Mohon tunggu...
Andre Hendra Gunadi
Andre Hendra Gunadi Mohon Tunggu... Penulis - Every man's life is a fairy tale written by God's fingers

Shopping Mall Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bertahan di Sengitnya Persaingan

9 Agustus 2020   14:10 Diperbarui: 9 Agustus 2020   14:25 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak era 90-an, property developer yang punya kawasan hunian berskala sedang hingga besar, biasanya membangun shopping mall sebagai pelengkap. 

Banyak yang berhasil dan eksis hingga saat ini, ada yang gagal, tapi ada juga yang berhasil bangkit dari kegagalan & bertahan diketatnya persaingan. Salah satu contohnya adalah mall di Jakarta Utara yang dikembangkan property developer yang sukses dengan proyek highrise building (apartemen/office), landed house dan ruko di seantero Jakarta.  

Mall yang dikelilingi gedung apartemen & deretan ruko ini punya konsep desain yang unik, kabarnya terinspirasi The Grand Canal Shoppe at The Venetian,  Macao, dengan deretan branded store bernuansa Venetian & decorative high ceiling dilengkapi sungai buatan dalam mall, lengkap dengan gondola yang bisa membawa customer berkeliling mall!

The Grand Canal Shoppe at The Venetian, Macao yang menginspirasi desain mall (Photo: Flickr)
The Grand Canal Shoppe at The Venetian, Macao yang menginspirasi desain mall (Photo: Flickr)

Namun sayang, entah kenapa konsep unik a la The Grand Canal Shoppe ini tidak diaplikasikan secara maksimal, hanya desain exterior & interior gedung, decorative ceiling, koridor lebar & high-ceiling di luar standar. Lebar koridor lebar dan high-ceiling Tidak ada sungai dengan gondolanya, bahkan sebagai gantinya terdapat indoor theme park di center atriumnya yang diklaim terbesar saat itu.

Indoor theme park yang diklaim terbesar pada masanya (Photo: TripAdvisor)
Indoor theme park yang diklaim terbesar pada masanya (Photo: TripAdvisor)

Saat mall dibuka pada tahun 2008, branded store bisa dihitung jari,  mayoritas branded affordable & non-branded tenant. Indoor theme park cukup membantu traffic customer pada tahun-tahun awal. Namun ini tidak berlangsung lama, selain karena theme-park dituntut untuk selalu up to date, tenancy mix pun dianggap kurang menarik dibanding mall kompetitor membuat traffic cenderung stagnan. Keramaian hanya terjadi pada saat momen liburan sekolah, libur Lebaran atau Natal & akhir tahun. Daily traffic masih berat meskipun mall terintegrasi dengan gedung apartemen. 

Berbagai upaya dilakukan untuk menarik penghuni apartemen dan hunian yang berada di rooftop mall, ya ada sejumlah hunian yang dibangun di atas atap mall yang diberi nama 'The Villas' dan sudah laris terjual dan sebagian besar dihuni. Mulai dari memberikan diskon khusus penghuni, promo cashback jika berbelanja di outlet tertentu hingga membership card khusus bagi penghuni. Tapi tetap saja sebagian besar penghuni apartemen lebih memilih mall kompetitor yang memang tenantnya lebih lengkap dan beragam.

Secara desain ruang, pada awal berdiri Mall of Indonesia tidak mengadopsi konsep single corridor yang lazim digunakan di banyak pusat belanja, seperti misalnya dipakai di Mall Kelapa Gading, Supermal Karawaci, Summarecon Serpong & Bekasi, Central Park, AEON BSD atau Plaza Senayan. 

Konsep ini banyak digunakan karena memberi kemudahan bagi customer saat berbelanja dan juga bagi tenant untuk berjualan. Mall of Indonesia memiliki koridor utama dengan deretan tenant-tenant besar di kiri & kanannya dan terkoneksi dengan pintu masuk. Central areanya digunakan sebagian besar untuk indoor theme park, dan sisanya untuk F&B dalam bentuk kiosk maupun push-cart, koridor di area tengah ini bagai labirin yang kadang membuat pengunjung bingung. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun