Mohon tunggu...
Andrea AureliaCrysanta
Andrea AureliaCrysanta Mohon Tunggu... Freelancer - Communication Science Student

Mahasiswa yang baru mencoba untuk menulis:) mohon dipahami.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menyelamatkan Jurnalisme yang Terkena Zaman Serba Digital bersama Kompas.id

22 April 2020   12:33 Diperbarui: 22 April 2020   16:09 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhirnya ini menjadi tantangan sendiri pada diri wartawan dimana dalam satu kali terjun liputan wartawan dituntut mampu untuk (1) mendapat foto dari kejadian minimal 3 buah (2) mendapatkan video (3) sekiranya data liputan akan dibuat grafis, wartawan bisa membayangkan apa konten nya (4) menulis berita. Sebuah hal yang sulit dan multitasking. Dari itu, Kompas tidak pernah menurunkan standarnya dalam memilih jurnalis dan juga dalam melakukan pembinaan. 

Kemudian Pak Haryo juga menyampaikan harapannya. "Kompas ingin seperti New York Times", sambung Pak Haryo. Pak Haryo juga menyampaikan dalam mencapai keinginan untuk bisa sama dengan New York Times dilalui proses yang berdarah-darah dan hampir di luar batas kemampuan. Ia menjelaskan bahwa kenyataan wartawan di lapangan antara New York Times dengan di Indonesia itu berbeda. 

Dari segi pembuatan berita, satu wartawan Indonesia diminta menulis bisa sampai 10 berita dalam sehari sedangkan wartawan NYT hanya 1 berita sehari. Ini merupakan perbedaan yang sangat timpang dan kita mampu melihat kualitas dari berita-berita itu sendiri. Saat jurnalisme masuk ke ranah online, jumlah berita dan clickbait menjadi perlombaan. "Bayangkan satu hari menulis 10 berita, apakah bisa lengkap isinya?", ujar Pak Haryo. 

Maka Kompas.Id mengambil posisi berada di tengah-tengah titik ekstrem antara NYT dan Indonesia dengan mentargetkan satu wartawan menulis 1-2 berita sehari. 

Mereka berusaha agar yang terpenting adalah kualitas berita. Jika wartawan memiliki waktu lebih maka silahkan untuk memperdalam lagi beritanya dengan mengendapkan hasil liputan, baca buku atau mencari narasumber pendukung lainnya. Haryo menambahkan bahwa masalah kualitas berita juga harus dilihat dari 'dapurnya' dimana NYT memiliki 1600 wartawan sedangkan kompas hanya 250an, lebih dari 1/6 lebih sedikit. 

Oleh karena itu penjagaan kualitas berita memang menjadi pekerjaan yang lebih sulit ketike sudah masuk ke jurnalisme multimedia. Lebih lanjut efeknya pun berimbas ke bisnis dimana Kompas.id ingin menjaga independen nya dan menginginkan pendapatan tidak lagi datang dari iklan melainkan dari pembaca. Hal ini juga menjadi cita-cita bagi perusahaan media tulis di Indonesia bahwa suatu saat rakyat Indonesia mau membayar untuk mendapatkan berita. 

Maka Kompas.Id di sini berdiri mempertahankan kualitas jurnalisme mereka sebisa mungkin dengan secara internal mengubah perlahan sistem yang sudah ada. Dimulai dari penggunaan alat yang lebih sederhana seperti handphone, memberikan kelonggaran yang cukup besar bagi wartawan untuk menulis sehari 1-2 berita demi menjaga kualitas dan Kompas.Id masih berusaha membiasakan wartawannya untuk menulis untuk digital (SEO) Dari sharing bersama Pak Haryo kita bisa belajar bahwa dunia jurnalisme tidak semudah itu dan perlu dukungan dari rakyat pula untuk melahirkan jurnalisme yang benar independen. Rakyat bisa membantu dengan mau berlangganan koran online atau majalah online sehingga pendapatan dari iklan bisa dikurangi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun