Jadi...saya mau menceritakan gula aren dulu. Aren sekarang sudah sulit dilihat. Saya tidak tahu jika di hutan. Buahnya akan menjadi kolang-kaling. Tulang daunnya akan menjadi sapu lidi tapi warnanya hitam. Sama lah aren, siwalan dan kelapa.
Sebelum berbunga, akan ada kantung besar (yang akan menjadi bunga dan buah). Kantung ini ditusuk....""Cress"
Akan ada air...bening. Rasanya maniiiiiiiis sekali dan ada kecenderungan asam. Nira ini jika dikasih ragi, dalam beberapa jam akan menjadi "legen".....jika dibiarkan terus akan menjadi "tuak" dan jika dibiarkan lagi akan terkontaminasi dan menjadi "cuka".
Daripada "mblakrak" saya kembali keeeee...Gulaaaa
Nah.....Nira yang agak berasa asam ini dipanaskan....
ditambahkan kapur tohor (Ca(OH)2). Jadinya kan asam ditambahkan basa menjadi garam + air. Jadi tetap Nira air gula...tapi asamnya menjadi garam dan air karena kapur tohor tadi.
Karena garam, jelas rasanya gurih. Warna garam ini merah kecokelatan. Air nira yang tadinya bening menjadi kecokelatan. Terusss dipanaskan sampai mendidih....mendidih...dan mendidiiiiiiiih. Menguap semua ya. Akhirnya mengental dan dicetak.
Tidak ada Standardisasi dalam cetakan. Ada yang dicetak pada batok kelapa, ada yang dicetak pada bambu dan lainnya. Hasilnya adalah gula merah banyaknya sih berbentuk silinder karena dicetak pada bambu.
Sekarang melenceng lagi....Nggak papa kaaan . Kok ada gula aren yang seperti gula pasir? apa bedanya dengan gula merah? Ooooh itu melencengnya...
Gula aren yang seperti gula pasir, bahan dasarnya itu ya gula merah cetakan ini. Dalam gula merah ini ada kandungan 80% sukrosa dan 20% fruktosa dan glukosa. Dua yang terakhir saya sebutkan itu bentuknya cair. Jadiii...
Gula merah berbentuk silinder ini dihancurkan terus dijemur agar lebih kering lagi. Setelah kering......diayak dan disaring. Yang lolos saringan akan seperti gula pasir (masih kecokelatan karena mengandung garam dan sedikit mengandung fruktosa dan glukosa).