Neutrofil adalah "penguasanya" leukosit. Neutrofil menjadi yang paling banyak jumlahnya di dalam leukosit, yaitu sebesar 60% dari jumlah total leukosit yang ada. Selain yang paling banyak, neutrofil juga memiliki peran yang paling penting di dalam sistem pertahanan tubuh manusia. Neutrofil adalah "benteng pertama" dari serangkaian pertahanan tubuh manusia. Mengapa membuatnya menjadi benteng yang paling kuat dan terdepan? Ini dikarenakan oleh kemampuannya yang sangat luar biasa yaitu mampu melawan bakteri atau antigen dengan cara fagositosis atau memakan bakteri atau antigen yang masuk ke dalam tubuh.
Pada penjelasan diawal, leukosit dikatakan memiliki sifat kemotaksis. Sifat kemotaksis inilah yang membuat neutrofil dapat melakukan diapedesis, karena sinyal kimia yang diberikan oleh antigen membuat neutrofil "terbangunkan" dan segera mungkin mendatangi sumber yang menjadi pusat masuknya antigen yang tepatnya terdapat di jaringan.
- Eosinofil
Eosinofil adalah jenis Leukosit yang bergranuler dan jumlahnya dapat dikatakan minoritas yaitu sebesar 1-3% dari jumlah total leukosit yang ada di dalam tubuh manusia. Bandingkan dengan neutrofil yang memiliki presentase 60%, eosinofil sangatlah terlihat sedikit dibandingkan dengan neutrofil. Walaupun jumlahnya sangat sedikit, namun Eosinofil memiliki peran di dalam Leukosit. eosinofil berperan sebagai fagosit lemah atau fagosit sekunder untuk melawan bakteri atau antigen yang masuk. Eosinofil akan bekerja apabila neutrofil dan monosit yang begitu "kuat" masih bisa tertembus oleh antigen atau bakteri. Dengan kata lain eosinofil adalah "benteng terakhir" dari sistem pertahanan tubuh manusia. Selain sebagai "benteng terakhir", eosinofil juga berperan dalam detoksifikasi histamin untuk menghentikan vasodilatasi atau memperlambat permeabilitas dari dinding endotelium yang disebabkan oleh adanya histamin (memperlambat aliran darah yang masuk ke dalam jaringan).
Sehingga secara tidak langsung, eosinofil juga dapat mengalami diapedesis apabila bakteri yang masuk terlalu kuat dan tidak dapat diatasi oleh neutrofil dan monosit. Selain sebagai fagosit sekunder, eosinofil juga dapat melakukan diapedesis untuk detoksifikasi histamin.
- Basofil
Basofil adalah jenis leukosit yang masuk ke dalam golongan granulosit. Basofil adalah jenis yang paling sedikit di dalam leukosit, yaitu kurang dari 1% dari jumlah total leukosit. Walaupun jumlahnya sangat sedikit, namun basofil tetap memiliki peran yang penting di dalam sistem pertahanan tubuh. Perannya adalah sebagai penghasil dari histamin dan penghasil antikoagulan heparin. Fungsi dari keduanya adalah untuk keperluan peningkatan aliran darah ke jaringan yang cedera dan membantu pencegahan penggumpalan darah intravaskuler.
Apabila kita melihat kembali proses dari pertahanan tubuh terhadap bakteri, disana tercantum adanya histamin untuk memperlembar pembuluh darah untuk meningkatkan aliran darah yang masuk, secara tidak langsung itu membuktikan bahwa ada peran dari basofil disana. Tidak akan mungkin histamin dapat dihasilkan tanpa peran dari basofil. Sehingga dapat dikatakan bahwa basofil juga ikut mengalami proses diapedesis dalam sistem imunitas tubuh.
Agranulosit
- Limfosit B dan T
Limfosit adalah leukosit yang masuk ke dalam jenis agranulosit atau tidak bergranuler. Limfosit berjumlah sekitar 30% dari jumlah leukosit yang ada di dalam tubuh manusia. Dalam sistem imunitas, limfosit secara umum memiliki peran untuk mendeteksi, mengenali, serta memberi respon kepada antigen.
Limfosit sendiri terbagi menjadi 2 jenis yaitu limfosit B sebagai pembentuk antibodi untuk merespon antigen tertentu, dan limfosit T yang memiliki peran untuk mengenali dan melakukan interaksi dengan antigen melalui protein reseptor di permukaan sel.
Dalam kasus pembunuhan, seorang polisi pasti akan melakukan sebuah penyelidikan dengan cara datang ke tempat kejadian perkara (TKP). Mereka akan mengumpulkan bukti serta mencoba mengenali keadaan sekitar sehingga nantinya polisi akan tahu bagaimana pembunuhan tersebut terjadi dan dengan harapan pembunuh itu bisa ditemukan. Hal tersebut sama dengan yang di lakukan oleh limfosit baik limfosit B maupun T. Pertama mereka mencoba mempelajari antigen tersebut dan nantinya  mereka dapat memberikan respon kepada antigen tersebut. Lalu bagaimana mereka dapat mengenali antigen tersebut apabila tidak bertemu secara langsung dengan antigen tersebut di TKP? Sehingga dapat dikatakan bahwa limfosit juga melakukan diapedesis, ini dikarenakan oleh tempat berkumpulnya antigen berada di jaringan, dan untuk sampai ke jaringan haruslah melalui proses diapedesis.
- Monosit
Monosit adalah leukosit yang masuk ke dalam jenis agranulosit atau tidak bergranuler dengan jumlah sekitar 3-8% dari jumlah leukosit yang ada di dalam tubuh manusia. Monosit memiliki peran yang hampir sama dengan neutrofil yaitu sebagai benteng "terkuat" dalam sistem pertahanan tubuh. Namun yang pertama berhadapan langsung dengan bakteri atau antigen adalah neutrofil, sedangkan monosit berada persis dibelakang neutrofil dan apabila neutrofil masih dapat ditembus oleh antigen tersebut, monosit langsung menjadi benteng selanjutnya. Banyak kesamaan dari monosit dan neutrofil membuat keduanya dapat melakukan diapedesis sebagai proteksi pertama terhadap bakteri dan antigen.