Pengalaman sepuluh hari kursus vipassana memberi saya pengetahuan mendalam tentang kehidupan. Kursus yang saya ikuti ini merupakan tradisi pengajaran S.N. Goenka yang diturunkan dari Sayagi U Ba Khin dan dari guru-guru terdahulu hingga pada sumbernya 2.500 tahun yang lalu yaitu Sang Buddha Sidharta Gautama. Ajaran ini tetap terjaga dalam bentuk murninya, yaitu terlepas dari label sekte atau agama tertentu. Inti ajarannya berada pada kata "Dharma" yang artinyaÂ
"alam atau sifat dari apa yang ada di pikiran."
Â
Pikiran adalah unsur penting dalam diri manusia yang sangat kuat dan berpengaruh besar. Bila pikiran dimanfaatkan dengan baik, maka hasilnya akan sangat bermanfaat. Akan tetapi, manusia semenjak usia dini memperoleh banyak pembelajaran akan rasa, sebagai hasil interaksi dari berbagai objek yang dijumpainya. Terlebih bagi yang tinggal di wilayah perkotaan, terdapat objek-objek yang lebih bermacam-macam dibanding dengan daerah pedesaan, sehingga lebih banyak rasa yang didapat. Rasa itu kemudian memunculkan reaksi yang berbeda-beda pada setiap orang, ada suka, candu, senang, rakus, sedih, marah, benci, cemas, gelisah. Reaksi-reaksi itu melekat, tersimpan dalam ingatan, menjadi sebuah watak, sifat pribadi yang khas.
Â
Dalam pikiran, ingatan akan rasa dan reaksi itu seringkali muncul walaupun objek terkait tidak dijumpai. Misalkan, teringat akan lezatnya makan baso kuah panas dan timbul keinginan untuk merasakannya kembali, atau teman kerja yang menyebalkan dan timbul rasa marah ketika mengingatnya. Disamping ingatan akan rasa yang sering muncul tersebut, objek-objek nyata yang dihadapi saat itu juga menambah rasa dan reaksi yang diproses dalam pikiran. Pikiran terus berputar, bahkan saat santai duduk di sofa sambil menonton televisi atau main hp pun bisa dibilang sebuah pekerjaan bagi pikiran. Sebab pikiran terus disuguhi oleh informasi-informasi dan iklan-iklan yang ditayangkan. Pikiran tanpa henti menerima masukan dan stimulus, di sepanjang jalan pun terpampang banyak objek, seperti papan-papan iklan, kuliner-kuliner lezat, produk-produk tersier, dan lain-lain. Alhasil, manusia semakin mengingini dan menyukai banyak hal demi kebahagiaan dan kenyamanan dirinya.
Â
Selain rasa mengingini di atas, bisingnya kota, macetnya lalu lintas, kendaraan yang saling seruduk, tekanan kerja di kantor, diperlakukan kurang sopan, hal-hal tersebut bisa menjadi sumber yang tidak disukai. Hal-hal yang diinginkan tapi tidak tercapai pun bisa menjadi sumber emosi-emosi negatif. Semua beban pikiran tersebut menjadi tekanan yang terus menumpuk dan berlipat ganda. Hidup menjadi depresi dan menderita.
Â
Bila kita renungi hidup ini, apa sebenarnya yang terbaik bagi hidup? Dari tekanan dan tegangan yang didapat sehari-hari dan oleh gaya hidup yang sudah terkondisikan sedemikan rupa. Kehidupan yang tersusun dalam konsep tertentu yang mengutamakan pencarian akan materi. Konsep kehidupan yang memfokuskan diri kita untuk mengembangkan hal-hal diluar diri kita dan kurang memperhatikan apa yang ada di dalam diri.
Â
Meditasi merupakan teknik yang baik untuk mengamati apa yang terjadi di dalam diri atau teknik ini bisa dibilang juga melakukan "Dharma." Proses pembersihan diri ini terjadi secara otomatis pada saat pengamatan diri berlangsung. Sehingga manusia yang mempraktekkan teknik ini dapat terlepas dari kelekatan terhadap rasa-reaksi tersebut. Terhadap sifat negatif yang cenderung membawa diri pada penderitaan. Rasa serakah, candu, marah, benci, cemas, depresi, dan lain-lain. Saat kelekatan tersebut hilang dan batin menjadi bersih, maka sifat-sifat yang bajik akan muncul secara otomatis. Inilah Dharma, sebuah proses untuk melihat dan menyadari diri apa adanya.
Â
Di dalam kursus vipassana, terdapat sesi penting setiap harinya berupa meditasi kelompok selama satu jam, tiga kali per hari, yang menjadi inti latihan meditasi. Selama satu jam, peserta dianjurkan untuk tidak bergerak, dalam posisi sila atau duduk, dan mata tertutup. Selama itu, peserta mengamati diri, memfokuskan pikiran pada setiap bagian tubuh, dari ujung kepala hingga ujung kaki. Mengamati apa yang terjadi, berbagai rasa yang timbul dan mempertahankan pikiran untuk tetap "tenang seimbang." Rasa itu bisa pegal, sakit, kesemutan, panas, keram, dan reaksi terhadap rasa kasar itu seperti marah, cemas, gelisah, malas. Rasa-rasa itu bisa juga tentang kenyamanan, rasa ringan, senang, nyaman dan sensasi-sensasi tertentu yang muncul di kulit. Peserta harus mengamati rasa-rasa itu, tanpa bergerak dan bereaksi, apapun rasa yang muncul. Pikiran harus tetap tenang seimbang dan mengamati setiap rasa yang dihadapi. Dengan begitu, rasa-rasa itu akan hilang dengan sendirinya saat diamati.
Â
Sikap tenang seimbang tersebut melatih emosi atau watak peserta yang dalam kehidupan sehari-hari akan dengan mudah bereaksi terhadap rasa-rasa tersebut. Rasa sakit atau nyaman yang dirasakan saat meditasi itu sifat nya personal dan merepresentasikan kemelekatan yang ada di dalam alam bawah sadar peserta yang bersangkutan. Saat pikiran tetap murni dan tenang, rasa-rasa yang tidak menyenangkan dan yang menyenangkan tersebut lama kelamaan akan pudar. Sebab tidak ada yang abadi, pasti akan berubah dan berlalu. Alam bawah sadar menjadi lebih murni, seperti disetel ke mode tenang seimbang. Sehingga saat di dunia sehari-hari menjumpai hal-hal yang tidak disukai, diri menjadi lebih tenang seimbang, dan tidak mudah bereaksi.
Â
Dalam kata lain, vipassana adalah teknik pemurnian diri dari segala kekotoran batin. Sehingga diri menjadi lebih murni atau positif yang secara natural memunculkan sifat nilai-nilai kebaikan. Sebab pada dasarnya manusia adalah baik, seperti layaknya seorang anak kecil yang masih murni dan bersih dari kekotoran dunia.
Â
Meditasi vipassana, bila dilakukan dengan benar, dapat memberikan manfaat yang positif bagi diri sendiri. Dengan secara aktif dan disiplin membersihkan dirinya sendiri dari sifat-sifat negatif, sehingga hal-hal baik dapat tumbuh berkembang. Ini adalah pelatihan seumur hidup, perlu latihan yang rutin dan tanpa henti. Kursus sepuluh hari hanyalah langkah awal, begitulah kata Guru besar di pusat latihan Dhamma Java, S. N. Goenka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H