Mohon tunggu...
Andreas Neke
Andreas Neke Mohon Tunggu... Guru - Pegiat media sosial

Andreas Neke lahir di Sobo (Mangulewa) pada 08/03/80. Pendidikan Dasar di SDI Waruwaja. Pendidikan Menengah di SMPN 2 Bajawa dan SMAN Bajawa. Selanjutnya ke Seminari KPA St. Paulus Mataloko (2 tahun) , dan Pendidikan Calon Imam Kapusin (OFM Cap) di Sibolga (1 tahun), Parapat (1 tahun) , Nias (1 tahun), STFT St. Yohanes Pematangsiantar (4 tahun), TOP di Paroki St. Fransiskus Xaverius Ndondo (10 bulan), serta Pasca Sarjana (2 tahun). Pernah mengajar di SMA St. Clemens Boawae (2010-2017). Saat ini mengajar di SMK Sanjaya Bajawa. Aktif menulis opini di HU Flores Pos. Sudah menulis 2 buah buku yang berjudul REMAJA DAN PERGUMULAN JATI DIRINYA dan IMAN YANG MEMBUMI. Tinggal di Padhawoli, Kel. Trikora, Bajawa, Flores, NTT.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Yahudi vs Non Yahudi (Uraian Eksegetis-Telogis atas Ef 2:11-22)

6 Juni 2024   14:58 Diperbarui: 6 Juni 2024   15:29 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
data:image/jpeg;base64,/9j/4AAQSkZJRgABAQAAAQABAAD/

Ayat 19: Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang: Dengan ayat ini mulailah sesi baru, yang ditandai oleh kembalinya kata "kamu" yang dilawankan dengan "kita" dari ayat 14-18 dan dihubungkan dengan ayat 11-13. Dalam beberapa tanggapan akhir dari ayat 19-22 dihubungkan dengan bagian pertama, ayat 11-13. Bagian akhir menghubungkan keadaan yang buruk dari keadaan masa lalu orang-orang beriman lewat pelukisan kenyataan baru dengan sebuah metafora. Ayat 12 menunjukkan status orang-orang beriman yang pernah menjadi orang asing (xenoi), tetapi dalam ayat ini menerangkan bahwa mereka tidak menginginkan orang asing dan pendatang (paroikoi). Keselamatan dihadirkan dalam kata "menolong dari keadaan kehilangan status sebagai orang merdeka dan ketiadaan rumah". Kata "orang asing" dan "pendatang" dihubungkan dengan literatur kuno dan itu mungkin membedakannya dengan arti dalam Efesus. Kata paroikoi secara literer berarti tinggal atau penduduk asing. Kata ini digunakan untuk menekankan siapa orang asing itu. Pengalaman berada di luar menunjukkan kenyataan penyelamatan seperti ketika ketiadaan rumah di tanah asing. Paroikoi juga ada dalam 1 Ptr 2:11; 1 Ptr merupakan bagian penting untuk menunjuk hubungan dengan jemaat Efesus.

melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah: Ayat 19 dimaksudkan untuk menanggapi masalah dalam ayat 12. Orang-orang beriman berkata bahwa mereka tidak menginginkan keterasingan dari persekutuan orang Israel. Mereka tidak menginginkan menjadi orang luar. Mereka tidak memberi sedikit hak suara bagi orang-orang asing dan pendatang yang hanya mengambil bagian dalam beberapa kepentingan bangsa. Lebih lanjut mereka sekarang menjadi warga negara penuh dengan hukum yang benar. Dua metafora bagi gereja dihubungkan dengan ayat ini. Dalam kaitannya dengan ayat 12, ide gereja sebagai Israel spiritual, suatu bangsa yang kudus, gambaran dari kenyataan baru diberikan oleh orang-orang beriman yang bergerak pada sebuah pemakluman bahwa mereka adalah anggota keluarga Allah. Gereja sebagai "anggota keluarga Allah" mempunyai metafora yang kuat, yang dihubungkan dengan pengalaman penyelamatan pada pertemuan fisik dari orang-orang beriman, jemaat lokal (bdk. Gal 6:10). Penggambaran juga kelihatan dalam 1 Ptr dan Surat-surat Pastoral, juga datang dari zaman kemudian dari era Perjanjian Baru (1 Ptr 4:17; bdk. 1 Ptr 2:5; 1 Tim 3:15). Bahasa keluarga Allah menggambarkan hubungan antara orang-orang beriman dengan Tuhan (bdk. 1:5;3:14-15;5:21-6:9).

Dengan menyebut keluarga Allah, harus dimengerti sebagai "orang-orang kudus" seperti menunjuk orang-orang Yahudi atau orang-orang Yahudi yang mengimani Yesus (yakni orang-orang beriman bukan Yahudi yang akan berbagi dalam perseketuan mereka). "Orang-orang kudus" atau "orang kudus" digunakan dalam beragam teks Yahudi seperti menunjukkan kebenaran. Tetapi karena anggota keluarga Allah adalah suatu konsep yang luas untuk menunjuk keseluruhan orang-orang beriman (orang-orang bukan Yahudi dan orang-orang Yahudi), hal itu lebih baik dimengerti sebagai "orang kudus" seperti menunjuk semua orang beriman. Ada juga tiga kemungkinan yang tidak dapat disangsikan. Beberapa teks Yahudi menunjuk malaikat sebagai "orang kudus" atau "yang kudus". Bila menunjuk anggota keluarga Allah, membuatnya sangat sulit dikeluarkan keanggotaannya dari antara orang-orang kudus. Hal itu mungkin bahwa baik penulis pun pendengar Efesus memahami konsep kewarganegaraan dengan malaikat dan kewargaan di antara orang-orang beriman dalam Yesus yang digabungkan dengan konsep yang lebih luas.

Ayat 20: yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru: Berkenaan denga anggota keluarga Allah dalam ayat sebelumnya memperkenalkan sebuah bagian yang sangat menarik dari metafora yang ada. Orang-orang beriman pernah hidup tanpa Kristus (ayat 12), tetapi sekarang mereka hidup dalam Yesus Kristus sebagai batu penjuru. Secara umum, melalui 2:20-22 penulis Efesus kelihatannya dipengaruhi oleh 1 Kol 3:9-17. Gambaran anggota komunitas dibentuk dalam persekutuan dengan Kristus sebagai batu penjuru juga nampak dalam, 1 Ptr 2:4-6 (bdk. 1 Kor 3:10-11; Yes 28:16; Mzm 118:21-23). Ada perdebatan serius perihal apakah kata akrogniaios menunjuk batu penjuru dari dasar bangunan atau apakah secara nyata menunjuk batu yang menjadi puncak bangunan, puncak atau dasar iman. Ada pendapat bagus dalam mendukung kedua penafsiran ini. Penafsiran kemudian menunjuk Kristus sebagai puncak bangunan yang dengan tepat menekankan pemuliaan Kristus (yakni 4:16) melalui jemaat Efesus dan gagasan Kristus sebagai kepala dari tubuh (1:22). Ada beberapa alasan penting mengapa "batu penjuru" menjadi tekanannya. Ini menunjuk penggunaan kata dalam Yes 28:16, dasar pemberian hukum Kristus dalam 1 Kor 3:10-11, dan kenyataan bahwa ini sulit dimengerti oleh para nabi dan para rasul jika Kristus tidak menjadi dasar bangunan.

Beberapa ahli mempunyai pandangan yang menyebut nabi-nabi sebagai referensi kepada nabi-nabi Perjanjian Lama. Referensi pada "nabi-nabi dan rasul-rasul" dalam 3:5 dan 4:11 mendukung gagasan ini. Kis juga memberikan gagasan yang sama. Lukas menggambarkan rasul-rasul (yang mempunyai pengetahuan historis tentang Yesus), orang tua-tua (yang memiliki otoritas kepemimpinan), dan nabi-nabi (guru-guru yang berkeliling untuk mengajar) yang membagi kepemimpinan dalam gereja awal. Dalam Kis nabi-nabi adalah guru-guru karismatis yang dihubungkan dengan gereja Yerusalem (Kis 11:27-28; 15:22,27,32;21:10-11). Kis 13:1 menyebut Barnabas dan Paulus sebagai anggota kelompok nabi-nabi dan guru yang memimpin gereja di Antiokhia; mereka meletakan dasar misi bagi orang-orang bukan Yahudi melalui aksi Roh Kudus (Kis 13:2-4). Walaupun Kis dengan hati-hati menyebut "rasul" bagi Paulus, dia tidak dapat disangkal merupakan seorang rasul di Efesus (1:1;3:1-13). Seperti Kis, Efesus memberi tekanan pada pentingnya kesaksian rasul dan nabi. Perikop 2:11-22 mendukung bahwa penulis Efesus benar-benar bersaksi dari kelompok ini ke pusat perkembangan misi orang-orang bukan Yahudi.

Ayat 21: Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan: Peralihan dari ayat 21 memberikan sebuah gambaran harmoni perkembangan gereja (bdk. Ef 4:15-16). Kenyataan bahwa bangunan tersebut dimengerti seperti masih bertumbuh/berkembang memberikan dukungan bagi terjemahan akrogniaios sebagai "batu penjuru"; karena Kristus dimengerti sebagai batu yang menjadi mahkota. Penggunaan metafora Bait Allah sejajar dengan komunitas Qumran yang memahami diri sebagai Bait Allah. Defenit artikel h (the) dalam pasa h oikodom (seluruh bangunan atau bangunan) tidak ada dalam beberapa kesaksian. Meskipun memiliki ambiguitas yang melekat dalam ungkapan Yunani pasa oikodom mungkin dimengerti menunjuk gereja universal, konsisten dengan ketertarikan jemaat Efesus sebagai sebuah persekutuan. Kata oikodom tidak ada dalam 1 Kor 3:9 untuk menggambarkan komunitas lokal Korintus. Dalam Ef 4:12,16,29 berarti "membangun" dalam pengertian perbaikan etis.

Ayat 22: Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh: Menyambung metafora bait Allah dari ayat 21. "Di dalam Dia" (en h) dapat merujuk "Tuhan" atau "bait Allah" dalam ayat sebelumnya, tetapi lebih mungkin menunjuk Yesus Kristus. Metafora tubuh (ayat 16) digabungkan dengan gambaran yang bertalian dengan arsitektur agar menciptakan sebuah penglihatan manusia spiritual. Orang-orang beriman dibangun atas dasar batu yang menjadi dasar pembangunannya (bdk. 1 Ptr 2:5). Kata kerja synoikodome (dibangun bersama) hanya ditemukan di sini dalam keseluruhan Perjanjian Baru. Bait Allah fisik secara tradisional dimengerti sebagai tempat kediaman Allah, tetapi sekarang Bait Allah rohani ada dalam bentuk komunitas orang-orang beriman. Tekanan pada entitas spiritual secara langsung dilawankan pada tekanan atas tantangan fisik yang pernah memisahkan orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi. Orang-orang beriman sekarang ada dalam Roh. Namun tidaklah jelas apakah en pneumati menunjuk Roh Kudus atau tempat kediaman Allah. Gagasan berdiamnya Roh Allah dalam komunitas digambarkan seperti sebuah bait Allah, yang tidak lagi dipersoalkan dalam surat-surat Paulus (1 Kor 3:16;5:19-20).

3. Refleksi Teologis

Perikop Ef 2:11-22 menggambarkan bagaimana umat Kristen Yahudi dan Kristen kafir disatukan dalam satu tubuh yakni keluarga Allah, Bait Suci Allah. Persatuan/persekutuan ini terjadi karena rahmat Allah. Rahmat Allah membawa mereka pada persatuan dengan Allah, menjadikan mereka anggota keluarga Allah dalam kemanusiaan yang baru. Ini semua berdasar pada sejarah Israel.[4] Pembicaraan tentang "sunat" (ayat 11) dan "hukum Taurat" (ayat 15) tidak memberikan bukti spesifik bagaimana penyelesaian atas kasus tersebut. Kesatuan antara kedua kelompok ini diakui sebagai realitas dalam perikop ini, dan dengannya menunjukkan bahwa perseteruan terjadi dalam gereja pada masa lampau.[5]

Perikop ini mendukung ide dari orang-orang bukan Yahudi yang mau berbagi warisan Israel (ayat 11-12). Penulis Efesus mencoba mendefinisikan identitas gereja orang-orang bukan Yahudi dalam terang warisan Israel. Penggunaan metafora Israel spiritual mendefinisikan identitas gereja dalam jalan yang penting.[6] Dalam mana menjadi terang bahwa perikop ini sarat dengan konsep dan tradisi Yahudi. Perikop ini mendorong relasi harmonis antara orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi dalam Gereja. Menjadi anggota gereja dalam status baru harus mampu fleksibel/luwes dan mampu beradaptasi dengan beragam orang dan budaya.[7]

Dengannya menjadi terang bahwa perikop ini memaklumkan pesan-pesan religius penting. Orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi dapat mengilhami harmoni dalam hidup komunitas pada semua tingkat. Konsep kesatuan dipakai dalam arti yang sangat luas yakni dari kesatuan kosmos kepada kesatuan unit sosial yang kecil, dan perkawinan sebagai pusat hidup keluarga (2:11-22 dan 5:21-33).[8]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun