Mohon tunggu...
Andre Lolong
Andre Lolong Mohon Tunggu... Insinyur - Follow me @andre_gemala

Husband of a caring wife, father of two, car enthusiast, motorsport freak, Life learner..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Marak Hadirnya Badut dan Silver Man di Jalan-Jalan Kota: Perlu Dikasihani atau Dibina?

20 Oktober 2021   23:10 Diperbarui: 26 April 2022   05:06 2588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Silver Men di Pekalongan (foto milik account Instagram @pekalonganicus)

Kini makin banyak orang yang mencari nafkah dengan usaha "menghibur" yang kita temui di jalanan. Mereka tidak berafiliasi, juga tidak berasal dari instansi manapun. Mungkin mereka bisa dikatakan sebagai usahawan. Namun seberapa jauh kontribusinya kepada masyarakat? 

Mulai dari para Pak Ogah yang banyak dijumpai di pertigaan, perempatan, U-Turn dan sudut lain jalanan. Tingkat modal dan niatnya pun bervariasi; mulai dari yang tidak pakai atribut apa-apa, hingga ada yang pakai vest dan pluit bahkan ada yang pakai baju seperti kesatuan Polisi (namun sangat jelas bahwa beliau bukan Polisi).

Selain Pak Ogah, pencari nafkah jalanan lain adalah pengamen yang memainkan alat music seperti Gitar, Biola, Seruling atau alat music tradisional daerah tertentu. Di pertigaan Lampu Merah Ciater- BSD misalnya, tampil sepuluh orang sekaligus, memainkan alat music khas Jawa Tengah. Tingkat kemampuan bermusiknya juga bervariasi. 

Ada yang memang lumayan bagus bermusik, memainkan tembang-tembang oldies ataupun kekinian, dengan suara yang juga cukup enak didengar. Namun banyak yang hanya sekedar bisa saja, atau bahkan tidak tahu main sama sekali.

Jaman kini makin sulit. Makin kompetitif. Jumlah manusia terus bertambah banyak. Dengan adanya pandemic sejak 2020 di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia, kesulitan dalam mencari nafkah pun kini mencapai level yang makin keatas lagi. 

Banyak Pekerja di PHK, bahkan ada yang bekerja dengan dipotong gaji. Banyak Perusahaan gulung tikar, merugi, terutama bagi mereka yang bisnis utamanya di Maskapai Penerbangan, wisata, retail dan masih banyak lagi.

Manusia putar otak, berpikir bagaimana tetap mendapatkan uang untuk makan, untuk bertahan hidup. Lagipula, itu sudah merupakan insting bagi mahluk hidup manapun. Ada yang berusaha bangkit lagi, namun ada juga putus asa.

Pencari nafkah jalanan pun bertambah banyak. Sama dengan pengamen yang tujuannya adalah menghibur, timbul penghibur jalanan berkostum Anak kecil berkepala besar dengan badan dan kaki pendek, beberapa tahun sebelum masa pandemic. 

Si penghibur biasanya berdiri di pojokan jalan tempat mobil berhenti atau agak tersendat. Misalnya di lampu merah, tikungan, pertigaan dan sebagainya. Ia akan menari dengan iringan lagu dari sound system portable yang dibawanya. Goal nya tentu saja agar pengendara mobil yang lewat membuka kaca dan memberi mereka uang.

Di tahun 2019 penghibur jalanan bertambah keluarga lagi dengan kehadiran para manusia yang dilumuri cat atau paint brush berwarna perak dari ujung rambut hingga ujung kaki, yang viral dengan sebutan Silver Man. Silver Man kebanyakan adalah anak remaja hingga pemuda. 

Biasanya mereka berbarengan sesama teman, nongkrong di lampu merah dan pada saat mobil berhenti, mereka akan melakukan berbagai variasi gaya seperti patung. Sementara temannya yang lain -yang juga Silver- berputar dari mobil-mobil minta uang.

Model beraksi menjadi
Model beraksi menjadi "Patung Hidup" (foto milik Ade Septian @adeshevtian)

Entah darimana inspirasi para penghibur jalanan Silver Man ini, namun aksi Patung hidup ini sebenarnya merupakan bagian dari aksi teatrikal yang sudah dimulai pada abad ke-15 di Perancis. Sekelompok actor atau model patung hidup yang disebut Tablo vivant, rutin mengisi acara dan menjadi bagian dalam berbagai perayaan dalam kota atau pada saat anggota kerajaan datang. 

Biasanya para performer akan berdiri mematung dengan satu gaya, dan sesekali akan bergerak mengubah gaya lalu kembali diam lagi. Mereka melakukannyadiatas tempat yang disediakan, di sudut Kota yang ter-expose. 

Jadinya mereka terlihat seperti sebuah monumen. Hingga hari ini aksi Patung hidup cukup marak dilakukan di berbagai negara seperti A.S, Spanyol, Inggris, Potugal, Austria, Italia, Jerman, Mexico dan Perancis. Tentu saja dengan pose, busana dan gaya yang bervariasi, atau disesuaikan dengan tradisi di tiap negaranya.

Di tahun 2020, kini juga sering kita jumpai penghibur jalanan dengan berkostum Karakter seperti Marsha and the Bear, Boboiboy, Donald Duck, Mickey Mouse, Winnie The Pooh dan masih banyak lagi. Sama seperti penghibur berkostum anak berkepala besar yang saya sebut diatas, mereka juga akan melakukan aksi berjoget di trotoar, lampu merah, pemisah jalan dan berbagai sudut Kota. 

Namun tidak semua seperti itu. Ada yang Cuma sekedar berjalan di pinggir jalan, dengan kepala sedikit tertunduk. Ada juga yang Cuma duduk di trotoar, seperti kelelahan atau sedang beristirahat. Di spot yang sama setiap hari. Mungkin mereka tidak pede untuk berjoget. Padahal mereka sudah berkostum. Harusnya kalau murni ingin menghibur dan dibayar, tentunya kudu melakukan suatu aksi menghibur kan?

Penghibur berkostum
Penghibur berkostum "Luigi" duduk di trotoar (foto oleh Matthew Sirena @matthewsirena)

Penghibur Berkostum Karakter sebenarnya sudah mulai ada di Amerika Serikat sejak tahun 1950-an. Walt Disney, animator terkenal pencipta Mickey Mouse, Donald Duck dan teman-teman mereka, ingin agar Disneyland Theme Park nya dipenuhi dengan para Karakter besutan Disney yang live-action. Ia berkata kepada Bill Justice, sang PIC yang bertanggung jawab mengembangkan Karakter berkostum Disney waktu itu, "Tempat lain bisa memiliki wahana, band, dan kereta yang mengagumkan. 

Namun hanya kita (Disney dan Team) yang memiliki karakter kita sendiri." Karakter berkostum sangat penting bagi Walt Disney. Dan hingga hari ini, konsep itu memang sungguh menguatkan sebuah Brand.

Para Karakter Disney dalam kostum (disney.fandom.wiki.com)
Para Karakter Disney dalam kostum (disney.fandom.wiki.com)

Penghibur berkostum Karakter Disney punya tanggung jawab dalam menghidupkan karakter yang dikenakannya. Disney mengatur hal-hal seperti ini dalam Handbook bagi para performer Costumed Characters mereka, dimana performer harus belajar dalam melakukan gestur tubuh sesuai karakter yang dikenakannya, misalnya memeluk, melambaikan tangan, bersalaman dan sebagainya. 

Performer tidak dibenarkan untuk melakukan Tindakan atau bahkan mengeluarkan suara yang tidak sesuai dengan karakter aslinya (tidak semua orang bisa bersuara falsetto seperti Mickey Mouse, atau mumbling seperti Goofy).  Ini sangat krusial bagi kesinambungan karakter tersebut di dunia animasi dan perfilman.

Yang paling baru kini Nampak orang-orang berkostum Badut di jalanan. Jika bicara kehadiran Badut di Indonesia sebenarnya sudah lama. Badut sering menjadi penghibur dalam acara ulang tahun anak. Ingat kan iklan Sewa Badut dalam selembaran yang jaman dulu sering tertempel di pohon atau tiang listrik? 

Namun berbeda dengan Badut-Badut yang bersliweran di jalanan masa kini. Wajah mereka tidak di make-up seperti pakem origin Badut, mereka hanya pakai topeng Badut atau wig Badut, yang nampaknya sudah satu set dengan overall Badut yang dikenakannya. 

Badut-badut ini tidak ceria seperti badut-badut di pesta ulangtahun anak. Mereka juga tidak perform suatu aksi apapun yang menghibur. Mereka hanya jalan berkeliling, membawa suatu wadah dan secara frontal meminta, bahkan beberapa tidak segan untuk terang-terangan mengemis dan setengah memaksa. Mereka banyak di daerah taman jajan, pusat hiburan, kaki lima dan sebagainya.

Badut sedang beristirahat. Di tangannya ada kantong berisi sedekah yang diberikan oleh orang-orang (foto milik account Instagram @zivenfaolista)
Badut sedang beristirahat. Di tangannya ada kantong berisi sedekah yang diberikan oleh orang-orang (foto milik account Instagram @zivenfaolista)

Badut yang dalam Bahasa Inggris, "Clown" berasal dari Skandinavia yang serumpun dengan "clumsy" atau "kikuk". Cikal bakal Profesi badut atau "si bodoh" ada sejak jaman renaissance yaitu di Abad ke-15, yang merupakan penghibur yang dikenal sebagai Jester. 

Jester sering bertingkah konyol, dan menghibur tamu-tamu di Kerajaan ataupun dalam hiburan rakyat dengan melakukan beberapa ketertampilan seperti sulap, juggling, acrobat dan sebagainya. Hingga tahun 1800-an, merupakan awal dari mainstream badut yaitu Joseph Grimaldi, seorang actor berkebangsaan Inggris mengembangkan Badut dengan make-up wajahnya yang khas. 

Karakter Clown menjadi bagian pada Theater Komikal Inggris bertajuk Harlenquinade. Tokoh utamanya adalah Harlequin yang menjadi inspirasi Bob Kane (pencipta karakter Batman) dalam menciptakan salah satu karakter musuh; Harley Quinn.

Harlequin dalam Teater Harlenquinade (shutterstock.com/1070708228)
Harlequin dalam Teater Harlenquinade (shutterstock.com/1070708228)

Mungkin Pakem Badut yang paling dikenal hingga di Indonesia adalah Badut sirkus yang berkembang pada abad ke-19. Ada tiga tipe dasar badut yang muncul di sirkus, yaitu White Face Clown, Auguste, dan Clown. Dengan Make up putih serta bibir hingga pipi dibuat merah, wig warna warni, dasi kupu-kupu dengan baju polkadot, celanan ditarik keatas dan sepatu berukuran tak masuk akal, begitu kurang lebih penampilan Badut Sirkus. 

Turunan yang terkenal dari para para Badut ini adalah Bozo the Clown yang pertunjukannya ditayangkan perdana pada tahun 1960 hingga ada TV Show nya. Turunan yang terkenal dari karakter Bozo adalah maskot McDonald; Ronald McDonald. Penampilan pertama Ronal McDonald di TV pada tahun 1967 diperankan oleh Willard Scott, sang pemeran Bozo.

Bozo The Clown (seyidoglugida.com)
Bozo The Clown (seyidoglugida.com)

Badut sebagai penghibur dalam acara ulangtahun anak dikembangkan berdasarkan template Bozo, dikembangkan pada 1960-an dan diwadahi oleh Clowns of America International (didirikan 1984)  dengan turunannya; Clown Care atau badut rumah sakit di rumah sakit anak-anak pada pertengahan, dan World Clown Association (didirikan 1987) yang merupakan asosiasi semi-profesional dan pemain profesional.

Sayangnya, kehadiran para Silver Man, Karakter Berkostum dan Badut di jalanan tidak dijalankan sesuai dengan tujuan awal diciptakannya profesi-profesi tersebut. Yang marak kini di Jabodetabek, kehadiran para penghibur jalanan tersebut tidak lain adalah pengemis terselubung. 

Tidak diwadahi, tidak terkontrol dan berkesan asal-asalan. Belum lagi makin tidak tertibnya kondisi jalan dan fasilitas umum lain. Badut-badut yang datang ke keramaian, taman jajan, tempat hiburan itu juga meresahkan karena minta-minta dengan setengah memaksa. Memprihatinkan dan mengundang simpati. Untuk itu sangat perlu dibina.

Kita sangat berharap agar dengan maraknya Badut, Silver Man dan penghibur berkostum yang banyak sliweran di jalanan, lebih bisa diberikan arahan, bimbingan penyuluhan, pelatihan usaha, pengembangan individu oleh para jajaran Kementrian Sosial, Dinas Sosial serta instansi-instansi terkait lainnya. Agar ketertiban terjalin, suasana kondusif dan aman tercipta, dan para penghibur jalanan ini mampu berikan kontribusi baik kepada masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun