Leukosit terbentuk di dalam sumsum tulang merah dan sumsum tulang kuning. Setelah proses pembentukan tersebut, leukosit akan masuk dan ikut dalam peredaran darah. Leukosit akan "berenang" di dalam plasma darah hanya dalam waktu 1 hari saja. Setelah "berenang" di dalam peredaran darah, leukosit hanya memiliki satu pilihan terakhir yaitu "angkat kaki" dari peredaran darah.
Bagaimana kehidupan leukosit selanjutnya?
Leukosit hanya memiliki satu tujuan untuk tempat menetapnya yaitu jaringan. Untuk pindah dari peredaran darah menuju ke jaringan, leukosit harus melalui proses diapedesis, sehingga diapedesis bukanlah suatu pilihan namun suatu keharusan bagi leukosit untuk kehidupan selanjutnya. Namun diapedesis tidak dapat terjadi dengan sendirinya, diapedesis bisa terjadi jika hadirnya suatu pemicu. Pemicu yang dimaksud adalah luka, infeksi oleh bakteri atau virus, benda asing yang masuk ke dalam tubuh manusia. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemicu-pemicu dari diapedesis ada hubungannya dengan proses inflamasi.
"Hidup ini tak akan pernah terlepas dari adanya diapedesis."
Pada kehidupan sehari-hari, diapedesis sering terjadi ketika tubuh kita digigit oleh serangga dan yang paling sering adalah nyamuk. Pasti kalian akan merasa gatal ketika digigit oleh serangga, setelah rasa gatal itu muncul, perlahan-lahan bagian yang digigit oleh nyamuk akan memerah dan mulai timbul membentuk suatu benjolan di kulit bahkan pada beberapa serangga dapat menimbulkan keluarnya cairan dari benjolan tersebut. Proses dari timbulnya benjolan tersebut disebabkan oleh berkumpulnya leukosit di sumber gigitan tersebut. Berkumpulnya leukosit ini adalah salah satu bentuk dari diapedesis.
Beberapa orang yang memiliki alergi pada suatu makanan pasti akan merasa gatal ataupun sesak napas saat secara tidak sengaja makan makanan tersebut, ini juga disebabkan oleh keluarnya leukosit terutama histamin secara diapedesis menuju ke jaringan untuk melawan makanan yang dianggap sebagai antigen oleh tubuh kita.
Sebagian dari kita, pasti pernah mengalami luka yang disebabkan oleh duri ataupun serpihan seperti kayu. Pada saat duri tersebut menusuk kulit kita, secara tidak langsung bakteri yang ada di dalam duri ikut masuk ke dalam luka yang disebabkan oleh duri tersebut. Sebelum terjadi infeksi, leukosit akan berdiapedesis menuju ke jaringan untuk melawan bakteri tersebut dengan memakannya (fagositosis). Leukosit yang memakan bakteri tersebut adalah makrofag. Makrofag adalah monosit yang telah berpindah menuju ke jaringan secara diapedesis.
Sebelum melakukan fagositosis, proses awalnya adalah makrofag akan melepaskan senyawa sitokin. Sitokin adalah suatu zat kimia yang menjadi pemicu keluarnya Cell Adhesion Molecule atau CAMs (menyebabkan sel-sel lain disekitarnya ikut menempel) pada sel endotelium yang ada di pembulu darah kapiler yang mengaktifkan selectin pada dinding bagian dalam dari endotelium. Lalu selectin akan menghambat leukosit (neutrofil) yang melintas sehingga akan membuat leukosit berputar-putar di dalam dinding endotelium.
Selanjutnya neutrofil akan mengaktifkan integrin dikarenakan oleh adanya respon terhadap inflamasi. Integrin merupakan suatu reseptor adhesi. Kemudian integrin akan mengikat AICAM1 dan VCAM1 pada dinding endotelium sehingga perlahan-lahan neutrofil akan berhenti berputar-putar.
Pada jaringan kulit yang mengalami luka akibat dari duri tersebut, akan dihasilkan zat kimia yang bernama Bradykinin. Bradykinin merupakan senyawa kimia yang dapat menyebabkan terjadinya Vasodilatasi atau pelebaran lumen pada pembuluh darah. Pelebaran lumer pada pembuluh darah membuat leukosit dapat masuk ke dalam jaringan. Selain disebabkan oleh Bradykinin, Vasodilatasi juga dapat disebabkan oleh hadirnya histamin yang diproduksi oleh Basofil. Setelah itu, barulah neutrofil dapat melakukan diapedesis dan masuk ke jaringan untuk melawan bakteri dengan cara fagositosis. Pada saat neutrofil melakukan fagositosis, neutrofil dibantu oleh leukosit yang lain untuk memberikan proteksi kepada tubuh agar tidak sampai terjadi infeksi pada tubuh kita.Â