Ini menjadi sangat urgen mengingat bahaya yang telah muncul di pelupuk mata supaya makna dan inti dari pesta Reba tidak hanyut dalam budaya hura-hura yang kerap lebih menonjol dewasa ini. Bila pemerintah menggerakkan kesadaran untuk kembali mencintai makanan lokal, seharusnya masyarakat budaya Reba kembali mencintai uwi, sekurang-kurangnya pada saat pesta Reba untuk mengenang dan menghormati leluhur dalam pengembaraan mereka seperti yang dicetuskan dalam Su'i Uwi itu sendiri.
Yang paling penting dari semuanya adalah penanaman makna dari pesta Reba dan ajaran Su'i Uwi itu sendiri supaya para penerus budaya Reba lebih memaknai dan menghayatinya secara lebih tepat dan benar dalam realitas kehidupan yang serba kompleks dewasa ini.
Harapannya adalah agar masyarakat budaya Reba tidak melupakan makna fundamental dari pesta Reba itu termasuk nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Sebagai generasi penerus sejarah budaya sejatinya kesadaran berbudaya mematri dalam setiap sanubari masyarakat budaya Reba sehingga pemaknaan dan penghayatannya benar-benar mewujud dalam kehidupan sehari-hari.
Tulisan yang sama dapat dibaca dalam:
1. https://andreasneke.blogspot.com.Â
2. Buku "Iman yang Membumi, Menelusuri Praksis Beriman Masyarakat Ngada, Flores, NTT", karangan Andreas Neke
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H