Mohon tunggu...
Andreas Hassim
Andreas Hassim Mohon Tunggu... -

Andreas Hassim adalah seorang bankir profesional, perjalanan karir dimulai dari Bank Danamon Indonesia kemudian hijrah ke Bank Rakyat Indonesia sampai saat ini. Dan saat ini sedang mendapat tugas belajar pasca sarjana di Cleveland State University, Ohio, Amerika Serikat. Selain sebagai seorang praktisi perbankan ybs sangat tertarik menulis analisis berkaitan dengan makro ekonomi, perbankan & keuangan serta tulisan-tulisan ringan dalam mengkritisi kehidupan. Beberapa tulisan sudah dimuat di Investor Daily, Kontan, Majalah Infobank dan majalah-majalah Internal BRI

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Renungan Esok Hari

31 Desember 2015   15:12 Diperbarui: 31 Desember 2015   15:12 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(29 Desember 2015)

Percakapan Tuhan dengan seorang manusia (anonym)

Manusia: Tuhan, bolehkah saya bertanya?

Tuhan: Tentu

Manusia: Janji ya, Tuhan gak akan marah?

Tuhan: Ya, janji

Manusia: Mengapa hari ini Kau biarkan hal-hal yang buruk terjadi dalam hidup saya?

Tuhan: Apa maksudmu?

Manusia: Baiklah, saya akan ceritakan kejadian-kejadian hari ini, saya bangun kesiangan, kemudian di tengah keterlambatan, mobil saya tidak bisa di starter sehingga saya harus memesan taksi dan saya terlambat sampai di kantor hari ini.

Tuhan: hmmm

Manusia: Siangnya, pada saat makan siang, pelayan restoran memberikan menu yang salah, sehingga saya lagi-lagi harus menunggu lama.

Tuhan: Oke, ada lagi?

Manusia: Kemudian, waktu saya pulang, handphone saya mati sesaat itu juga waktu saya mengangkat panggilan yang masuk, padahal saya sedang menunggu informasi yang sangat penting hari ini.

God: baiklah

Manusia: belum selesai, dari kepenatan hari yang menjengkelkan, saya pulang untuk mendapati kursi pemijat otomatis yang baru saya beli tapi tidak bisa berfungsi sore itu. Tidak ada yang beres hari ini! Apa yang Kau perbuat padaku hari ini?

Tuhan: baiklah Aku jelaskan satu per satu, pagi tadi Aku melihat malaikat kematian mendatangimu dan kirim satu malaikatKu untuk membatalkannya, sehingga kau tidur lebih panjang dari biasanya. Kemudian, Aku tidak membiarkan mobilmu menyala karna aku melihat seorang supir yang sedang mabuk berada di jalurmu sehingga dapat membuatmu celaka pagi itu.  Siangnya, pesanan makananmu Kulihat dibuat oleh seorang yang sedang sakit sehingga akan menyebabkan kamu tertular. Akulah yang membuatnya menjadi berantakan sehingga mereka harus menyiapkan makanan bagimu dengan lebih baik. Ketika, handphone mu berbunyi Aku juga yang membuatnya mati, aku tidak rela kau dijebak oleh si penelepon untuk memberikan keterangan yang dimanipulasi sehingga akan menghantarkan kamu kepada masalah hukum. Dan terakhir, kenapa kursi pemijatmu tidak berfungsi, itu karena Aku tidak rela merusak malam harimu dengan gelap gulita karena korsleting menyebabkan aliran listrik menjadi padam.

Manusia: Ya Tuhan, ampunilah hambaMu yang tidak mampu mengerti rencanaMu dan tidak bersyukur akan semua kebaikanMu.

Tuhan: Janganlah meminta maaf untuk hal-hal itu. Aku hanya ingin jika kamu belajar untuk percaya kepadaKu sepenuh hati, baik dalam keadaan yang baik maupun buruk. Dan janganlah ragu dengan rancanganKu kepadamu karena pasti akan lebih baik dari apa yang pernah kamu pikirkan

Manusia: maafkan saya Tuhan… terimakasih untuk perbuatanMu yang ajaib sepanjang hari ini ya Tuhan

Tuhan: terimakasih kembali anakKu. Ini adalah bagian dari kecintaanKu dengan menjaga anak-anakKu

 

Cerita di atas dengan berbagai versinya mungkin sudah sering kita dengar, begitu juga dengan saya. Tapi anehnya, berulang kali juga saya berkeluh kesah kok jadi gini, kok jadi gitu, kan saya mintanya A kenapa yang datang B, kok saya sudah berbuat baik kenapa kemalangan yang saya dapatkan. Saya lupa bersyukur kalau saya masih bernafas, saya lupa bersyukur kalau diberi kesehatan, saya lupa juga kalau saya diberi anak yang sehat, pintar dan lucu, bahkan saya juga lupa kalau nikmat-nikmat ini semua pemberianNYA karena saya berpikir semua ini karena saya, itu karena saya dan saya adalah superman.

Cerita ini menggelitik saya juga karena sudah sering didengar namun seringkali saya gagal mempraktikkannya dalam keseharian. Ya begitulah manusia, yang lebih senang menasehati dibandingkan mempraktikkannya, lebih senang menyalahkan orang lain dibandingkan instropeksi, lebih memilih merubah dunia dibandingkan merubah 1 kebiasaan buruk dirinya karena menurutnya lebih sulit merubah diri sendiri dibandingkan merubah dunia. Setelah dua tahun saya tidak lagi menulis tulisan ringan semacam ini, di akhir tahun 2015 ini saya kembali membuka catatan-catatan di keseharian saya untuk mengungkapkan hal-hal yang telah terjadi dan lagi-lagi bukan karena saya “lebih baik” tetapi justru merefleksikan kelemahan yang saya miliki (lebih senang menasehati dibandingkan mempraktikkannya) dalam sebuah tulisan otokritik.

 

Tulisan ini tidak saja ingin mengirimkan pesan bahwa Sang Pencipta memiliki rancangan yang maha dahsyat kepada setiap pribadi seperti cerita di pembukaan tadi, tetapi kali ini saya juga ingin mengingatkan diri saya bahwa ada tiga pesan yang perlu dipegang untuk menjalani tahun 2016 dengan optimisme.

 

Pertama, bekerjalah lebih. Saya banyak mendengar berbagai kisah sukses para pesohor yang memang melakukan investasi waktunya secara optimal bahkan menggunakan waktu luangnya secara efektif. Namun, hal ini bukanlah berarti harus berkutat di kantor secara berlebihan karena seharusnya pekerjaan kantor dapat efektif dikerjakan sesuai dengan jam kerja dan beban kerja yang ditetapkan. Sistem kerja yang baik harus dapat mengoptimalkan SDM yang tersedia dengan alokasi pekerjaan yang seimbang sehingga hasil kerja dapat optimal kualitas maupun kuantitasnya. Sebaliknya, pekerja perlu membangun kapasitas individu (capacity building) yang dibutuhkan sehingga pekerjaan yang dilaksanakan dapat lebih baik lagi kualitas dan kuantitasnya. Untuk itu, hal pertama yang harus dicari atau dibangun oleh pekerja adalah passion dalam menjalankankan profesionalitasnya, layaknya seorang Lionel Messi yang dengan semangat berlatih menggiring bola tanpa mengenal lelah atau seorang Michael Jordan yang berlatih melompat lebih tinggi untuk melampaui lawannya. Pekerjaan yang dilaksanakan dengan sukacita tentunya akan menghasilkan hasil yang juga optimal, apalagi jika sudah menjadi hobi.

Kemudian, setelah menemukan passion maka kita harus fokus mengembangkan kompetensi diri sesuai dengan passion yang kita pilih. Jika saya memutuskan menjadi banker maka waktu, pikiran, bacaan, diskusi, tontonan dan lain-lainnya harus yang berhubungan dengan passion yang saya pilih.

Selanjutnya, bekerja lebih berkaitan erat dengan keberuntungan. Thomas Alva Edison pernah berkata kalau keberuntungan adalah sesuatu yang terjadi ketika kesempatan bertemu dengan kesiapan. Bekerja lebih dalam mengembangkan kompetensi diri akan menolong kita untuk senantiasa siap ketika kesempatan itu datang sehingga keberuntungan lepas keberuntungan menjadi bagian dari perjalanan hidup.

Bekerja lebih yang dimaksud adalah untuk membuat saya lebih banyak tahu (pengetahuan), membuat saya lebih cepat karena telah telah terlatih, ataupun melatih saya untuk sebuah keahlian/skill yang menjadi nilai lebih individu.

Bekerja lebih juga berarti tidak cukup puas dengan apa yang dihasilkan bahkan muncul kesombongan bahwa semua karena saya, karena saya sudah melakukan ini dan itu, saya sudah pulang larut malam, saya sudah tunjukkan kepada dunia bahwa saya pekerja yang ulet dengan postingan di social media. Lebih lucu lagi jika kita merasa hebat sendiri dan kantor bisa tutup kalau tidak ada saya, saya yang paling ini dan itu. Terkadang perlu dibayangkan jika saya digantikan oleh anak baru lulus SMA atau lulus kuliah, apakah mereka memiliki output yang sama kalau didik dengan benar. Inilah yang membuat saya malu.

 

Kedua, berhentilah menunjuk orang lain dan berhentilah menjadi orang yang defensif. Seringkali saya ingin terlihat lebih dibandingkan orang lain baik disadari atau tidak disadari. Oleh sebab itu, berdiam sendiri untuk melakukan introspeksi diri diperlukan. Tanpa sadar saya selalu memandang yang lain salah terus dan saya yang paling benar. Dan jika kadarnya sudah lebih tinggi lagi maka sampai-sampai melemparkan kesalahan kepada “seorang korban”, entah itu rekan, bawahan atau bahkan terkadang atasan.

Keadaan merasa paling benar sendiri ini dapat menghambat upaya membangun kompetensi yang dibutuhkan “pasar”. Merasa paling benar juga membuat lupa memperbaiki diri sendiri, gagal memperoleh informasi yang penting dari orang-orang sekeliling karena menilai mereka rendah, dan juga akan kehilangan kesempatan untuk belajar dari kisah sukses maupun kegagalan orang. Diskusi dan interaksi yang egaliter dapat menuntun kita pada perbaikan yang berkelanjutan. Evaluasi terhadap diri dan menjalin hubungan dengan sesama dapat meminimalkan kelemahan kita sebagai manusia yang cenderung egosentris.

 

Ketiga, mintalah hanya kepadaNYA dengan niat baik. Tuhanlah yang telah merancangkan kebaikan buat kita dan saya percaya bahwa jika Tuhan sudah menetapkan tak ada satupun yang mampu menggagalkannya. Oleh sebab itu, saya percaya permintaan yang diikuti niat baik akan menjadi pertimbangan Tuhan dalam memutuskan menolong seseorang. Kita perlu meminta petunjuk dan minta pertolonganNYA dalam menggapai setiap impian di benak kita karena Tuhan adalah pemilik alam semesta beserta isinya sehingga sangatlah logis jika kita meminta hanya kepadaNYA. Selain itu, pertolongan Tuhan jugalah yang mampu meluputkan dari niatan jahat orang terhadap kita di tengah keterbatasan pengetahuan dalam menilai baik dan buruk. Sejarah mencatat seorang Yusuf, Gubernur di Mesir yang dibuang oleh sanak keluarganya, difitnah dan dipenjara tapi dijadikan jalan menuju kepada kemuliaan. Ataupun juga Daud yang senantiasa diluputkan dari bahaya baik dalam berperang melawan musuh maupun menghadapi musuh di dalam rumahnya sendiri yang menginginkan nyawanya.

Sebagai penutup, cerita seekor burung ini dapat mendeskripsikan betapa terbatasnya kemampuan kita menilai baik dan buruk sehingga membutuhkan uluran tanganNYA untuk menyelamatkan kita.

Seekor burung terbang ke arah Selatan untuk menghindari musim dingin (winter). Saat itu, udara sangat dingin sehingga menyebabkan burung itu jatuh ke daratan karena membeku. Tubuhnya kaku tergeletak di tanah, tak lama seekor sapi datang dan membuang kotorannya di tubuh burung itu sehingga kehangatan perlahan membuat burung tersebut mulai siuman dan mulai dapat menggerakkan tubuhnya. Saking gembiranya, burung itu mulai mengeluarkan suaranya. Mendengar suara tadi datang seekor kucing menghampiri, kucing itu datang membersihkan kotoran sapi yang menyelimuti si burung. Burung pun merasa tambah nyaman karena ia dapat perlahan bersih kembali dan terlepas dari bau tidak sedap. Tak lama setelah tubuh burung tersebut bersih dari kotorannya, kucing tersebut memakan burung tersebut.

Perbuatan yang sepertinya terlihat tidak baik (dengan memberikan kotoran) tak selamanya akan berdampak buruk  tapi justru sebaliknya. Sedangkan perbuatan yang terlihat baik (dengan membersihkan kotoran) terkadang justru menjerumuskan kita. Ilustrasi ini mengandung banyak arti yang dapat diambil hikmahnya dimana kita harus bersikap positif, pandai berteman, dan juga cerdik sehingga terhindar dari kejahatan.

 

Pesan-pesan ini ingin mengingatkan kembali kepada kita bahwa Tuhanmu dan Tuhanku pasti memiliki rancangan yang baik bagi setiap kita. Namun, terlepas dari kebaikan Tuhan kita perlu mempersiapkan diri untuk mendapatkan yang terbaik di hidup ini dengan bekerja lebih, tidak menyalahkan orang lain, dan meminta pertolongan hanya kepadaNYA.

  

Selamat tahun baru 2016 dan Tuhan memberkati. Salam hormat dari saya dan keluarga. Andreas Hassim.

 

Tulisan dua tahun lalu yang berjudul: “Renungan Hari Esok”: http://www.kompasiana.com/andreashassim/renungan-hari-esok_552033e1a33311c043b65bf1

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun