Mohon tunggu...
Andre Lolong
Andre Lolong Mohon Tunggu... Insinyur - Follow me @andre_gemala

Husband of a caring wife, father of two, car enthusiast, motorsport freak, Life learner..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Marak Hadirnya Badut dan Silver Man di Jalan-Jalan Kota: Perlu Dikasihani atau Dibina?

20 Oktober 2021   23:10 Diperbarui: 26 April 2022   05:06 2588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penghibur berkostum Karakter Disney punya tanggung jawab dalam menghidupkan karakter yang dikenakannya. Disney mengatur hal-hal seperti ini dalam Handbook bagi para performer Costumed Characters mereka, dimana performer harus belajar dalam melakukan gestur tubuh sesuai karakter yang dikenakannya, misalnya memeluk, melambaikan tangan, bersalaman dan sebagainya. 

Performer tidak dibenarkan untuk melakukan Tindakan atau bahkan mengeluarkan suara yang tidak sesuai dengan karakter aslinya (tidak semua orang bisa bersuara falsetto seperti Mickey Mouse, atau mumbling seperti Goofy).  Ini sangat krusial bagi kesinambungan karakter tersebut di dunia animasi dan perfilman.

Yang paling baru kini Nampak orang-orang berkostum Badut di jalanan. Jika bicara kehadiran Badut di Indonesia sebenarnya sudah lama. Badut sering menjadi penghibur dalam acara ulang tahun anak. Ingat kan iklan Sewa Badut dalam selembaran yang jaman dulu sering tertempel di pohon atau tiang listrik? 

Namun berbeda dengan Badut-Badut yang bersliweran di jalanan masa kini. Wajah mereka tidak di make-up seperti pakem origin Badut, mereka hanya pakai topeng Badut atau wig Badut, yang nampaknya sudah satu set dengan overall Badut yang dikenakannya. 

Badut-badut ini tidak ceria seperti badut-badut di pesta ulangtahun anak. Mereka juga tidak perform suatu aksi apapun yang menghibur. Mereka hanya jalan berkeliling, membawa suatu wadah dan secara frontal meminta, bahkan beberapa tidak segan untuk terang-terangan mengemis dan setengah memaksa. Mereka banyak di daerah taman jajan, pusat hiburan, kaki lima dan sebagainya.

Badut sedang beristirahat. Di tangannya ada kantong berisi sedekah yang diberikan oleh orang-orang (foto milik account Instagram @zivenfaolista)
Badut sedang beristirahat. Di tangannya ada kantong berisi sedekah yang diberikan oleh orang-orang (foto milik account Instagram @zivenfaolista)

Badut yang dalam Bahasa Inggris, "Clown" berasal dari Skandinavia yang serumpun dengan "clumsy" atau "kikuk". Cikal bakal Profesi badut atau "si bodoh" ada sejak jaman renaissance yaitu di Abad ke-15, yang merupakan penghibur yang dikenal sebagai Jester. 

Jester sering bertingkah konyol, dan menghibur tamu-tamu di Kerajaan ataupun dalam hiburan rakyat dengan melakukan beberapa ketertampilan seperti sulap, juggling, acrobat dan sebagainya. Hingga tahun 1800-an, merupakan awal dari mainstream badut yaitu Joseph Grimaldi, seorang actor berkebangsaan Inggris mengembangkan Badut dengan make-up wajahnya yang khas. 

Karakter Clown menjadi bagian pada Theater Komikal Inggris bertajuk Harlenquinade. Tokoh utamanya adalah Harlequin yang menjadi inspirasi Bob Kane (pencipta karakter Batman) dalam menciptakan salah satu karakter musuh; Harley Quinn.

Harlequin dalam Teater Harlenquinade (shutterstock.com/1070708228)
Harlequin dalam Teater Harlenquinade (shutterstock.com/1070708228)

Mungkin Pakem Badut yang paling dikenal hingga di Indonesia adalah Badut sirkus yang berkembang pada abad ke-19. Ada tiga tipe dasar badut yang muncul di sirkus, yaitu White Face Clown, Auguste, dan Clown. Dengan Make up putih serta bibir hingga pipi dibuat merah, wig warna warni, dasi kupu-kupu dengan baju polkadot, celanan ditarik keatas dan sepatu berukuran tak masuk akal, begitu kurang lebih penampilan Badut Sirkus. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun