Iklim tempat kerja merupakan aspek fundamental untuk meningkatkan produktivitas dan lingkungan kerja yang sehat. Indikasinya adalah kepuasan karyawan. Dengannya sangat penting untuk mempertimbangkan, mengevaluasi, dan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk memastikan suasana kerja yang kondusif.
Iklim kerja merujuk pada semua faktor yang membentuk lingkungan tempat karyawan bekerja dan yang secara langsung memengaruhi pribadi dan kinerjanya.Â
Konsep iklim kerja mengacu pada lingkungan internal suatu perusahaan. Lingkungan yang dibangun akan memengaruhi perilaku mereka. "Semakin baik mereka memandangnya atau merasakannya berdasarkan praktik yang dilakukan, semakin baik pula hasil yang akan dicapai di perusahaan tersebut".
Ketika karyawan diperhatikan, baik dalam perlakuan maupun kondisi, mereka menjadi loyal terhadap organisasi dan bekerja lebih keras untuk menyelesaikan berbagai hal. Sebaliknya, ketika suasana di kantor menjadi pengalaman negatif, hal itu akan memengaruhi motivasi mereka.
Indikasi iklim kerja yang buruk akan tampak dalam beberapa hal seperti rendahnya motivasi kerja, terjadinya konflik, Â menurunnya produktivitas, tingkat stres yang tinggi atau ketidaknyamanan emosional, kekecewaan pribadi dan pekerjaan, dan hubungan negatif antara karyawan.
Leonard dan Swap (2005) menjelaskan jika ingin mengembangkan iklim kerja di mana orang bekerja dengan penuh semangat (passion) dan antusias, maka tempat itu bukan saja ditata secara fisik dengan baik sesuai dengan kebutuhan orang-orang yang bekerja di situ. Lebih dari itu menciptakan suasana psikologis yang menggugah hati orang-orang yang bekerja untuk memunculkan seluruh kreativitas yang mereka miliki.
Suasana psikologis ini yang dikenal sebagai iklim kerja. Iklim kerja tidak dapat dirancang atau diciptakan secara berencana. Iklim kerja akan berkembang dengan mengikuti perkembangan suasana psikologis di tempat kerja. Secara umum ada tiga jenis iklim kerja, yaitu:
1. Iklim intelektual
Iklim intelektual adalah suasana  psikologis yang membangkitkan kesediaan dan gairah orang untuk memunculkan dan berbagi gagasan, pengetahuan, informasi, dan pengalaman terbaiknya, serta memadukanya melalui dialog yang berlangsung secara mendalam, terbuka, dan tulus.
Ini berarti ada kesediaan secara terus-menerus untuk membuka diri terhadap semua pemikiran yang ada, tanpa menganggap diri lebih tahu dan lebih pintar dari orang lain. Layaknya selalu membiarkan gelas terbuka untuk memasukkan air ke dalamnya, sehingga terwujudlah kelimpahan.
Iklim kerja yang di dalamnya berkelimpahan ide/gagasan jelas akan melahirkan beragam inovasi dan kreasi yang memungkinkan sebuah tempat kerja akan berkembang dengan pesat dan dahsyat.
2. Iklim sosial
Iklim sosial adalah suasana psikologis yang memengaruhi kualitas pergaulan dan interaksi sosial di tempat kerja. Tempat kerja terasa akrab, informal, luwes, ramah, dan ceria. Hubungan kerja yang dikembangkan akan bersifat holistik dan manusiawi (profesional dan insan sosial).
Iklim sosial akan melahirkan suasana yang sangat dekat antara para pekerja, tanpa adanya indikasi saling membenci satu sama lain, karena pastinya telah ada keterbukaan antara para anggotanya. Mereka lebih fokus pada produktivitas dan mengabaikan gosip yang tidak penting.
3. Iklim etika
Iklim etika adalah suasana psikologis yang memengaruhi tingkat kepercayaan orang kepada sesama rekannya dan tingkat kepatuhannya kepada peraturan, norma, etika, dan tata nilai bersama yang berlaku di tempat kerja.
Salah satu ciri iklim etika berkualitas di tempat kerja ditandai oleh tidak adanya rasa saling curiga di antara sesama anggota organisasi, karena mereka percaya bahwa rekannya orang yang dapat dipercaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H