Mohon tunggu...
Andrea Puspa
Andrea Puspa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Semester 1

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Atasi Perilaku Agresif Pelaku Bullying Melalui Konseling Gestalt

3 Januari 2022   18:43 Diperbarui: 4 Januari 2022   18:31 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Edukasi. Sumber ilustrasi : pixabay.com

Menurut pendapat Antasari dalam (Gestalt & Kursi, 2012) pelaku bullying, biasanya memiliki perilaku agresif dengan ciri-ciri sebagai berikut :

 Menyakiti diri sendiri maupun orang lain. Perilaku agresif yang dilakukan setiap pelaku hampir semua dapat  menimbulkan adanya berbagai macam bahaya berupa rasa sakit yang dialami dan didapat oleh dirinya sendiri maupun orang lain yang berada di sekitarnya.

 Tidak di inginkan oleh orang yang menjadi incarannya. Perilaku agresif terutama agresi, pada umumnya juga mempunyai suatu ciri yaitu tidak diinginkan oleh seseorang yang akan menjadi incarannya.

 Merupakan suatu perbuatan yang sudah jelas melanggar norma sosial. Perilaku agresif pelaku bullying, pada dasarnya sudah sangat sering dikaitkan dengan berbagai pelanggaran pada norma sosial. Dari beberapa ciri-ciri yang ada, para guru sudah sepantasnya untuk lebih memperhatikan keadaan anak-anak didiknya. Pemahaman yang diberikan di usia dini terlihat sangat lah penting bagi mereka, sehingga nantinya akan dapat dilakukan berbagai cara bijaksana yang bisa mengantisipasi perilaku agresif pelaku bullying tersebut.

Perilaku agresif dapat dibedakan menjadi dua jenis, yang pertama agresif fisik dan agresif verbal. Agresif fisik dapat berupa (perilaku yang bertujuan untuk menyakiti secara fisik) dan verbal meliputi (menyerang dengan perkataan-perkataan yang tidak pantas yang dapat menyakiti perasaan si korban)

Akibat dari perilaku agresif pelaku bullying tersebut akan menghambat proses perkembangan pada dirinya. Apabila perilaku agresif ini terus-menerus dibiarkan ada pada dirinya dan tidak mendapat penanganan segera, akan menimbulkan dampak negatif bagi dirinya sendiri maupun orang di sekitarnya, di antaranya pelaku bullying ini nantinya akan memiliki hubungan yang di nilai kurang baik dengan teman maupun lingkungannya, dipandang kurang baik oleh orang-orang di sekitarnya, dan berpengaruh terhadap kemampuan dan keterampilan dirinya, dengan demikian pelaku agresif ini tidak dapat tumbuh kembang secara baik. (Gestalt & Kursi, 2012)

Maka dari hal tersebutlah, kita bisa menggunakan konseling gestalt sebagai cara untuk mengatasi suatu masalah pada perilaku agresif pelaku bullying. Konseling gestalt ini bisa terpilih karena sasaran yang menjadi tujuan dari terapi gestalt menurut Perls dalam (Gestalt & Kursi, 2012) yaitu, pencapaian dalam kesadarannya. Tanpa adanya kesadaran, pelaku tidak akan memiliki bantuan untuk merubah perilaku atau bahkan kepribadiannya. Dengan berfokus pada kesadaran, pelaku agresif pelaku bullying dapat memandang suatu masalah secara utuh bahkan menyeluruh, sehingga pelaku agresif pelaku bullying tidak memandang suatu masalah hanya dari satu sisi saja, namun bisa melihat dari sisi yang lain. dan bisa memposisikan dirinya dalam posisi top dog ataupun under dog. Top dog adalah  duduk di sebuah kursi kosong yang telah disediakan sebagai dimensi top dog dan under dog. Ketika pelaku agresif pelaku bullying  duduk di kursi top dog maka ia harus mengekspresikan apa yang dilakukannya sedangkan ketika pelaku agresif pelaku bullying  duduk di kursi underdog ia memberontak terhadap tuntutan tersebut. Teknik ini biasanya juga disebut sebagai "empty chair"

Kesimpulan

Akibat yang ditimbulkan dari perilaku agresif pelaku bullying sudah pasti akan menghambat pertumbuhan atau perkembangannya. Apabila perilaku agresif tersebut terus-menerus dipelihara dan tidak mendapatkan penanganan segera, maka nantinya akan menimbulkan dampak negatif bagi dirinya sendiri maupun orang-orang yang ada di sekitarnya. Maka dari hal inilah kita bisa menggunakan konseling gestalt untuk mengatasi suatu masalah dari adanya perilaku agresif pelaku bullying ini. Konseling gestalt terpilih untuk mengatasi masalah ini, karena merupakan sasaran yang menjadi tujuan konseling gestalt ini yaitu, kesadarannya. Dengan kesadaran, perilaku agresif pelaku bullying akan memandang suatu masalah secara utuh dan menyeluruh, sehingga pelaku bullying tidak memandang suatu masalah dari satu sisi saja, namun bisa melihat dari sisi yang lain, dan bisa memposisikan dirinya dalam posisi top dog ataupun under dog. Teknik ini biasanya juga disebut sebagai "empty chair"

Daftar Pustaka

Aini, D. F. N. (2018). Self Esteem Pada Anak Usia Sekolah Dasar Untuk Pencegahan Kasus Bullying. Jurnal Pemikiran Dan Pengembangan Sekolah Dasar (JP2SD), 6(1), 36. https://doi.org/10.22219/jp2sd.v6i1.5901

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun