Mohon tunggu...
FIRITRI
FIRITRI Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis, Penulis Mojokerto, Blogger dan Pembawa Acara yang tertarik dalam Human Interest, Budaya serta Lingkungan

Penulis, Penulis Mojokerto, Blogger dan Pembawa Acara yang tertarik dalam Human Interest, Budaya serta Lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Napak Tilas Bioskop Mojosari Mojokerto

31 Maret 2020   20:54 Diperbarui: 31 Maret 2020   21:06 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Spesialisasi di sini adalah film-film india. Saya mendapatkan keterangan kalau gedung ini sudah ada sejak tahun a40 an sebelum Jepang datang. Memang dikhususkan untuk melihat bioskop oleh Orang-orang jaman kolonial itu. Mojosari kan sudah menjadi kota penting jadi ramai dan butuh hiburan.

FIlmnya jelas film bisu dan sejenisnya yang hitam putih. Sampai jepang datang semua tidak ada kegiatan karena perekonomian lumpuh. Setelah merdeka, ya perang jadi juga belum ada kegiatan.

Kursi sudah mirip gedung bioskop modern dengan projector disentorkan pada kain putih di depan.

Akhir 1950-an baru ada investor untuk gedung ini. mulailah jalannya dengan film-film murah yang disukai masyarakat....fil india...Polisi vs pendekar.

Bioskop dijalankan lagi dan Ramai terus. karena......sebelahnya adalah terminal Bus antar kota. Pada tugu adipura ini dulu ada tugu juga tinggi tapi ramping. Untuk peringatan perjuangan Operasi Komando Hayam Wuruk melawan Belanda. Tugu ini dihilangkan di awal 1980-an.

Terminal Bis antar kota dan terminal oplet selalu ramai. 24 jam. Tidak seperti sekarang yang magrib sudah sepi angkutan umum. Angkutan umum saat itu ada terus tapi jedanya lama.

Dalam menunggu jeda, orang biasa menunggu dengan menonton bioskop.

Era 1960-an ekonomi mulai kuat lagi dan ada Bioskop Gudang uyah. Pangsa pasar ya menengah ke bawah dengan bioskop yang sudah ditayangkan di Bioskop Gembira setelah beberapa lama baru ditayangkan di gudang uyah sawahan ini.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Mirip layar tancap, gedung ini tidak memiliki fasilitas apapun selain lesehan. Layar disentorkan di tembok langsung yang dicat dengan kapur. Bau kapur sangat kuat di dalamnya. Projector tidak mempunyai ruang sendiri jadinya hanya di bagian belakang penonton.

Tahun 70-an bioskop ini bubar.

Akhir era 60an, investor bioskop kembali datang untuk menyaingi bioskop Gembira. Namanya Jaya. Sama-sama di Wonokusumo. tapi ini di seberang jalan.

Filmnya beragam. Jika ada Rhoma Irama....wow...ramai membludak. Sesekali film mandarin tentang kungfu, juga film barat....tidak lupa India...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun