Mohon tunggu...
Andreas Neke
Andreas Neke Mohon Tunggu... Guru - Pegiat media sosial

Andreas Neke lahir di Sobo (Mangulewa) pada 08/03/80. Pendidikan Dasar di SDI Waruwaja. Pendidikan Menengah di SMPN 2 Bajawa dan SMAN Bajawa. Selanjutnya ke Seminari KPA St. Paulus Mataloko (2 tahun) , dan Pendidikan Calon Imam Kapusin (OFM Cap) di Sibolga (1 tahun), Parapat (1 tahun) , Nias (1 tahun), STFT St. Yohanes Pematangsiantar (4 tahun), TOP di Paroki St. Fransiskus Xaverius Ndondo (10 bulan), serta Pasca Sarjana (2 tahun). Pernah mengajar di SMA St. Clemens Boawae (2010-2017). Saat ini mengajar di SMK Sanjaya Bajawa. Aktif menulis opini di HU Flores Pos. Sudah menulis 2 buah buku yang berjudul REMAJA DAN PERGUMULAN JATI DIRINYA dan IMAN YANG MEMBUMI. Tinggal di Padhawoli, Kel. Trikora, Bajawa, Flores, NTT.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Vox Populi est Vox Dei atau Vox Populi est Vox Doi...?

27 Maret 2024   19:19 Diperbarui: 20 Mei 2024   09:39 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://perludem.org/wp-content/uploads/2019/04/images-2019-04-06T130507.445-800-x-450.jpg

Politik Kompetensi 

Politik adalah keterarahan untuk kepentingan dan kebaikan bersama. "Bersama" yang dimaksud adalah warga masyarakat, yang berarti pula mencakup semua, bukan untuk kepentingan pribadi atau golongan atau keluarga atau tim sukses.

Keterarahan untuk kepentingan dan kebaikan bersama mengandaikan bahwa para Caleg memiliki kompetensi. Kata kompetensi berasal dari bahasa Inggris competence  atau competency, yang berarti kemampuan, kecakapan, dan wewenang.

Ini berarti jika seseorang memiliki kompetensi berarti kompeten (cakap) atau "having suitable or sufficient skill, knowledge, experience, etc., for some purpose; properly qualified", yang berarti memiliki keahlian, pengetahuan, pengalaman yang mendukung. Atau dengan perkataan lain memiliki kualitas dalam menjalankan amanat rakyat.

Politik gagasan berarti kualitas kreatif dalam menggunakan isi kepala dan kata hati untuk kebaikan dan kepentingan orang banyak. Tanpa kualitas bergagasan dapat dipastikan bahwa seorang Caleg impotensi (tidak memiliki keahlian, pengetahuan, pengalaman). Atau yang seharusnya kompeten tetapi pada kenyataannya impoten.

Dalam praksisnya, seorang Caleg harus paham akan tugas dan mampu memperjuangkan tugas-tugasnya secara baik dan benar. Harapannya adalah bukan sekedar digaji dan ikut arus tetapi memiliki pertimbangan intelektual dan hati nurani dalam segala kebijakan dan keputusan menyangkut banyak orang.

Diharapkan agar praksis politik ke depannya adalah lebih mementingkan gagasan dari pada uang. Politik harus lahir dari gagasan, karena gagasan akan melahirkan tindakan untuk kebaikan dan kepentingan bersama.

Sudah saatnya masyarakat memiliki kemampuan mengeliminasi para Caleg yang miskin gagasan tetapi kaya secara materi dan tidak memiliki gagasan. Para Caleg yang dipilih seharusnya mereka yang memiliki kompetensi dan tidak impoten.

Prinsip dasar demokrasi bahwa suara rakyat yang adalah suara Tuhan. Suara rakyat dapat menjadi suara Tuhan bila dalam dirinya masyarakat juga mampu menggunakan pertimbangan akal budi yang jernih dan hati nurani yang murni untuk menentukan pilihan politik.

Tanpa pertimbangan ini, keduanya baik Caleg maupun masyarakat tetap hidup dalam praksis politik yang sesat. Yang berarti bahwa Vox populi non est vox Dei (suara rayat bukan suara Tuhan). 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun