Mohon tunggu...
Andreas Neke
Andreas Neke Mohon Tunggu... Guru - Pegiat media sosial

Andreas Neke lahir di Sobo (Mangulewa) pada 08/03/80. Pendidikan Dasar di SDI Waruwaja. Pendidikan Menengah di SMPN 2 Bajawa dan SMAN Bajawa. Selanjutnya ke Seminari KPA St. Paulus Mataloko (2 tahun) , dan Pendidikan Calon Imam Kapusin (OFM Cap) di Sibolga (1 tahun), Parapat (1 tahun) , Nias (1 tahun), STFT St. Yohanes Pematangsiantar (4 tahun), TOP di Paroki St. Fransiskus Xaverius Ndondo (10 bulan), serta Pasca Sarjana (2 tahun). Pernah mengajar di SMA St. Clemens Boawae (2010-2017). Saat ini mengajar di SMK Sanjaya Bajawa. Aktif menulis opini di HU Flores Pos. Sudah menulis 2 buah buku yang berjudul REMAJA DAN PERGUMULAN JATI DIRINYA dan IMAN YANG MEMBUMI. Tinggal di Padhawoli, Kel. Trikora, Bajawa, Flores, NTT.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Remaja dan Sosialisasi Diri

27 Mei 2024   07:05 Diperbarui: 27 Mei 2024   07:15 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.sonora.id/read/423783801/5-penyebab-terjadinya-pergaulan-bebas-yang-menyesatkan

Catatan Awal

Lepas dari statusnya sebagai makhluk individual, manusia juga adalah makhluk sosial (homo socius). Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ada dan bersama orang lain. Ada dan bersama orang lain ini menunjuk hakekat asali manusia, bahwasannya manusia tak dapat hidup tanpa orang lain (no man is an island).

Manusia senantiasa membutuhkan orang lain agar mampu mewujudkan dirinya yang sejati. Orang lain di sini adalah "aku yang lain". "Aku yang lain" adalah sesama bagiku. Maka, "aku" dan "aku yang lain" adalah dua subyek yang saling mewujudkan kesejatian diri dalam kesatuan yang tak terpisahkan.

Namun harus disadari bahwa tidak dengan serta merta manusia bisa hidup bersama orang lain. Agar dapat hidup bersama orang lain, manusia perlu yang namanya sosialisasi diri. Dengan sosialisasi diri ini, manusia membuat dirinya dikenal dan serentak dengannya mengenal orang lain. Ini berarti bahwa relitas manusia sebagai makhluk sosial melekat dengan proses sosialisasi.

Fokus refleksi kita kali ini mengerucut pada dua realitas ini (manusia sebagai makhluk sosial dan sosialisasi diri). Dua hal ini dirasa penting mengingat kecenderungan remaja (putra/i) yang mewujudkan eksistensinya pada waktu, tempat, dan orang yang keliru. Maka tidak bisa tidak, agar mampu menjadi pribadi yang sejati, remaja harus mampu mewujudkan eksistensi sosialitasnya pada waktu dan tempat yang benar serta dengan orang dan cara/sarana yang benar pula.

 

 

 

Sosialisasi Diri

Manusia yang normal biasanya mau dikenal dan mengenal orang lain. Ungkapan, "seperti katak dalam tempurung" biasanya sulit diterima bila dilabelkan kepada orang tertentu. Ini sangat beralasan karena dorongan naluriah mengaharuskan seseorang memperkenalkan diri agar dikenal dan mengenal orang lain. Oleh karena itu, dengan sendirinya label "kuper" biasanya tidak dapat diterima oleh siapapun.

Secara sederhana realitas mau mengenal dan dikenal inilah kita sebut sebagai sosialisasi. Atau dengan perkataan lain, sosialisasi[1] adalah usaha yang dibuat supaya dikenal dan mengenal orang orang lain. Maka dengan sendirinya, sosialiasasi diri berarti usaha individu untuk membuat dirinya dikenal dan (dirinya) mengenal orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun