Ban-ban tersebut memang sama bulat dan sama warna hitam. Namun ban yang dipasangkan ke sebuah EV perlu punya beberapa kelebihan.
Sama seperti halnya berlari, penulis dan pembaca mungkin membutuhkan sepatu yang berbeda karena bobot yang berbeda. Mobil ICE dan EV juga demikian. Pasalnya, syarat yang harus dipenuhi ban harus sesuai dengan karakteristik EV.Â
Mobil EV punya torsi tinggi hingga lebih cepat berakselerasi dibandingkan dengan mobil ICE, jadi ban punya tugas mengakomodir tenaga tersebut. Selain itu, EV lebih berat daripada mobil ICE karena baterainya. Jadi ban harus mampu menahan bobot lebih dari mobil ICE, tidak cepat aus dan memiliki daya tahan.
Ban EV Menopang Beban Lebih Berat
EV punya baterai yang sangat berat. Makin bertenaga mobilnya, makin besar dan berat pula baterainya.Â
Baterai berat pada EV itu dipasang di lantai untuk menurunkan pusat gravitasi. Menyebabkan jarak antara sumbu roda depan dan belakang bertambah, hingga ruang cabin pun menjadi lebih besar, otomatis bobot bagi roda belakang juga bertambah.Â
Oleh karena itu, ban harus mampu menahan gaya dan beban yang diberikan pada ban saat berubah arah.Â
Sebagai contoh berat sebuah mobil listrik Mercedes-Benz EQS 450 4Matic adalah 2.539 kg, sedangkan sebuah Mercedes-Benz S500 4Matic dengan ICE beratnya hanya 2.091 kg.Â
Kedua mobil ini tidak berada di platform yang sama, namun memiliki kelas ukuran yang sama dan hadir di segmen yang sama. EQS memiliki 454 kg lebih berat karena baterai yang sangat berat.Â
Tentu saja seiring jalannya waktu para pakar dan designer EV akan terus berinovasi dan memperbaiki masalah berat pada EV ini. Namun untuk saat ini, adalah esensial bagi ban yang dipakaikan ke EQS untuk memiliki konstruksi yang baik demi tugas menopang beban yang begitu berat. Karena dengan bobot EQS yang terpusat di tengah akan membuat distribusi beban dinamis pada saat EV tersebut mengerem, menikung, dan berakselerasi.