Dengan adanya bioskop Jaya ini keberadaan Gembira terdesak dan akhirnya tutup. Tutup itu semua dihancurkan dan dirobohkan menjadi pasar legi yang bersebelahan dengan terminal. Untuk pedagang di terminal diarahkan ke pasar legi agar terminal lebih luas...
Lebih luas untuk pedagang obat maksudnya .
Lalu.....
setiap pagi mondar mandir mobil berspreaker keras ber-halo halo menjelaskan film yang akan diputar nanti apa. Jam 3 sore diulangi lagi mobil berputar-putar lagi dengan menyebar kertas selebaran.
Flyers selebaran banyak dibuat dengan lukisan...wah, kualitas seni hebat...sayangnya tidak ada yang menyimpan itu..sekarang pasti mahal di tangan kolektor benda vintage.
Saya kapan hari berada di jalan Brawijaya Mojosari melihat mobil kuno..langsung terbersit pada mobil Bioskop jaya ini. Tapi bukan itu merknya. Saya sangat hapal merknya Opel Kapitan. Saya browsing di Google dan mendapatkan yang mirip mobil bioskop jaya adalah Kapitan tahun 1941.
Terusss...seperti apa main filmnya.
kalau ramai bisa 3 kali sesi pemutaran film
Saat masuk sudah penuh sesak. Jika membawa kendaraan motor atau sepeda harus parkir di pintu kiri. Tapi malesnya kalau pulang pasti lama, antriiiiiiiii
Lanjut ke loket. Penjualan karcis tanpa kuota seperti bioskop sekarang. Malah mirip angkutan pedesaan semakin banyak semakin bagus. Jadinya kursi berebut. Tempat belakang paling dicari karena penglihatan lebih jelas.
Bagian belakang kursinya terbuat dari rotan dengan sensasi Cimex lectularius alias kutu busuk alias tinggi yang aduhai. Separuhnya adalah bagian depan dengan kursi kayu biasa.