Mohon tunggu...
Andreas Agil Munarwidya
Andreas Agil Munarwidya Mohon Tunggu... Guru - SMK IT Ihsanul Fikri Mungkid

Guru, Penulis, dan Sastrawan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Integrated Assignment Model: Model Pendidikan yang Menggairahkan Kebudayaan Pasca Pandemi

7 Juni 2023   12:28 Diperbarui: 7 Juni 2023   12:30 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diawali dengan menelaah KD dari setiap mata pelajaran, hal ini dimaksudkan agar menemukan titik temunya sehingga didapatkan materi atau bentuk penugasan yang sama/sejenis pada tiap-tiap mapel. Selanjutnya, setelah mendapatkan materi atau bentuk tugas yang sama/sejenis, para guru merumuskan secara bersama-sama Penugasan Terpadu yang nantinya itu digunakan untuk memenuhi KD dari masing-masing mapel tadi. Sebagai contoh, penulis menerapkan ini pada KD 3.5 dan 3.6 tentang Anekdot di Mapel Bahasa Indonesia, KD 3.5 dan 3.6 tentang scanning gambar dan penggunaan perangkat lunak pengolah gambar vektor di Mapel Dasar Desain Grafis, serta KD 3.3 tentang memahami konsep dan prosedur pameran karya seni rupa di Mapel Seni Budaya Seni Rupa. Adapun bentuk Penugasan Terpadu yang bisa dilaksanakan dari penjabaran langkah IAM tersebut, yaitu Gambar Ilustrasi/Komik bertema Anekdot, yang semodel dengan komik Tahilalats, yang nantinya akan dipamerkan atau dipajang.

Terlihat tidak berkaitan dengan erat dengan pembentukan jati diri bangsa, memang. Akan tetapi, bila ditilik lebih jauh, pembelajaran IAM melatih anak didik agar lebih memaksimalkan waktunya untuk hal-hal yang bermanfaat; memberikan banyak waktu untuk bersosialisasi, tidak habis waktunya hanya untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah yang bertumpuk banyaknya. Dengan model pembelajaran ini, pendidikan kita akan kembali bergairah. Sebagaimana tujuan dari pendidikan yang ada di UU No. 20 tahun 2003, "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab." Mengembangkan kemampuan dari penugasan yang menumbuhkan kreativitas. Membentuk watak karena anak didik dapat memanfaatkan waktunya selain mengerjakan tugas yang kerap dikerjakan dengan mengakses internet secara berlebihan. Bermartabat sebab anak didik tidak dibebankan banyaknya penugasan, pun gurunya lebih mudah dalam melaksanakan penilaian. Hingga akhirnya, cerdaslah kehidupan bangsa, berkembanglah potensinya, sampai menuju peradaban Indonesia yang jaya.

Peradaban Kita Lahir dari Budaya Perjuangan

Menilik pernyataan Seno Gumira Ajidarma (2021) bahwa kebudayaan pascamodern, tidak lagi dikenal apa itu pembedaan antara kebudayaan tinggi dan populer. Hal tersebut, bila menyangkut perihal  pandemi, berarti dapat diartikan bahwa kebudayaan pascamodern---sekaligus pasca pandemi, tidak lagi akan didominasi/dimonopoli oleh orang-orang "berduit" atau kalangan tertentu saja. Karena disadari atau tidak, suka maupun tidak, kebudayaan yang hadir di dunia, terkhusus Indonesia, kini menjadi sama saja setelah pandemi. Tidak ada pembedaan. Orang kaya-orang miskin wajib memakai masker, mencuci tangan, dan tidak berkerumun. Semua sama. Semua memiliki tanggung jawab dan hak yang sama. Perbedaan muncul hanya pada tataran materi atau tampilan, yang ujung-ujungnya kembali pada aturan baku yang sama, yang akhirnya membentuk kepribadian bangsa berupa hasil dari sebuah perjuangan melawan pandemi; budaya seorang pejuang yang melawan pandemi: senasib-sepenanggungan, layaknya dulu di zaman penjajahahan.  

Ini seperti apa yang disampaikan oleh dosen Unika Soegijapranata, Dr. Krisprantono, M.A., bahwa bangsa ini perlu menghadirkan kembali memori perjalanan budaya masa lalu bangsa kita sebagai dasar untuk memahami perubahan. Dilansir dari undip.ac.id, dalam webinarnya, beliau bercerita tentang situs pabrik gula dan kota-kota lama sebagai memori yang darinya kita bisa memahami bagaimana revolusi industri yang melanda Eropa pada abad 19 pengaruhnya sampai ke Indonesia yang pada masa itu masih dikenal sebagai Hindia Belanda. Dan, kaitannya dengan pandemi, tentu kita harus bisa mengambil hikmahnya. Bagaimana kembali menguat, kembali melihat lebih dalam perjalanan berbangsa yang ada di masa pandemi. Bukan untuk membuka luka lama, melainkan membuat rumusan terbaru perjalanan kebudayaan bangsa pasca pandemi ini.

Sumber: dokumentasi pribadi
Sumber: dokumentasi pribadi

Ada di Tangan Siapa?

Adapun langkah nyata di atas yang sudah penulis sebutkan tadi merupakan salah satu kontribusi yang dapat dilakukan untuk mengairahkan perjalanan kebudayaan bangsa lewat bidang pendidikan. Namun, seperti kata Seno Gumira Ajidarma lagi, yang masih disampaikan dalam webinar yang sama, yang sudah disebutkan di awal tulisan ini, bahwa kebudayaan ditandai oleh perjuangan untuk melakukan artikulasi, disartikulasi dan reartikulasi makna, ideologi dan politik tertentu. Ini berarti andil kekuasaan, yang diwakili oleh ideologi/politik tertentu tadi, akhirnya menjadi pengetuk palu apakah kebijakan-kebijakan yang ada dan tercipta dari para pemikir negeri pasca pandemi itu dapat terlaksana di lapangan. Maka, ada sedikit satire yang semoga tidak menjadi pakem, yakni: Benar bahwa manusia berencana, Tuhanlah yang menentukan. Akan tetapi politisi mengabu-abukannya. Semoga tidak. Tabik!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun