Belakangan ini, wacana mengenai program kopi gratis untuk Gen Z kembali mengemuka, terutama setelah Ridwan Kamil, mantan Gubernur Jawa Barat yang kini dikenal dengan beragam inovasi kebijakannya, mengusulkan ide tersebut. Dalam pernyataannya, Ridwan Kamil menyebutkan bahwa kopi gratis untuk Gen Z adalah langkah untuk meningkatkan interaksi sosial dan kreativitas anak muda di Indonesia. Namun, banyak pihak yang merasa bahwa di balik niat baik ini, masih ada banyak hal yang lebih penting bagi generasi muda selain kopi gratis. Salah satunya adalah Pramono, seorang politisi dan pengamat sosial yang menilai bahwa program semacam ini bisa jadi terlalu dangkal dan kurang substansial.
Ridwan Kamil menyebutkan bahwa kopi dapat menjadi media untuk membangun ruang diskusi yang kreatif bagi anak muda. Kopi, bagi sebagian besar kalangan, memang telah menjadi simbol gaya hidup modern yang identik dengan kreativitas dan kebebasan berekspresi. Namun, apakah benar Gen Z membutuhkan kopi gratis sebagai solusi untuk mengatasi tantangan yang mereka hadapi?
Gen Z dikenal sebagai generasi yang melek teknologi, kritis, dan selalu mencari inovasi baru. Bagi mereka, kopi mungkin lebih dari sekadar minuman; itu adalah budaya yang menyertai aktivitas sehari-hari, dari bekerja hingga bersosialisasi. Namun, di tengah segala keterbukaan akses dan informasi yang mereka nikmati, apakah kopi benar-benar solusi yang akan membantu Gen Z dalam menghadapi masalah-masalah kompleks yang dihadapi oleh generasi ini?
Pramono, dalam reaksinya terhadap usulan Ridwan Kamil, menyoroti bahwa meskipun kopi gratis mungkin terdengar menarik, itu hanya menyentuh permukaan masalah. Gen Z, menurutnya, membutuhkan program yang lebih substansial, seperti pelatihan keterampilan, dukungan terhadap wirausaha muda, serta akses yang lebih baik ke pendidikan dan peluang kerja.
Pramono mengingatkan bahwa generasi muda di Indonesia saat ini menghadapi berbagai tantangan, mulai dari tingginya persaingan di dunia kerja hingga keresahan terkait masa depan lingkungan. Bukan berarti program kopi gratis tidak bermanfaat sama sekali, tetapi jika dilihat dari perspektif prioritas, banyak yang menilai bahwa ada isu-isu yang lebih mendesak untuk diselesaikan.
Misalnya, bagaimana pemerintah bisa mendukung Gen Z untuk menjadi wirausahawan muda yang sukses? Bagaimana menyediakan ruang bagi mereka untuk berinovasi dan menciptakan perubahan nyata dalam masyarakat? Atau bagaimana memastikan mereka mendapatkan pendidikan yang relevan dan berkualitas di era yang penuh dengan disrupsi teknologi ini?
Di tengah berbagai wacana mengenai program kopi gratis, pertanyaan yang lebih mendasar adalah: peran apa yang seharusnya dimainkan pemerintah dalam mendukung generasi muda? Banyak pihak menilai bahwa fokus pemerintah seharusnya berada pada penciptaan ekosistem yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan Gen Z secara menyeluruh.
Gen Z membutuhkan ruang untuk berkembang secara intelektual, kreatif, dan profesional. Pendidikan yang relevan, pelatihan keterampilan kerja, serta program inkubasi untuk startup dan wirausaha muda mungkin lebih penting daripada kopi gratis. Dalam konteks ini, peran pemerintah tidak hanya sebagai penyedia fasilitas, tetapi juga sebagai fasilitator yang membuka jalan bagi Gen Z untuk menciptakan masa depan mereka sendiri.
Selain itu, akses terhadap kesehatan mental juga menjadi isu penting yang perlu diperhatikan. Generasi muda saat ini kerap menghadapi tekanan yang besar, baik dari lingkungan sosial maupun profesional. Memberikan akses yang lebih baik terhadap layanan kesehatan mental, serta menciptakan lingkungan yang mendukung keseimbangan kehidupan kerja, bisa menjadi langkah signifikan dalam memastikan bahwa Gen Z tumbuh menjadi generasi yang kuat dan resilien.
Seiring dengan berjalannya diskusi mengenai program kopi gratis ini, muncul banyak pandangan yang menilai bahwa ide ini tidaklah salah, tetapi mungkin tidak sepenuhnya tepat sasaran. Kopi gratis mungkin bisa menjadi inisiatif kecil yang menyenangkan, tetapi di balik semua itu, Gen Z butuh dukungan yang lebih konkret.
Menurut survei dan penelitian yang dilakukan oleh berbagai lembaga, generasi muda saat ini lebih tertarik pada solusi yang bisa membantu mereka memecahkan masalah nyata yang mereka hadapi, seperti ketidakstabilan ekonomi, perubahan iklim, dan ketidakpastian karir. Mereka lebih menghargai program-program yang bisa membantu mereka mengembangkan keterampilan baru, mendapatkan pengalaman kerja yang relevan, atau mendapatkan akses ke sumber daya yang mendukung pengembangan pribadi dan profesional.
Oleh karena itu, program kopi gratis mungkin menarik perhatian dalam jangka pendek, tetapi pada akhirnya, generasi muda butuh lebih dari sekadar kopi untuk menghadapi tantangan masa depan.
Wacana mengenai kopi gratis mungkin hanyalah salah satu dari sekian banyak ide yang muncul dalam upaya mendekati dan melibatkan Gen Z. Namun, jika kita ingin benar-benar mendukung perkembangan generasi muda, kita harus fokus pada solusi yang lebih mendalam dan berdampak jangka panjang. Gen Z bukanlah generasi yang hanya peduli pada hal-hal yang superfisial. Mereka adalah generasi yang kritis, berwawasan luas, dan siap menghadapi tantangan global. Untuk itu, kita perlu memberikan mereka alat, pengetahuan, dan dukungan yang mereka butuhkan untuk membangun masa depan yang lebih baik.
Kopi gratis mungkin bisa menjadi pemanis, tetapi kita tidak boleh melupakan bahwa yang mereka butuhkan adalah solusi nyata yang bisa membantu mereka berkembang dan menghadapi tantangan di masa depan. Kebijakan yang tepat untuk Gen Z haruslah kebijakan yang memberdayakan mereka, memberi mereka kesempatan, dan mendukung mereka dalam menciptakan perubahan positif bagi diri mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H