Ini foto saat saya riset tentang Soto Madura di Mojosari.
Soto Madura di Mojokerto yang terpusat pada tempat saya berdiri. Saya berdiri di Antara terminal lama dan Gedung Bioskop. Saya kali ini bercerita tentang Bioskop karena hari ini adalah hari film Nasional. Jadi saya menulis tentang Bioskop di Mojosari.
Masa kecil saya ada di daerah Mojokencono, jika ada bakso Cak Muklas masuk rumah pertama kiri jalan yang sekarang sudah menjadi puing. Saat kecil malam hari saya selalu mendengar kerasnya suara film sampai ke rumah.
Bahkan kalau film horor saya selalu membayangkan dan ngeri hanya karena suaranya.
Untuk mencari literatur tentang Mojosari saya kesulitan yang akhirnya melakukan wawancara saja dengan cross check eberapa orang.
Jadiiii.......
Mojosari itu mempunyai 3 gedung bioskop.
Pertama, Gedung Bioskop Gembira yang saat ini menjadi taman lalu lintas.........kedua gedung bioskop Gudang Uyah Sawahan....dan terakhirGedung Bioskop Jaya...
Mohon pembetulan kalau cerita saya salah ya... .
Saya cerita yang pertama.
Gedung Bioskop Gembira.
Ini gedungnya kecil tidak begitu luas ya. Bisa dilihat kok bagaimana kondisi taman lalu lintas. 1/3 taman lalu lintas itu adalah Gedung Bioskop yang berdempetan dengan toko Kijat.
Spesialisasi di sini adalah film-film india. Saya mendapatkan keterangan kalau gedung ini sudah ada sejak tahun a40 an sebelum Jepang datang. Memang dikhususkan untuk melihat bioskop oleh Orang-orang jaman kolonial itu. Mojosari kan sudah menjadi kota penting jadi ramai dan butuh hiburan.
FIlmnya jelas film bisu dan sejenisnya yang hitam putih. Sampai jepang datang semua tidak ada kegiatan karena perekonomian lumpuh. Setelah merdeka, ya perang jadi juga belum ada kegiatan.
Kursi sudah mirip gedung bioskop modern dengan projector disentorkan pada kain putih di depan.
Akhir 1950-an baru ada investor untuk gedung ini. mulailah jalannya dengan film-film murah yang disukai masyarakat....fil india...Polisi vs pendekar.
Bioskop dijalankan lagi dan Ramai terus. karena......sebelahnya adalah terminal Bus antar kota. Pada tugu adipura ini dulu ada tugu juga tinggi tapi ramping. Untuk peringatan perjuangan Operasi Komando Hayam Wuruk melawan Belanda. Tugu ini dihilangkan di awal 1980-an.
Terminal Bis antar kota dan terminal oplet selalu ramai. 24 jam. Tidak seperti sekarang yang magrib sudah sepi angkutan umum. Angkutan umum saat itu ada terus tapi jedanya lama.
Dalam menunggu jeda, orang biasa menunggu dengan menonton bioskop.
Era 1960-an ekonomi mulai kuat lagi dan ada Bioskop Gudang uyah. Pangsa pasar ya menengah ke bawah dengan bioskop yang sudah ditayangkan di Bioskop Gembira setelah beberapa lama baru ditayangkan di gudang uyah sawahan ini.
Tahun 70-an bioskop ini bubar.
Akhir era 60an, investor bioskop kembali datang untuk menyaingi bioskop Gembira. Namanya Jaya. Sama-sama di Wonokusumo. tapi ini di seberang jalan.
Filmnya beragam. Jika ada Rhoma Irama....wow...ramai membludak. Sesekali film mandarin tentang kungfu, juga film barat....tidak lupa India...
Dengan adanya bioskop Jaya ini keberadaan Gembira terdesak dan akhirnya tutup. Tutup itu semua dihancurkan dan dirobohkan menjadi pasar legi yang bersebelahan dengan terminal. Untuk pedagang di terminal diarahkan ke pasar legi agar terminal lebih luas...
Lebih luas untuk pedagang obat maksudnya .
Lalu.....
setiap pagi mondar mandir mobil berspreaker keras ber-halo halo menjelaskan film yang akan diputar nanti apa. Jam 3 sore diulangi lagi mobil berputar-putar lagi dengan menyebar kertas selebaran.
Flyers selebaran banyak dibuat dengan lukisan...wah, kualitas seni hebat...sayangnya tidak ada yang menyimpan itu..sekarang pasti mahal di tangan kolektor benda vintage.
Saya kapan hari berada di jalan Brawijaya Mojosari melihat mobil kuno..langsung terbersit pada mobil Bioskop jaya ini. Tapi bukan itu merknya. Saya sangat hapal merknya Opel Kapitan. Saya browsing di Google dan mendapatkan yang mirip mobil bioskop jaya adalah Kapitan tahun 1941.
Terusss...seperti apa main filmnya.
kalau ramai bisa 3 kali sesi pemutaran film
Saat masuk sudah penuh sesak. Jika membawa kendaraan motor atau sepeda harus parkir di pintu kiri. Tapi malesnya kalau pulang pasti lama, antriiiiiiiii
Lanjut ke loket. Penjualan karcis tanpa kuota seperti bioskop sekarang. Malah mirip angkutan pedesaan semakin banyak semakin bagus. Jadinya kursi berebut. Tempat belakang paling dicari karena penglihatan lebih jelas.
Bagian belakang kursinya terbuat dari rotan dengan sensasi Cimex lectularius alias kutu busuk alias tinggi yang aduhai. Separuhnya adalah bagian depan dengan kursi kayu biasa.
Sebelum bioskop dimulai pedagang asongan sudah sibuk menjajakan makanan.
jika mulai, semua lampu dimatikan ...pintu samping kiri kanan sejumlah 6 buah ditutup tirai kain hitam. Saya gambar peta denah bioskop kok...bisa dilihat ya.
dan jika ke toilet ada di sisi kiri dekat parkiran. Sangat bising karena generator ada di dekat itu. Disanalah saya memeriksa mobil aneh yang terparkir......
Lanjut.....seperti apa?? ya tulisan saya sampai di sini dulu..
Bagaimana pengalaman anda? (firitri)
#penulis #mojokerto #firi #firitri #mc #humaninterest #menulis #kekuatan #cerita #penulismojokerto #penulis_mojokerto #film #harifilm #filmnasional #bioskop #mojosari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H