Derasnya hujan tak mengganggu aktivitasnya mengeluarkan satu per satu barang yang ia pandangi dengan hela nafas berat.
Aku benci dengan sendu yang muncul di wajahnya itu lagi.
Aku tidak tuli, tidak juga buta. Aku merasakan kesedihan yang tiba-tiba muncul darinya membuat hatiku ikut rasakan nelangsa. Kepalanya yang menunduk layu, bahu kokohnya yang bergerat dan isakannya yang tak mampu diredam hujan sekalipun, aku lihat dan aku dengar.
Jangan menangis!
Jangan membuatku ingin memelukmu;
Berhentilah menyakiti dirimu sendiri;
Relakan aku.
Aku tidak suka ketika kertas usang itu memanggil air matanya berlomba keluar. Mengapa ia masih menangisi goresan pudar yang lembarnya dipenuhi jejak basah itu?
Berapa kali air matanya jatuh menetes mengenai surat yang kutulis itu? Apa ia selalu menangis tiapkali membacanya?
Jangan buat aku menyesal pernah menulisnya. Aku mengirimkan surat itu padanya penuh harapan dan kebahagian. Bukan untuk dibaca dengan tangisan.
Aku ingin memeluknya, mengatakan padanya semua akan baik-baik saja, tapi aku tidak bisa.