Milenial dan Gen Z (generasi Z). Meski tak terlalu paham artinya dan asal usulnya, namun nyatanya istilah tersebut sudah diterima dan digunakan masyarakat pada umumnya. Istilah ini dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi yang kian pesat dan cepat berkembang dewasa ini.
Belakangan ini, kerap terdengar istilah GenerasiBerdasarkan buku Marketing 5.0 yang ditulis oleh Philip Kotler, Hermawan Kartajaya, dan Iwan Setiawan, generasi milenial adalah generasi yang lahir dari tahun 1981 hingga 1996. Sebagian besar generasi yang lahir dari rentang waktu tersebut merupakan anak-anak dari generasi baby boomer sehingga mereka disebut juga echo boomer.
Baby Boomer, yaitu generasi yang saat ini berusia 56-74 tahun (lahir 1946-1964). Dikatakan generasi Baby Boomer karena adanya ledakan angka kelahiran setelah Perang Dunia II. Generasi Baby Boomer ini dikenal kompetitif karena hidup di masa yang minim lapangan pekerjaan.
Generasi milenial adalah anak-anak generasi pertama yang lahir di saat media sosial mulai tumbuh akibat berkembangnya teknologi. Maka dari itu, generasi milenial jauh lebih dekat dengan media sosial, dunia internet, dan teknologi ketimbang generasi sebelumnya.
Karakteristik generasi milenial ini kemudian akan berpengaruh pada pola kerjanya. Karakteristik generasi milenial adalah sebagai berikut:
- Idealis
- Memahami teknologi dan internet dengan baik
- Memahami apa yang dimau dan memiliki ego yang tinggi
- Sebagian besar lebih mengandalkan membeli barang untuk keperluan emosional, dibanding kebutuhan untuk kepentingan aset masa depan
- Mempertanyakan banyak hal
- Sering terjadi perbedaan pendapat dengan atasan yang pada umumnya berasal dari generasi X atau bahkan baby boomer
Berdasarkan sumber yang sama, yaitu buku Marketing 5.0, generasi Z adalah generasi yang lahir dari rentang tahun 1997--2009 atau disebut juga generasi centennial. Beberapa referensi menyebutkan mereka yang lahir hingga tahun 2015 juga masih termasuk gen Z. Mereka sekarang berusia 8-23 tahun. Generasi Z disebut sebagai pionir generasi digital karena lahir saat internet menjadi arus utama.
Gen Z sudah mengenal internet dan teknologi sejak kecil. Bahkan, dokumentasi digital telah mereka lihat dan gunakan sebagai media menyimpan memori dan pengalaman. Generasi Z adalah generasi yang sangat akrab dengan media sosial sehingga sebagian besar generasi ini tidak bisa membedakan realitas dan ruang maya karena saat berkumpul dengan teman pun, aktivitas online mereka tetap berjalan.
Dengan fakta tersebut membuat karakteristik generasi Z sangat berbeda dibanding generasi milenial yang masih memiliki batasan dalam penggunaan media sosial. Karakteristik generasi Z di dunia teknologi internet ini juga bisa dilihat di dunia kerja, seperti:
- Pragmatis
- Digital dan  tech savvy
- Lebih menyukai arus pemasaran digital yang menyajikan purpose yang nyata, seperti pembahasan tentang sosial hingga kelestarian lingkungan
- Jauh lebih mandiri dan menganggap dirinya bisa menyelesaikan segalanya sendiri
- Kurang bisa fokus dalam mengerjakan satu hal karena selalu berusaha multi tasking
Dilansir dari https://www.detik.com/edu/detikpedia/d, milenial dan generasi z (gen-Z) dianggap memiliki kondisi ekonomi yang lebih buruk. Sebuah studi yang terbit di American Journal of Sociology pada September 2023 menjelaskan salah satu alasannya karena gaya hidup.
Milenial dan gen-Z kerap memiliki gaya hidup kelas menengah (middle-class) dibandingkan generasi baby boomer di usia yang sama.
Dengan mengusung konsep ekonomi baru dan kebebasan dalam mengelola uang mereka akhirnya kerap bablas dari batas kemampuan keuangan masing-masing sehingga sering terlibat dalam (pinjaman online (pinjol) dan investasi bodong.
Penyebabnya bisa berkaitan dengan prinsip hidup You Only Live Once (YOLO) juga Fear Of Missing Out (FOMO).
YOLO (You Only Live Once) menekankan filosofi bahwa hidup ini hanya sekali, sehingga seseorang harus memanfaatkan setiap peluang dan mengejar pengalaman yang bermakna. Ini sering digunakan untuk mendukung keputusan yang dianggap sebagai langkah petualangan atau berani.
Istilah YOLO lebih banyak berdampak positif karena orang akan lebih menikmati hidup tanpa membuang waktu untuk memikirkan pendapat orang lain ataupun keadaan yang mengikatnya. Tapi, sikap YOLO juga bisa membawa dampak negatif kalau orang tersebut tidak dapat mengontrolnya, sehingga dia menjadi lebih sembrono dalam mengambil keputusan.
FOMO (Fear of Missing Out) merujuk pada rasa takut untuk melewatkan atau tidak ikut serta dalam kegiatan atau pengalaman tertentu yang dianggap sebagai tren atau penting. Orang yang mengalami FOMO mungkin merasa tertekan atau cemas karena merasa terpinggirkan dari kegiatan yang dianggap "harus dilakukan."
FOMO adalah suatu kondisi di mana seseorang seringkali merasa khawatir karena ketinggalan kabar atau tren yang saat itu sedang berlangsung. Biasanya, banyak generasi muda yang mengalami hal ini karena terpengaruh dari media sosial, karena takut dicap ketinggalan zaman dan enggak gaul.
Mereka juga beranggapan bahwa orang lain selalu bersenang-senang dan memiliki kehidupan yang jauh lebih baik daripada mereka. Perasaan takut tertinggal ini kemudian menimbulkan kecemasan yang bisa memicu stres berlebihan.
Istilah FOMO pertama kali diperkenalkan pada 2004 dan semakin sering digunakan sejak 2010. Istilah FOMO kemudian masuk kamus Oxford pada 2013.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H