Dengan sikap siap, ada seorang prajurit yang langsung mengambil keluwek di pohon untuk dijadikan rawon.
"Ngawur ae, iki racun. Kudu diolah. Durung perang mungsuh Londo wis mati ndhisiki (Ngawur saja, ini racun, Harus diolah. Belum perang lawan Belanda nanti sudah mati duluan)." terang Mayor muda ini.
Lantas......Harus bersabar untuk rawon.
Keluwek diambil dibalur dengan abu bekas pembakaran api saat malam dan ditanam. Tanda "kuburan keluwek" pun dipatok pada atasnya.
Singkat cerita, sampailah di Batu dan Istri Mayor Munasir meninggal di sana karena terlalu letih dan penyakit paru. Saat kembali ke Pacet untuk berperang, Rakyat Batu menyumbangkan 4 sapi lagi. Logistik kembali seperti supermarket.
Inilah saatnya rawon!!
Dengan semangat para tentara kembali ke Pacet. Digalilah "kuburan keluwek" yang dulu ditanam. Keluwek diambil.....dan diolah dengan semua bumbu yang tersedia.
Jadilah rawon!! Disajikan dengan pincuk daun pisang yang banyak di hutan dan sendok dari daun pisang juga namanya suru. Semua lengkap. kecuali.....
GARAM
"Gak enak!!! Gak asin!!" Kata banyak anggota Condromowo.
Maklum Garam merupakan barang mewah saat itu. PT Garam sebelumnya sudah diambil oleh Belanda dalam Operasi Produk. Semua garam dijaga agar masuk ke PT Garam sebagai lumbung uang Belanda. Hasilnya, hambaaar....
Itulah cerita bagaimana Tentara yang menjaga kedaulatan Seperti ikan.......dan Rakyat sebagai air yang membuat ikan selalu kuat menghadapi segala ancaman.
Dirgayahu TNI....Bersama Rakyat TNI Kuat..
#penulis #mojokerto #firi #firitri #humaninterest #perempuan #menulis #penulismojokerto #cerita #ceritamojokerto #penulis_mojokerto #kisah #character #womaninwork #writing #writer #tni #haritni #dirgahayu #armedforces