Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Penyelamatan Garuda Indonesia: Deja Vu, Total Corporate Restructuring!

23 Desember 2019   00:18 Diperbarui: 23 Desember 2019   20:09 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*Penyelamatan Garuda Indonesia: Deja Vu, Total Corporate Restructuring!*

Oleh: *Andre Vincent Wenas*

Dulu Robby Djohan ditunjuk menjadi dirut tatkala Garuda Indonesia akan dibangkrutkan oleh para kreditur. Penyebabnya, singkat saja: salah urus!

Ada semacam Deja Vu, keadaan di mana kita merasa familiar dengan kondisi ini, kayaknya kita sudah pernah mengalami hal seperti ini dengan keadaan yang sama. Memang kenyataannya, krisis seperti ini bukan kali pertama dialami Garuda. Mari kita kilas balik 20 tahun lampau.

Waktu itu, gara-gara utang besar kepada keditur asing untuk menutupi kerugian selama tujuh tahun maka kondisinya jadi sangat parah ketika krisis ekonomi menerapa di tahun 1998. 

Nilai tukar rupiah meroket ke Rp15.000 / USD. Pak Harto menugaskan Menteri BUMN pertama, Tanri Abeng, untuk menyelamatkan Garuda.

"Ini tentang Garuda yang akan dibangkrutkan oleh krediturnya. Tugas saudara menyelamatkan agar Garuda tidak di-grounded karena Garuda membawa bendera Republik," kata Soeharto.

Saat itu Tanri Abeng juga mengalami dilema, lantaran direksi Garuda adalah mantan ajudan Pak Harto, dan zaman itu siapa berani geser orang dekat Cendana? Namun Tanri Abeng nekat bicara dengan Pak Harto dan ternyata disetujui, bahkan untuk ganti seluruh jajaran direksinya. Kabarnya banyak mafia juga di dalam gerak korporasinya saat itu. Lho kok mirip dengan yang sekarang ya?

Meneruskan jalannya perusahaan sambil membalikkan kinerjanya jadi positif kembali merupakan suatu tantangan tersendiri. Perlu spirit tangguh dan etos kerja luar biasa untuk terus cari jalan demi mengembalikan kejayaan korporasi.

Pertama-tama, periksa laporan keuangan. Minimal tiga laporan keuangan dasar perusahaan, yakni:

  1. Laporan keuangan arus-kas (cash-flow). Jangan sampai aliran dana keluar lebih besar dari aliran dana masuk (negative cash-flow).
  2. Laporan neraca (balance-sheet) yang merupakan potret kekayaan atau asset perusahaan. Periksa apakah nilai utang lebih besar dibanding dengan harta, ini namanya negative networth.
  3. Laporan rugi laba (profit and loss/income statement). Seperti kita tahu, laporan ini menggambarkan operasional perusahaan: bagaimana posisi laba kotor (gross profit) yang merupakan hasi dari pendapatan (revenue) dikurangi harga perolehan (cost of good sold).

Dari laporan rugi-laba ini, kita juga bisa melihat laba operasi (operating profit), yakni keuntungan yang diperoleh setelah dipotong ongkos operasional (seperti gaji, ongkos promosi dan penjualan, sampai biaya administrasi).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun