c) Litani Salam Maria, yang terdiri dari salam malaikat pada Perawan (bdk. Luk. 1:28), dan salam Elizabeth (bdk. Luk. 1:42), yang diikuti oleh doa ekklesial (Salam Maria...) merupakan ciri khas dari Doa Rosario. Jumlahnya yang seratus lima puluh dianalogikan dengan Kitab Mazmur.
d) Doksologi (Kemuliaan kepada Bapa), mengakhiri doa dengan memuliakan Allah Tritunggal (bdk. Rm. 11:36).
Mengingat karakter-karakter Doa Rosario yang telah disebut di atas, Konsili Vatikan II telah menunjukkan bagaimana keluarga merupakan sel vital, Gereja domestik, sehingga merekomendasikan mendaraskan Rosario keluarga. Keluarga Kristen sesuai dengan tempat dan tugasnya bersama-sama mempromosikan keadilan, praktek karya rahmat, mengabdikan diri untuk membantu saudara-saudara mereka, mengambil bagian dalam kerasulan yang lebih luas. Masyarakat setempat memainkan peran dalam ibadah liturgi. Jadi harus mengikuti upaya konkret untuk mengembalikan Doa Rosario sebagai doa komunal dalam kehidupan keluarga.
Rosario harus dipertimbangkan sebagai salah satu doa terbaik dan paling manjur dalam keluarga Kristen. Pertemuan keluarga menjadi waktu doa Rosario. Pertemuan keluarga menjadi suatu kesempatan untuk berdoa. Ini adalah ciri khas orang Kristen. Keluarga yang ingin hidup dalam kepenuhan panggilan dan spiritualitas yang pantas sebagai keluarga Kristen harus mencurahkan seluruh energi mereka untuk mengatasi tekanan yang menghalangi pertemuan keluarga dan doa bersama.
Pada akhirnya dokumen ini menguraikan nilai teologis dan pastoral atas devosi kepada Santa Perawan Maria. Devosi kepada Santa Perawan adalah unsur intrinsik ibadah Kristen. Penghormatan Gereja memperlihatkan ekspresi pujian dan permohonan. Devosi kepada Bunda Maria mengandung dimensi biblis dan memiliki dasar dogmatis yang jelas. Kristus adalah satu-satunya jalan kepada Bapa (bdk. Yoh. 14:4-11), Gereja selalu mengajarkan hal ini. Dengannya, Gereja mengakui bahwa devosi kepada Bunda Maria harus terarah kepada Kristus.
Peran Santa Perawan Maria sebagai Ibu memimpin Umat Allah untuk berbakti kepada-Nya. Bunda Maria sebagai teladan kekudusan mendorong umat beriman untuk bersamanya memanjatkan permohonan kepada Allah. Maria adalah teladan kekudusan karena iman dan ketaatannya, rasa syukurnya atas pemberian yang diterimanya, ketabahannya, penjagaan sejak kelahiran sampai pada peristiwa salib, kemurnian perkawinan, dan kemurnian keperawanan.
Devosi kepada Bunda Tuhan menjadi kesempatan untuk bertumbuh dalam rahmat ilahi dan tujuan akhir dari semua kegiatan pastoral. Gereja Katolik mengakui devosi kepada Santa Perawan Maria. Maria adalah perempuan baru yang berdiri di samping Kristus. Dia diberikan bagi Gereja sebagai jaminan dan kepastian rencana Allah.
Tulisan yang sama dapat dibaca dalam:Â
Â
1. https://andreasneke.blogspot.com.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H