Mohon tunggu...
andrizal
andrizal Mohon Tunggu... Guru - menjadi lebih Baik

Berusaha Menjadi Bermafaat Bagi Orang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tidak Ada Alasan untuk Mencintaimu

2 Februari 2020   21:10 Diperbarui: 2 Februari 2020   21:23 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TIDAK ADA ALASAN KU UNTUK  MENCINTAI MU*

Oleh *Uki Lestari*

Saya bukanlah pencinta binatang. Baik yang peliharaan apalagi yang buas. Sama yang imut-imut saja geli, apalagi yang beringas. Namun saya menyayanginya. Ia, kucing.

Terus, kenapa membahas tentang kucing sih? Saya membahas tentang kucing, karena saya hanya ingin berbagi, keistimewaan kucing di kehidupan kita.

Iya, kucing itu adalah makhluk ciptaan Allah yang memiliki banyak keistimewaan. Pernah dengar gak, kalau gara-gara seekor kucing, seseorang bisa masuk neraka? Tapi jangan salah, gara-gara kucing, seseorang juga bisa masuk surga lho. Dahsyat kan.

Ngomong-ngomong tentang kucing, saya sangat takut sama kucing. Apalagi anak kucing. Usil banget. Tahu sekali ia, kalau saya sering terperanjat dan terpekik saat ia usil pada saya. Huft!

Jadi, di rumah saat ini ada dua ekor anak kucing dan satu induknya. Seperti yang kita tahu, bahwa anak-anak kucing yang baru dilahirkan itu, kotornya bukan main.

Beberapa kali mereka BAB dan BAK sembarangan. Sampai-sampai kepala saya sakit karena baunya. Tempatnya pun tersembunyi, sehingga untuk membuang hajatnya itu membutuhkan waktu, tenaga, dan kesabaran ekstra.

Percobaan pemindahan tempat tinggal pun sudah saya lakukan. Pernah suatu kali mereka dibawa ke tempat yang jauh dari rumah. Berharap lepas dari mereka. Eh, gak tau dari mana, mereka nongol dengan senyuman indah tanpa bersalah di hadapan saya.

Lalu, alasan apa lagi yang harus saya berikan, sedangkan mereka begitu mengharapkan saya, begitu membutuhkan saya untuk memeliharanya.

Akhirnya, saya pasrah, dan mau menerimanya apa adanya. Mau membersihkan BAB dan BAK yang mereka keluarkan tanpa dosa di rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun