Cerita ini berasal dari kehidupan saya, Andre selama di salah satu sekolah berasrama di tiga tempat, yaitu Kramat Asem Raya, Utan Kayu, Jakarta Timur, dan Perumahan Taman Harapan Baru, Medan Satria, Bekasi, Jawa Barat pada tahun 2005 hingga 2006. Saya bersama kembaran saya, Ryan Agusta mengikuti pendidikan di sana karena dikeluarkan dari sekolah saat kelas satu sekolah dasar, sebelas tahun yang lalu
Di sebuah Sekolah Berasrama untuk anak berkebutuhan khusus, bernama Imaculata. Pada awalnya, sekolah itu berada di Utan Kayu, Jakarta Timur, lalu pada akhir 2005 silam pindah ke perumahan Taman Harapan Baru, Medan Satria, Bekasi Barat melalui proses yang panjang. Ada senang, ada susah. Itulah kehidupan kami berdua disana selama kurang dari satu tahun sejak 1 Juni 2005. Sekolah berasrama itu diasuh oleh Bu Imaculata atau sering dipanggil Bu Ima, sesuai namanya.
Pada awalnya, Andre dan Ryan masuk saat Asrama Imaculata masih di Kramat Asem Raya dengan jumlah sembilan siswa asrama, termasuk kami dan tujuh anak sekolah. Kami harus belajar beradaptasi disana agar dapat berteman dengan baik. Setiap hari kami dibiasakan unuk mematuhi ketentuan yang ada disana. Kalau kami tidak mau, maka kami bisa dipaksa atau dikurung. Pernah ada yang mengalami hal itu, yaitu siapapun yang pernah berada di sekolah berasrama Imaculata, pasti pernah mengalaminya, baik anak sekolah yang tiap hari pulang, maupun anak asrama yang biasa menginap, terutama Kak Jerry yang setiap hari datang terlambat dan saat jam pulang ribut minta pulang disana.Â
Hal tersebut dapat menjadi nyata kalau ada anak yang tidak mau makan sayur maupun buah-buahan atau makanan lainnya bakal dipaksa makan, trus kalau anak tidak mengikuti kegiatan belajar dihukum berdiri atau dikurung, bahkan dipaksa. Hal itu merupakan tindakan para Pengasuh dan Guru disana agar anak-anak mau mematuhi aturan dan menikmati hal-hal yang baik disana, meskipun harus dipaksa. Kami pun pernah mengalaminya, yaitu dipaksa makan sayuran saat jam makan dan buah-buahan saat jam snack oleh pengasuh, termasuk Bu Septi dan Bu Hermin.
Untuk kegiatan sekolah, para Guru membuat kegiatan belajar yang serba menyenangkan, sehingga anak tidak mudah bosan dengan materi bervariasi sesuai kurikulum yang ada pada waktu itu, kurikulum 2004. Semua anak sekolah maupun asrama dapat belajar dengan senang. Para Pengasuh dan Guru tetap berusaha walaupun terdapat kendala dalam mengajar.
Kegiatan anak asrama disana dari pagi hingga malam diatur oleh para pengasuh. Di asrama ini, jika anak asrama mengompol pasti dihukum oleh pengasuh, hukumannya ialah tidak mendapat makan atau minum, bahkan tidak mandi, maupun dihukum berdiri di tempat atau dikurung agar anak tersebut tidak mengompol lagi. Saat kegiatan Senam Instruksi, dan Belajar Sore atau Malam pasti ada hukumannya kalau tidak mau patuh. Pengasuh bisa memaksa, bisa bertindak baik demi anak asrama yang baik.
 Oleh karena itu, siapapun yang tidak mau patuh maupun menolak belajar maupun senam pasti disuruh berdiri ditempat, dipaksa melakukannya, bahkan dikurung sampai tidak mendapat makan. Hal itu juga terjadi pada saat anak asrama bermain dan menonton televisi melalui terestrial dan video dalam bentuk cakram padat atau VCD dengan pengawasan pengasuh agar ada hukuman kalau ada siapapun yang usil. Pada hari Minggu dan hari libur, para pengasuh membuat kegiatan yang menyenangkan agar anak tidak mudah bosan, seperti Pak Edi mengadakan potong rambut setiap dua bulan sekali, jalan-jalan ke tempat yang menyenangkan, menonton acara televisi favorit, dll
Saya pernah pindah ke Kompleks Taman Harapan Baru untuk sementara pada Jumat tertentu di bulan Juli 2005 karena nakal. Setelah itu, Ika pun datang, tetapi ke tempat itu juga. Hal itu disambut empat anak asuhan utama di Asrama Imaculata. Setelah itu, pada Agustus 2005 kami ke tempat itu juga secara bergantian untuk menemani Kak Ika. Setelah itu, Kak Ika dapat bergabung dengan anak sekolah dan asrama yang berada di Imaculata Kramat Asem Raya dengan teman barunya, Daniel.
Pada 9 September hingga 29 Desember 2005, Asrama Imaculata tidak hanya di Kramat Asem Raya saja, namun  Kompleks Taman Harapan Baru juga digunakan sebagai Asrama Imaculata. Yang pindah ke Kompleks Taman Harapan Baru ialah Ryan, Ridho, Gita, Krishna, dan Ricky bersama Bu Tri. Format itu sering berubah agar ada yang berkesempatan menempati Asrama itu.
Pada Akhir tahun 2005, tanggal 26, 28 hingga 30 Desember 2005 ada proses pemindahan Asrama Imaculata dari Kramat Asem Raya ke Kompleks Taman Harapan Baru. Proses tersebut terbagi menjadi empat tahap, satu tahap satu hari untuk anak asrama yaitu tahap pertama, Ricky dan Ferdi pindah bersama Bu Siti, Bu Tri, dan Bu Tasya, lalu tahap kedua Gita pindah, kemudian tahap ketiga Andre dengan Toti, Richi, Bintang, pindah bersama Bu Tamar dan Bu Septi terakhir yaitu tahap keempat Arel, Krisna, Jesica, Cha-Cha, Farian,Â
Rita pindah semua bersama Bu Intan dan semua pengasuh asrama yang belum pindah. Menyusul yang belum bisa ikut, yaitu Ryan karena sakit, dan Ika karena urusan keluarga. Setelah Merayakan Tahun baru 2006, ada misi penjemputan Jerry ke Asrama Imaculata yang Baru di Kompleks Taman Harapan Baru, yang dilakukan Oleh Farian dan Rita bersama Bu Intan. Misi tersebut dilaksanakan pada 2 Januari 2006 di Sekolah eks Asrama Imaculata Kramat Asem Raya dengan tujuan agar Jerry berniat untuk di Asramakan agar dapat memperbaiki hidupnya. Bu Ifa juga ikut pindah dalam misi tersebut demi pengalaman yang luas. Saat Jerry di Asrama Baru, awalnya ia masih punya kebiasaan buruk, yaitu minta pulang. Pengasuh disana juga menenangkan Jerry biar ia bisa hidup baik,
Setelah semuanya pindah ke Kompleks Taman Harapan Baru, kegiatan dan berbagai kepentingan disana dapat terasa lebih nyaman, kelakuan anak asrama dapat berubah, namun tindakan para Pengasuh dan Guru masih tetap seperti waktu di tempat yang lama, yaitu bisa bertindak kasar dengan memaksa, bisa bertidak halus dengan mengajak. Kegiatan disana juga pernah berubah agar mendapat penyegaran yang lebih baik. Kami mengikuti pendidikan disana hingga 13 April 2006 karena masalah finansial orang tua kami.
Kita dapat belajar untuk melakukan hal yang baik sejak dini dengan patuh dengan pengasuh atau orang tua dan menghargainya, meskipun harus dipaksa oleh orang tua saat kita masih kecil. Akhinya bisa menjadi orang yang baik. Kita boleh bebas, tetapi harus berbuat baik melalui sikap menghargai dan toleransi terhada orang lain.
Ingat, kebebasan ada batas wajarnya agar kalian semua dapat berbuat baik.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H