Mohon tunggu...
FIRITRI
FIRITRI Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis, Penulis Mojokerto, Blogger dan Pembawa Acara yang tertarik dalam Human Interest, Budaya serta Lingkungan

Penulis, Penulis Mojokerto, Blogger dan Pembawa Acara yang tertarik dalam Human Interest, Budaya serta Lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sungai Brantas Dirusak Kolonial?

20 November 2020   06:40 Diperbarui: 20 November 2020   06:49 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alam membentuk air berkelok-kelok agar lama berada di daratan sebagai cadangan saat musim kemarau.  Selanjutnya saat musim kemarau biota sungai berlindung di tikungan-tikungan sungai.

Ikan, belut bahkan Kedawang alias Bulus Raksasa yang jadi makanan kesukaan raja Majapahit selalu hidup di tikungan sungai itu.

Pendahulu kita tidak ada yang bermukim di dekat sungai karena takut mencemari sungai....karena air dianggap suci. Saat pertama kali Majapahit berdiri, istananya disinyalir di Hutan Terik (sekarang Kecamatan Tarik Sidoarjo) bekas istana ini dijadikan Pabrik Kertas Tjiwi Kimia. Eka Tjipta dalam 

Membuat pabrik pun tidak meninggalkan kisah ini sehingga memakai Tji (Tjipta) Wi (Wijaya...nama Sanggramawijaya atau Raden Wijaya)
Istana ini dipilih karena letak strategis dekat dengan lalu lintas sungai. Istana berpindah di daerah Puri dan Bangsal setelah Jayanegara mati diracun juga belajar dari keamanan saat Kudeta kuti.

Catatan Ma Huan dari China saat Majapahit sudah membesar mengatakan sungai ini besar sehingga sungai ini dilalui perahu yang berlabuh di Canggu. Setelah itu Jalan darat ke selatan (Trowulan)

Kembali ke sungai ........ 

Belanda pun datang dengan VOC nya...bangkrut karena korup (budaya baru untuk bangsa kita yaitu korupsi). Belanda mulai dengan sistem tanam paksa. Untuk menanam jelas butuh air makan Saluran Air mulai dibangun. Sungai lebar daerah Ajinomoto dan sekitarnya diurug dan dibuat tanggul. Ongkosnya mahal pastinya...itu kan sekarang...jaman dulu?? KERJA RODI!!! ini yang dilupakan saat ini ada kekejaman Kolonial seperti ini.

Sungai ke arah Pasuruan dibuat lurus....banjir...dibuat lagi sungai yang memutari Sungai ini namanya Sungai sadar. Kali ini bukan dari kali Brantas tapi modifikasi Sungai tanpa mata air yang hanya berupa terusan memutari Kali Porong Fungsinya hanya menahan air yang kembali  (Backwater) dari Pasuruan ke Mojokerto sehingga tidak banjir ke kebun milik belanda.

Banjir akhirnya ke masyarakat. Tidak masalah bagi Belanda asal kebunnya aman. Banjir di Masyarakat ini tertangani pada tahun 1985. Jauuuuh sekali ya. Sungai yang berkelok-kelok jadi luruuss.

Sungai berkelok-kelok diluruskan, Tujuannya air lebih cepat menuju ke pertanian Belanda. Padahal air juga cepat mengarah ke laut cadangan air kemarau berkurang. Biota mulai menurun. Buaya...Buaya putih yang langka makan ikan dan biota lainnya. Biasanya Buaya dan ikan-ikan mondar mandir dari hulu ke hilir.

Terkena pintu air dan sluis, ikan-ikan ini tidak dapat mondar-mandir lagi. Buaya tinggal beberapa. Buaya putih yang albino sesekali nampak dan jelas kelaparan. Dianggaplah itu mitos, padahal kasihan ya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun