ABSTRAK
Pelayanan, suatu kata yang tidak bisa lepas cari perjalanan kehidupan orang percaya. Meskipun seringkali istilah pelayanan dikaitkan dengan suatu kewajiban bagi sebagian orang dengan jabatan, kedudukan didalam organisasi tertentu, seperti seorang gembala, diaken, pemain musik didalam suatu gereja, seorang pendeta/hamba Tuhan dengan tugas dan misinya, Â seorang konselor dan sebagainya.Â
Namun jika kita telaah lebih mendalam, pelayanan adalah suatu bentuk kegiatan positif yang disertai dengan keikhlasan dan ketulusan yang sebenarnya selalu kita temui dan dapat kita terapkan di sepanjang kehidupan kita tanpa memandang atau harus memiliki suatu jabatan dan kedudukan dalam organisasi tersebut, dalam hal ini gereja. Dengan kata lain, kita bisa menjadi seorang suami dan ‘melayani’ dalam kehidupan rumah tangga kita, kita bisa menjadi seorang pemimpin di suatu perusahaan / organisasi lain di marketplace dan ‘melayani’ seluruh staf, bawahan, klien, kolega kita, dll.Â
Bahkan mungkin bisa jadi kita hanya merupakan bagian terkecil dari suatu organisasi tertentu dan membuat suatu pengaruh yang signifikan. Sehingga suatu itu bentuk pelayanan tersebut, diharapkan sudah bukan lagi menjadi suatu hal yang spesifik yang hanya bisa dilakukan oleh kalangan tertentu, melainkan menjadi suatu pola hidup orang-orang Kristiani pada khususnya dan dengan harapan bisa menjadi suatu berkat dan teladan hidup orang lain pada umumnya.Â
Jika kita memiliki hati yang rindu, dan dalam benak setiap orang tertanam prinsip dan pengertian yang sama tentang mudahnya kehidupan pelayanan ini, bahwa setiap individu mampu dan memuliakan nama Tuhan pencipta adalah suatu pencapaian di dalam perjalanan hidup kita melalui perkataan dan perbuatan, maka secara otomatis kita akan mengejar kehidupan pelayanan tersebut sebagai suatu tujuan. Dan niscaya kita akan melihat perubahan kehidupan di dunia ini kearah yang lebih baik.
PENDAHULUAN
Melayani itu sendiri bukanlah hanya suatu hal yang bisa dianggap sepele. Pertama kita butuh hati yang memiliki kerinduan, ketulusan dan keikhlasan, bahkan seringkali dihubungkan dengan tugas dan tanggung jawab yang kita emban. Justru sebaliknya istilah ini telah direduksi secara makna menjadi suatu terminologi biasa tanpa makna yang mendalam dalam kehidupan orang Kristiani dan hanya merupakan kewajiban bagi orang-orang tertentu saja. Sesungguhnya, melayani merupakan terjemahan dan implementasi tentang apa yang diajarkan oleh Yesus Kristus kepada murid-murid-Nya dan kepada para pengikut-Nya. Makna melayani ini dapat kita lihat secara mendalam didalam Injil Sinoptik dengan menempatkan Yesus Kristus sebagai hamba yang melayani para murid dan pengikut-Nya.
Untuk bisa memahami tentang nilai-nilai suatu pelayanan dan bagaimana kita dapat melayani, kita harus memiliki hati seorang hamba (Yun: doulee kouriu – bandingkan dengan Lukas 1:38 tentang kesadaran Maria sebagai hamba Tuhan). Tanpa menyadari hal ini kita tidak akan dapat mencapai suatu tujuan inti dari melayani itu sendiri. Kita memiliki tugas untuk menghambakan diri kepada Tuhan (Yun. Kurios = Tuan) melalui pelayanan terhadap sesama.Â
Jadi jika secara umum, orang yang disebut hamba adalah orang yang bertobat dan sadar bahwa dirinya telah ditebus oleh darah Kristus, dan berkomitmen kepada Allah secara sungguh-sungguh dalam tugas dan panggilannya. Dalam arti yang lebih spesifik, hamba Tuhan adalah mereka yang secara sadar memberikan diri untuk diubahkan oleh Kristus menjadi manusia baru (bdk. Ef. 4 ; Kol 3 ; Rom 12), menyerahkan diri secara total dan berjanji setia kepada Tuhan sampai akhir hidupnya. Memang kedengarannya terlalu muluk, tetapi hal ini merupakan bagian dasar yang harus dipahami dalam hubungannya dengan kehidupan pelayanan.
Yesus Kristus adalah Hamba Agung, yang sempurna. Ia mengosongkan diri-Nya (kenosis) untuk memenuhi penggenapan akan keselamatan (bdk. Fil 2). Ia memberikan contoh konkrit tentang pelayanan melalui hal yang riil, realistis dan relevan dengan kebutuhan jaman melalui perjalanan dan teladan hidup-Nya. Seharusnya hal ini menjadi suatu warisan hidup yang harus diterapkan secara konsisten didalam kehidupan seluruh manusia di bumi.Â
Hanya saja sayangnya, nilai dan prinsip keteladanan yang sudah dilakukan oleh Yesus Kristus seringkali hanya dianggap sebagai suatu ajaran atau teori saja dan kita lupa untuk menghidupi dan menerapkan  ajaran itu dengan baik dan benar didalam kehidupan kita. Dengan kata lain sebagai orang Kristiani, baik sebagai tatanan pemimpin gereja dan maupun jemaat, terlalu banyak berteori dan menafsirkan tetapi minim dalam mempraktekannya. Oleh karena itu melalui tulisan ini, penulis berharap dapat memberikan pemahaman tentang pelayanan secara mendalam cari keteladanan hidup Yesus Kristus untuk dapat diterapkan dalam kehidupan umat Allah pada masa sekarang.