Salah satu wilayah yang masyarakatnya dikenal ramah dan mampu hidup berdampingan dengan siapapun yang berbeda agama, suku, ras, dan budaya adalah masyarakat Bajawa. Sudah sejak masa lampau, masyarakat yang terkenal dengan budaya Reba ini mampu hidup damai dengan siapa saja dengan latar belakang apa saja.
Bahkan lebih dari itu, masyarakat Bajawa bahkan dikenal "lebih" menerima dan menghormati tamu dan pendatang dari pada masyarakatnya sendiri. Ini akan sangat tampak jelas dalam pola interaksi masyarakatnya. Para tamu dan pendatang akan dengan ramah disapa dan ditawari minuman dan tumpangan dengan gratis tanpa iming-iming apapun.
Kesan ini pernah saya terima langsung dari seorang wisatawan asing yang pernah berkunjung ke Bajawa beberapa waktu yang lampau. Dalam perjumpaan dan dialog singkat, saya mendapat kesan ini, bahkan lebih lanjut terlontar niat akan datang lagi karena pesona alam dan keramahan masyarakatnya.
Kesan dari "orang asing" ini selaras dengan kenyataannya. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari akan kita jumpai bahwa penerimaan dan penghormatan kepada "orang lain" bahkan berupa "pengorbanan" untuk diri sendiri.
Tak jarang terjadi, walaupun di rumah sendiri ketiadaan persediaan makanan, tetapi demi tamu atau pendatang atau "orang asing", maka sang tuan rumah akan berupaya dengan segala macam cara demi memenuhi kebutuhan tamu atau pendatang atau "orang asing" tersebut.
Dilansir dari Kompas.com, "Bajawa dengan penduduk sekitar 45.000 meski tidak semodern kota kabupaten lain di Nusa Tenggara Timur lainnya tetapi cukup cantik alamnya dan juga bersih udaranya. Di sini udaranya cukup dingin dan sejuk tetapi telah dihangatkan keramahan penduduknya yang bersahabat."
Bila ditelusuri lebih lanjut alasannya, kita dapat menyebut tiga faktor utama sebagai latar belakangnya yakni alam, budaya, dan agama,
Alam dan Budaya
Bajawa adalah sebuah wilayah yang dikenal dingin dan sejuk. Alamnya indah dan subur. Dari wilayah ini kita mengenal yang namanya "Kopi Bajawa" yang telah mendunia. Dan bila bertamu, pertama-tama yang disuguhkan adalah minuman "kopi" ini.
Kita tentu paham bahwa alam juga turut membentuk budaya dan karakter manusia. Faktanya demikian walaupun tidak seluruhnya benar.