Dengan perawakan bongsor dan warna merahnya, W109 besutan AMG segera mendapatkan julukan dalam Bahasa Jerman "Rote Sau" atau Red Pig (babi merah) . Ketika beraksi di sesi Latihan dan kualifikasi, penampilan Red Pig kentara sekali. Membuat BMW, Fiat dan Ford tampak kecil-kecil.
Pada balapan keesokan harinya, Red Pig start dari posisi ke-4. Hans Heyer mengemudi. Ia segera memimpin pada Lap pertama. Kala itu ada mitos jika kau memimpin pada lap pertama di Balap Spa 24 Jam, kau tidak akan finish. AMG tertantang untuk membuktikan bahwa mitos itu salah.
Selama Balapan baik Heyer maupun Schickentanz tetap konsisten berada di group mobil-mobil posisi depan. Karakter Spa sebagai Sirkuit cepat sepanjang 14 KM memberikan keuntungan bagi mobil dengan tenaga besar seperti Red Pig.Â
Namun mesin dengan kapasitas 6.8L itu benar-benar peminum kelas berat. Red Pig kudu masuk Pit lebih sering buat isi bensin, dibandingkan lawan-lawannya yang bermesin kapasitas lebih kecil.
AMG juga membuktikan Red Pig sangat reliable. Di kala malam hari saat mobil-mobil lain berguguran, duo Heyer dan Schickentanz bertahan diatas lintasan. Dan bukan Namanya Spa Francochamps kalau tidak diguyur hujan. Kondisi Lintasan yang licin cukup mempersulit pembalap.Â
Namun dengan bobot besar dan sumbu lebar, Red Pig cukup stabil menaklukan Trek basah. Pagi harinya Red Pig bertahan di depan, dan akhirnya finish di posisi ke-2, setelah melahap total 308 lap.
Para spectators menyoraki Red Pig. Mobil serta Team AMG yang awalnya tidak dikenal. Selanjutnya pada dua seri di 1971 dan empat seri di 1972 di Paul Ricard, Le Mans hingga Norisring, Rote Sau dan juga mobil kedua; Silber Sau tidak pernah menang lagi.Â
Namun sontak makin banyak pemilik Mercedes Benz menginginkan mobil mereka di tuning oleh AMG.  AMG pun tumbuh menjadi perusahaan menengah dengan semakin banyak customer dari seluruh dunia. Pada tahun 1976, Mercedes-AMG beserta seluruh karyawannya, pindah ke fasilitas terpadu yang dibangun khusus di Affalterbach, Baden-Wurttemberg di Jerman.