Mohon tunggu...
R. ANDRY DANOESUBROTO
R. ANDRY DANOESUBROTO Mohon Tunggu... Wiraswasta - Antivirus Analyts

Tinggal di Lampung, CEO sebuah perusahaan Internasional Freight Forwading

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Terkaya di Dunia dan Akhirat Akhirnya Meninggal...

30 Desember 2010   17:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:11 1246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Terkaya di Dunia dan Akhirat Akhirnya Meninggal...

Dahulu kala disebuah Negeri kecil, ada seorang hartawan yang sangat kaya yang bernama Wan Pau, dia adalah seorang perdana menteri yang sudah pensiun.
Dia tidak saja mempunyai rumah besar yang mewah dan megah, tanah dan lahan pertaniannya juga sangat banyak, hartanya tak terhitung jumlahnya. Bahkan dia lebih kaya daripada raja di tempatnya berada, karena pada saat terjadi beberapa bencana kelaparan, raja pernah pinjam uang darinya untuk membantu rakyat yang ditimpa bencana.

Walaupun Wan Pau sangat kaya, tetapi dia sangat pelit, tidak ada seorangpun yang bisa mengambil keuntungan darinya, bahkan raja meminjam uang darinya harus membayar bunga.Dia pernah berkata, “Walaupun terhadap saudara kandung, dalam hal keuangan tidak boleh sembarangan, uang adalah harta pribadi, jika harta tidak dibagi dengan jelas, maka orang malas tidak akan bekerja hanya akan mengandalkan kerabat yang kaya saja.”  Perkataannya kedengaran masuk akal, tetapi sebenarnya dia tidak mau orang lain mengambil sedikitpun keuntungan darinya. Tentu hal ini, juga banyak terjadi pada saat ini bukan, dimana orang-orang yang mempunyai banyak harta, sangat susah untuk mengeluarkan hartanya, bahkan memberi, hanya pada lingkungan dan tempat khusus saja, yang dapat diliput dan dilihat banyak orang.

Wan Pau mempunyai seorang anak yang bernama Xiao Pau, dia belajar dibawah bimbingan seorang guru yang sangat bermoral dan terpelajar. Guru ini bernama Wang Wei. Wan Pau walaupun salut kepada kepintaran Wang Wei, tetapi dia memandang rendah kepada Wang Wei karena Wang Wei miskin. Di rumah Wang Wei selain beberapa lemari yang penuh buku, pakaian biasa pun yang juga tidak banyak, apalagi perhiasan ataupun benda-benda mewah.

Wang Wei bukan tidak mempunyai kesempatan mendapat lebih banyak uang, bukan karena tidak mampu mencari lebih banyak uang, tetapi dia selalu secara gratis membeli pelajaran kepada orang miskin, selalu menyumbangkan uangnya kepada yatim piatu, dan selalu membantu fakir miskin. Pada suatu sore ketika Wan Pau sedang tidur siang, dia bermimpi mendengar percakapan 2 orang malaikat, seorang dari malaikat ini berkata, “Malam ini, orang paling kaya di negara ini akan meninggal! Kita harus bersiap-siap menyambutnya masuk ke surga.”

Malaikat yang lain berkata, “Benar, saya telah menyediakan sebuah mahkota emas besar untuknya.” Ketika Wan Pau terbangun, dia berpikir yang dikatakan kedua malaikat ini orang paling kaya di negara ini pasti dirinya. Bukankah dia adalah orang yang terkaya dinegeri ini, dan memang tiada tandingnya. Oleh sebab itu didalam hatinya sangat ketakutan, walaupun dia tahu jika orang meninggal dapat naik ke surga, adalah suatu hal yang sangat baik, tetapi dia enggan meninggalkan begitu banyak harta, kemewahan dan kenikmatan duniawi ini. Oleh sebab itu dia memerintahkan bawahannya mengundang beberapa orang dokter yang paling pintar di negara ini dan membawa obat yang paling bagus datang kerumahnya berjaga-jaga apabila malam ini dia sakit keras bisa langsung mengobatinya, sehingga dia tidak akan meninggal.

Malam ini adalah malam yang sangat panjang bagi Wan Pau, dia sangat tegang dan takut, para dokter juga sangat tegang. Akhirnya malampun berlalu, matahari mulai terbit, Wan Pau tidak mati, dia sangat gembira para dokter juga ikut bergembira, tetapi dia hanya membayar para dokter ini sekedar uang jalan saja, karena menurut dia para dokter sama sekali tidak mengobatinya.

Pada saat ini lonceng kuil berbunyi, semua orang tahu bahwa itu adalah petanda ada orang yang meninggal, tiba-tiba anaknya Xiao Pau sambil menangis masuk berkata kepadanya, “Guru Wang Wei tadi malam meninggal dunia, sekarang ditaruh di kuil, semua orang sudah datang melayatnya, papa, ayo kita pergi  melayatnya.”

Wan Pau walaupun memandang rendah Wang Wei yang miskin, tetapi karena dia adalah guru anaknya maka dia terpaksa ikut melayatnya. Di luar dan di dalam kuil dikerumuni oleh banyak orang, banyak orang yang menangis di depan peti matinya, banyak orang yang memuji kebaikannya dan kedermawannya. Wan Pau sangat heran seorang guru miskin yang meninggal kenapa begitu banyak orang yang melayat.

Tetapi dia berpikir menurut malaikat yang dia dengar tersebut, orang yang akan meninggal adalah seorang yang paling kaya di negari ini, tapi mengapa orang yang paling melarat, gumamnya, ah, pasti tidak salah lagi, Wang Wei pasti banyak harta yang disembunyikannya di tempat yang sangat rahasia dirumahnya, karena malaikat tidak akan pernah bohong dan salah.

Akhirnya Wan Pau dengan alasan karena Wang Wei adalah guru anaknya dia akan membantu mengemas harta peninggalan Wang Wei, maka dia pergi kerumahnya membongkar semua barang yang ada dirumahnya, dia mencari kesana kemari, kesemua sudut dan ruangan yang ada dirumah tersebut, namun selain buku-buku tidak ada satupun barang berharga ditemukan dirumahnya. Wan Pau di dalam hatinya sangat heran, karena di negari ini tidak ada orang yang lebih kaya daripadanya, kenapa para malaikat dapat menyebut seorang guru miskin menjadi orang paling kaya di negara ini, namun kembali lagi hatinya berkata, "malaikat tidak akan pernah berdusta, dan malaikat pun tidak akan pernah salah."

Karena penasaran dan rasa ingin tahu yang amat sangat,  lalu dia mengajukan pertanyaan ini kepada banyak orang, akhirnya seorang pendeta menjawab pertanyaannya, “Guru Wang Wei meskipun miskin, tetapi karena kebaikan hati dan perbuatan amal yang sering dilakukannya, sehingga dia sudah mengakumulasi banyak harta di surga. Harta ini tidak akan berkarat, tidak akan habis dimakan rayap, tidak takut dirampok oleh perampok. Tidak seperti harta yang ada didunia ini, walaupun tersimpan ditempat yang sangat rahasia, tetapi jika orang tersebut meninggal, harta ini juga tidak dapat dibawa pergi, sampai di surga maka dia akan menjadi seorang miskin.”

Setelah mendengar penjelasan pendeta, Wan Pau mengerti maksudnya, oleh sebab itu dia juga menasehati anaknya harus mengikuti pedoman hidup seperti gurunya Wang Wei, dan dia sendiri juga berubah sikap menjadi seorang yang dermawan, mengeluarkan hartanya membantu orang sakit, orang miskin, orang yang ditimpa bencana, mendirikan rumah sakit, sekolah, rumah yatim piatu.

Beberapa tahun kemudian, Wan Pau menjadi seorang dermawan besar diseluruh negeri. Ketika dia akan meninggal dia berpesan kepada anaknya Xiao Pau, “Ketika saya meninggal, kuburkan saya di seberang makam guru Wang Wei, dan diatas batu nisan ditulis 'kuburan Wan Pau murid dari Wang Wei'.

Walau hanya cerita, namun kita dapat mengambil manfaat dan falsafah apa yang ada.  Selamat Tahun Baru 2011, Sukses selalu untuk kita semua...

Diambil dan diolah dari Erabaru.net

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun