Kirana VII sedikit lebih kecil. Ketika kami masuk ke mobil dan mengantri untuk masuk, para mobil pribadi dan motor diarahkan menuju ke deck paling bawah. Kami turun dari kendaraan dan langsung naik tangga menuju deck tempat penumpang.Â
Tidak dengan lift seperti di Dharma Ruchitra. Dek kelas Ekonomi terbilang nyaman, berkapasitas 200 penumpang dan kursinya seukuran Kursi eksekutif di Kereta Api Argo Parahayangan.Â
Di bagian depat ada panggung lengkap dengan Electone nya. Siap goyang laut Jawa. Sementara di bagian depan terdapat Ruang Kelas VIP yang terdiri dari 10 Kursi besar seperti business class di pesawat. Saya bermaksud upgrade ke VIP dan disarakan petugas untuk melakukannya setelah Kapal meninggalkan dermaga.
Keberangkatan yang dijadwalkan semula pk 19.00 molor hingga pk 20.30. Saya bersama si bungsu naik ke deck paling atas untuk menimati suasana terbuka saat Kapal bergerak meninggalkan Tanjung Perak.
 Lampu-lampu yang berasal dari Dermaga, Kapal-Kapal sandar menghiasi keberangkatan kami. Saya dan Nathan sungguh menikmati moment itu. Dan ketika kami belum jauh meninggalkan Tanjung Perak, kami Kembali disuguhi pemandangan menarik, yaitu Jembatan Nasional Suramadu.Â
Jembatan sepanjang 5,4 Km itu terlihat begitu menawan di malam hari dengan dua tiang pancang nya yang jelas mempertegas landmark jembatan tersebut dengan lampu hias yang menembak warna berbeda secara bergantian, hingga menampilkan Jembatan Suramadu dengan warna yang berganti-ganti, di Tengah Selat Madura yang gelap. Kapal Kirana VII yang kami tumpangi melewati kolong Jembatan yang resmi beroperasi sejak empat belas tahun tersebut dan itu merupakan pengalaman yang sungguh mengasikkan.Â
Biarpun angin bertiup kencang dengan laut yang sungguh tenang, berada di dek paling atas pada malam hari begitu menyenangkan. Terdapat beberapa meja dengan kursi-kursi dan payung yang ditutup saat berlayar.Â
Selain itu juga ada beberapa kursi Pantai untuk bersantai memandangi langit malam yang indah dan playground untuk anak. Sayangnya kami tidak berhasil dapat kursi VIP, karena ternyata sudah terisi penuh. Bedanya lagi dengan Kapal DLU Ferry yang lebih besar, yaitu terdapat kamar VIP yang berisikan dua tempat tidur dan sofa. Namun karena Kirana VII yang punya giliran berangkat tgl 18 Desember, maka kami tidak punya pilihan lain.