Bila ada yang melihat kiprah Bayern Munchen di Liga Champions 2019/2020 yang memenangkan kompetisi setelah mengalahkan Paris Saint Germain (PSG) di final mengingatkan akan kiprah tim nasional Jerman pada Piala Dunia 2014 di Brazil yang pada akhirnya Jerman memenangkan kejuaraan itu setelah mengalahkan Argentina di final dengan skor 1-0, kemungkinan besar benar adanya.
Keduanya sama-sama tidak pernah terkalahkan sepanjang kompetisi dan memiliki riwayat membantai lawan yang lebih favorit. Jika Munchen membuat dunia berdecak kagum setelah menghempaskan Barcelona 8-2, Jerman menghabisi Brazil 7-1 yang saat itu menjadi tuan rumah. Gaya bermainnya pun serupa dengan penerapan permainan  agresif dan dominan, penguasaan bola total, persentase keberhasilan passing yang tinggi, menjadi ciri khas yang membuat sulit dikalahkan oleh lawan.
Kesamaan lainnya yang tidak kalah penting di kedua kompetisi ada pada diri seorang Hans-Dieter Flick yang saat ini menjadi pelatih Munchen. Flick pada tahun 2014 memang menjadi bagian dari tim nasional Jerman sebagai asisten Joachim Loew yang merupakan pelatih tim nasional Jerman.Â
Berguru pada Loew melengkapi ilmu Flick setelah sebelumnya pernah berguru juga pada Giovani Trapattoni dan Lothar Matthaus di klub Red Bull Salzburg dengan menjadi asistennya. Hasil Flick melalang buana rupanya berbuah manis saat di Munchen.
Sedangkan bagi Munchen, Flick sebenarnya puzzle terakhir yang akhirnya melengkapi rancangan tim yang sudah dipersiapkan klub sejak tahun 2017 oleh Hasan Salihamidzic selaku Direktur Olahraga Munchen. Rancangan tim yang dilakukan Munchen hal biasa untuk klub-klub besar, terutama yang termasuk ke dalam 10 klub sepak bola terkaya di dunia seperti Munchen. Tujuannya tentu untuk memilki tim yang  dapat memenangi berbagai kompetisi.
Tanggung jawab rancangan tim berada di bawah manajemen klub. Namun di Liga Jerman atau sering disebut Bundesliga, manajemen klub menciptakan jabatan Direktur Olahraga yang bertanggung jawab mengusulkan rancangan tim beserta transfer antar pemain dan teman diskusi bagi pelatih dalam menerapkan taktik lapangan yang akan kemudian akan mengkomunikasikan taktik lapangan ke manajemen klub.
Direktur Olahraga berbeda dengan pelatih seperti Flick. Pelatih bertanggung jawab atas taktik lapangan, pelatihan, dan pemilihan pemain di lapangan serta memberikan laporan pelaksanaan pekerjaannya kepada Direktur Olahraga. Pemisahan jabatan dan tanggung jawab untuk urusan teknis sepakbola yang biasanya dirangkap oleh tim Liga Inggris lazim dilakukan oleh tim-tim Bundesliga agar memperkaya dan menguji sebuah ide teknis lapangan.
Untuk target rancangan tim, level Munchen tidak lagi hanya memenangkan Bundesliga, tetapi menguasai Eropa melalui Liga Champions. Di level Bundesliga, Munchen memang ibarat anak pintar yang selalu juara 1 di kelasnya walaupun pelatih dan pemainnya datang dan pergi silih berganti. Bagaimana tidak, sejak digulirkannya Bundesliga pada tahun 1963 atau 57 tahun umur kompetisi, Munchen memenangkan 29 gelar. Delapan gelar diraih dalam 10 tahun terakhir. Hanya Borussia Dortmund yang hanya dapat mengganggu sang anak pintar.
Berbanding terbalik di kompetisi Eropa, Munchen masih harus berusaha keras untuk bisa meraih juara. Ambisi besar menguasai Eropa sebenarnya terlihat dan diwujudkan sejak tahun 2013 melalui penunjukan Guardiola sebagai pelatih walau baru saja menjuarai Liga Champions 2012/2013. Kala itu, Guardiola disinyalir menjadi pelatih termahal di dunia dengan menerima gaji sebesar Rp. 298 miliar per tahun.Â
Munchen menilai harga yang dibayar kepada Guardiola sepadan dengan tantangan terberat nantinya datang dari Barcelona dan Real Madrid yang dominasinya sangat kuat di Liga Champions. Kehadiran Guardiola diharapkan dapat memberikan peta kekuatan dua klub Spanyol dan ide-ide baru dalam permainan.
Berbekal Guardiola menjadi Pelatih dan pemain-pemain diisi oleh nama seperti Philip Lahm, Dante, Toni Kroos, Bastian Schweinsteiger, Franck Ribery, Arjen Robben, Mario Mandzukic, manajemen Munchen berharap dapat mengulang kesuksesan musim kompetisi 2012/2013.Â