopedia, Bukalapak, dan berbagai start-up berbasis internet yang mulai menanjak. The internet of things (IoT) telah menjadi platform mereka dalam setiap rencana pengembangan bisnisnya.

Memang tidak semua produk bisa mengalami kurva permintaan buntut-panjang. Namun sesungguhnya ada banyak insights dari kasus seperti Amazon.com dan eBay yang menjual physical-goods; lalu iTunes, iFilm, Napster (Rhapsody) dan Netflix yang memang menjual digital-goods.

Ada lagi Google, Craiglist, dan Wikipedia yang menawarkan advertising, jasa dan informasi-pengetahuan, sampai mereka yang menawarkan komunitas (user-created content) seperti Facebook, Instagram dan Twitter.

Apa yang bisa Anda raih dari fenomena The Long-Tail ini?

Lansekap bisnis sedang bergeser terus. Pemasaran, saat ini, jadi (ber)buntut panjang!

***

31/12/2019
Andre Vincent Wenas*,DRS,MM,MBA. Sekjen *Kawal Indonesia* - Komunitas Anak Bangsa
Catatan: Bahan artikel ini pernah terbit di Majalah MARKETING edisi November 2007, dan telah diedit ulang oleh penulisnya sendiri.

dokpri
dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun