Beberapa tahun kemudian saat Perang Vietnam, pihak pemerintah U.S menugaskan Toyota untuk membuatkan kendaraan militer ringan dengan spesifikasi Willys, dengan jumlah 100 unit.Â
Lagi-lagi berbekal percontohan yang datang dari Negara Paman Sam, Toyota mengembangkan mobil militer General Purpose, hingga Tahun 1951 Toyota BJ menjalani uji coba dengan mendaki gunung Fuji sebanyak 6 etape dan ini merupakan rekor tertinggi bagi mobil yang pernah berusaha mendaki Gunung masyur di Jepang tersebut.Â
Sangat terkesan, Kepolisian Negara Jepang memesannya sebanyak 289 Unit dan Toyota BJ resmi beroperasi menjadi mobil polisi saat itu. Modelnya mirip dengan Land Rover series I.
Nomenklatur BJ sendiri artinya adalah B = B-engine, dan J = Jeep. Saat itu kata "Jeep" merupakan karakter kendaraan General Purpose, belum merupakan merk dagang. Mesin Tipe B pada BJ ini berbahanbakar bensin.
Menurut Hanji Umehara, sang direktur Teknik; Sengaja dipilih nama itu agar berbeda dengan nama competitor nya; Land Rover dari Kerajaan Britania Raya, namun tetap sama berkelas nya. Dan orientasinya yang memang dari awal adalah untuk off road.Â
Beberapa tahun berselang, tahun 1955 hingga 1960 TLC berevolusi menjadi BJ20, lalu BJ30 yang lebih diperuntukkan untuk warga sipil dengan pengerjaan body style yang lebih variatif; soft top, hard top, pick up, canvas, station wagon dengan tambahan pintu untuk penumpang lebih banyak.
The iconic FJ40
Di Tahun 1960 BJ20 di-upgrade menjadi J40 dengan mesin tipe F dan beberapa penyesuaian lain menjadi FJ40 yang merupakan TLC paling iconic di seluruh dunia.
Lucunya di Indonesia, Toyota FJ, HJ maupun BJ lebih dikenal dengan nama "Hardtop". Sesungguhnya Hardtop merupakan salah satu body style, selain soft top, pick up, wagon dan sebagainya.