Riak-riak tetes hujan di genteng rumah,Â
seolah ikut muram, menetes sisa air mata tangisan awan.
Di tepi jendela, senja hari,Â
mata menatap syahdu.
Meski malam nanti tak berbintang,Â
ku tahu kau tetap rindu  jiwaku,
rindu pada kenangan yang telah pergi,Â
pada suara yang selalu terpatri.
Ku raih sisa-sisa tawa dan air mata,
yang larut bersama waktu,Â
menoreh seribu satu tanya,
menanti senyum dari jiwa yang terkatung.
Kau masih bisa pergi, meski tak harus pulang
mengembara meski tak harus berkabar,
membuka tabir baru
di ufuk waktu.
Tak usah palingkan mata, tataplah jalan masa depan,
tak perlu dengar sajak-sajak masa lalu,Â
bisikan saja rindu.
Di penghujung waktu,
kita 'kan saling rinduÂ
meski langit tak bertabur bintang.
           (Di penghujung Januari, Bandung 31/01/2021)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H