Mohon tunggu...
Siti Andreani
Siti Andreani Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

membaca dan menulis adalah hobiku.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keunggulan Bulan Sabit Subur sebagai Induk Peradaban Dunia

27 Mei 2023   10:50 Diperbarui: 27 Mei 2023   10:51 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekitar 7 juta tahun yang lalu, manusia di bumi memperoleh makanan dengan cara berburu hewan liar dan mengumpulkan tumbuhan liar. Mereka hidup dalam kawanan kecil, nomaden dan menggunakan alat sederhana dari batu atau tulang belulang untuk berburu dan mengumpulkan makanan.

Tetapi sejak 11.000 tahun terakhir, sejumlah masyarakat mulai beralih dari berburu ke produksi pangan. Produksi pangan merupakan proses domestikasi hewan dan tumbuhan liar agar menjadi berguna bagi manusia. Hewan-hewan liar yang berhasil didomestikasi akan menjadi hewan ternak yang menyumbangkan daging dan susu untuk dikonsumsi, di ambil bulunya serta tenaganya sebagai alat transportasi dan membantu proses budidaya tanaman liar yang menjadi sumber pangan utama.

Hingga saat ini, hampir sebagian besar masyarakat di dunia mengonsumsi pangan yang dihasilkan dari budidaya sendiri atau diproduksi oleh orang lain. Proses peralihan dari masa berburu ke produksi pangan ini menyebabkan beberapa kelompok pemburu-pengumpul meninggalkan cara hidup lama mereka, saling berpencar bahkan punah.

Rentang waktu prasejarah proses pengembangan produksi pangan akan berbeda-beda di setiap wilayahnya. Hal ini disebabkan oleh kemampuan penduduk pribumi dan ketersediaan tumbuhan liar lokal. Kedua masalah itu saling bertolak belakang, sehingga mempengaruhi kemunculan pertanian di suatu wilayah. Bahkan jika daerah beriklim tropis dengan cadangan air dan memiliki cukup banyak spesies tanaman liar yang cocok untuk didomestikasi, tidak akan berhasil apabila masyarakat pribumi daerah tersebut tidak memiliki kemampuan untuk mengelolanya, begitupula sebaliknya.

Penduduk asli Australia bahkan tidak pernah mengembangkan produksi pangannya sendiri. Berbeda dengan wilayah China Kuno dan Bulan Sabit Subur yang berhasil mengembangkannya sendiri atau Mesir Kuno yang mendapatkannya dari tetangga wilayah mereka.

Hanya ada lima daerah yang menjadi tempat terawal munculnya produksi pangan termasuk domestikasi hewan secara independen di dunia yakni, Asia Barat Daya (dikenal sebagai Timur Tengah atau Bulan Sabit Subur), China, Mesoamerika (bagian tengah dan selatan Meksiko), Pegunungan Andes di Amerika Selatan dan Cekungan Amazon serta bagian timur Amerika Serikat.

Diantara wilayah-wilayah yang secara mandiri berhasil mengembangkan produksi pangan, wilayah Asia Barat Daya atau Bulan Sabit Subur merupakan wilayah yang paling awal melakukan domestikasi tumbuhaan yaitu sekitar 8500 SM dan domestikasi hewan sekitar 8000 SM.

Bulan Sabit Subur (fertile crescent) merupakan istilah merujuk kepada daerah berbentuk bulan sabit yang terletak di Timur Tengah. Istilah ini diperkenalkan oleh seorang arkeolog bernama James Henri Breasted dalam kedua karyanya, Outlines of European History (1914) dan Ancient Times, A History of the Early World (1916). Saat ini, negara-negara yang termasuk wilayah Bulan Sabit Subur meliputi Irak, Suriah, Lebanon, Palestina, Israel, Yordania, Mesir bagian utara, Kuwait Utara, Turki bagian tenggara dan Iran bagian barat.

Bulan Sabit Subur menyumbang tanaman dan hewan hasil domestikasi ke beberapa wilayah seperti Eropa bagian barat dan tengah yang mendapat paket domestikasi hewan dan tumbuhan pemula sekitar 6000 dan 3500 SM. Kedatangan paket awal tanaman dan  hewan hasil domestikasi ini memungkinkan masyarakatnya hidup menetap, memulai produksi pangan lokal hingga mendorong kemunculan peralatan modern guna menunjang kegiatan produksi, lambat laun  pemukiman bermunculan yang nantinya berinovasi mendorong kemunculan tulisan, teknologi dan sistem sosial.

Berbagai perkembangan yang mengantarkan Bulan Sabit Subur menjadi induk peradaban dunia ternyata didukung oleh populasi manusia yang padat dan cadangan makanan yang cukup bagi para petani dan non-petani yang memungkinkan munculnya kegiatan budidaya tanaman pangan dan hewan ternak. Inovasi penting pertama yang dimiliki Bulan Sabit Subur adalah produksi makanan. Sehingga, untuk dapat memahami perkembangan dunia modern kita tidak bisa melepaskan fakta bahwa domestikasi hewan dan tumbuhan liar serta proses produksi pangan dimulai di wilayah Bulan Sabit Subur.

Lantas apa yang menyebabkan wilayah Bulan Sabit Subur mampu melakukan domestikasi tumbuhan dan hewan liar lebih dulu dibanding wilayah lain?

Berikut merupakan beberapa keunggulan-keunggulan yang membawa Bulan Sabit Subur menjadi induk peradaban dunia:

Terletak di Zona Iklim Mediterania

Iklim Mediterania bercirikan musim dingin yang sejuk dan basah serta musim panas yang panjang, menyengat dan kering. Iklim tersebut menyeleksi spesies-spesies tumbuhan agar mampu bertahan melalui musim kering yang lama dan cepat tumbuh kembali ketika musim hujan tiba.

Zona iklim mediterania Bulan Sabit Subur membentang dari arah barat melalui sebagian besar Eropa Selatan dan Afrika Barat Laut. Iklim mediterania di Bulan Sabit Subur ini lebih unggul dari zona iklim mediterania lain karena wilayah ini merupakan wilayah terluas yang masuk dalam zona mediterania, sehingga menghasilkan tingginya keragaman tumbuhan dan hewan liar; variasi iklim terbesar dari musim ke musim setiap tahunnya; ketinggian yang beragam dan topografi jarak pendek.

Variasi iklim mendorong evolusi flora sehingga menyebabkan presentase tumbuhan tahunan menjadi sangat tinggi. Sedangkan keragaman ketinggian di Bulan Sabit Subur membuat musim panen tidak berlangsung secara bersamaan. Tumbuhan di daerah yang lebih tinggi menghasilkan biji lebih lambat dibanding tumbuhan di daerah yang lebih rendah. Akibatnya, pemburu-pengumpul bisa menanam biji padi-padian secara bertahap menurut waktu panen di ketinggian yang berbeda dan tidak kewalahan menghadapi satu musim panen yang terpusat pada daerah dengan ketinggian yang sama. Keuntungannya, masyarakat tidak akan pernah kehabisan bahan pangan dan memiliki cadangan pangan yang cukup, karena proses panen bisa dilakukan secara berkelanjutan.

Budaya pertanian yang bermula di Bulan Sabit Subur diawali dengan domestikasi delapan tanaman pangan (disebut tanaman pangan pertama) yaitu padi-padian, gandum emmer, gandum einkorn dan jelai; polon-polongan kacang lentil, ercis, kacang arab dan bitter vetch (Vicia ervilia) dan tanaman serat rami.

Tumbuhan Bulan Sabit Subur, khususnya padi-padian dan polong-polongan mampu beradaptasi dengan baik sehingga menjadi berguna bagi manusia. Tanaman ini menjadi tanaman tahunan yang mengering atau mati dengan sendirinya ketika musim kering tiba.

Berkat ketersediaan mamalia dan tumbuhan liar yang sesuai inilah, para penduduk awal Bulan Sabit Subur bisa cepat mengumpulkan paket biologi yang berdaya dan seimbang untuk produksi makanan intensif. Paket itu terdiri dari 3 padi-padian sebagai sumber utama karbohidrat, empat polong-polongan dengan 20-25% sumber protein dan empat hewan domestic sebagai sumber protein utama dilengkapi oleh kandungan protein yang melimpah pada gandum dan rami sebagai sumber serat dan minyak.

Maka tidak heran apabila ribuan tahun setelah permulaan domestikasi hewan dan produksi makanan, hewan-hewan itu mulai dimanfaatkan untuk susu, wol, bajak dan angkutan. Dengan demikian, tanaman pangan dan hewan milik para petani pertama bulan sabit subur pun memenuhi kebutuhan ekonomi dasar umat manusia: karbohidrat, protein, lemak, pakaian, tenaga penarik dan angkutan.

Tidak adanya gangguan yang mengancam kehidupan pemburu pengumpul Bulan Sabit Subur

Ketiadaan ancaman bagi keberlangsungan hidup manusia pada zaman itu membuat paket produksi makanan dengan cepat menjadi lebih unggul daripada kehidupan pemburu-pengumpul. Desa-desa menetap yang berbasis pada padi-padian sudah ada sebelum kemunculan produksi makanan dan membiasakan para pemburu-pengumpul kepada agrikultur dan pengembalaan. Sehingga, transisi dari gaya hidup masyarakat Bulan Sabit Subur dari berburu mengumpulkan menjadi produksi makanan berlangsung relatif cepat.

Tanaman mudah tumbuh subur di wilayah yang luas

Hasil penelitian menunjukan bahwa panen tahunan yang didapat masyarakat Bulan Sabit Subur nyaris mencapai satu ton per hektar. Dengan mengumpulkan padi-padian liar dalam jumlah besar di waktu singkat dan menyimpannya sebagai makanan selama setahun, sejumlah suku pemburu-pengumpul di Bulan Sabit Subur mulai menetap di desa-desa permanen sebelum mereka membudidayakan tanaman.

Karena padi-padian bulan sabit subur sudah sangat produktif, tak banyak perubahan tambahan yang diperlukan dalam proses pembudidayaannya. Oleh sebab itu akibat dari domestikasi yang mudah ini, tanaman tahunan berbiji besar adalah tanaman pangan yang pertama atau tergolong yang pertama dikembangkan tak hanya di Bulan Sabit Subur melainkan juga di China dan Sahel.

Tingginya presentase ‘penyerbukan sendiri’

Kebanyakan tanaman pangan berasal dari sebagian kecil tumbuhan yang bereproduksi dengan cara menyerbuki diri sendiri atau tanpa seks dengan memperbanyak diri secara vegetatif (misalnya dengan akar yang secara genetis menduplikasi tanaman induk). Dengan demikian, presentase hermaprodit yang menyerbuki diri sendiri di kalangan flora Bulan Sabit Subur membantu para petani awal, sebab itu berarti ada presentase tinggi flora liar yang memiliki biologi reproduksi yang menguntungkan manusia.

Tanaman-tanaman yang dapat melakukan penyerbukan sendiri tersebut adalah salah satu keunggulan daerah ini karena tidak memerlukan tanaman lain untuk berkembang biak. Manfaat penyerbukan sendiri bagi petani awal adalah flora dapat menghasilkan varietas baru untuk diseleksi, penyerbukan silang antara individu spesies yang saling berkerabat dapat menghasilkan hibrida antarspesies. Salah satu tanaman pangan hibrida yang melakukan penyerbukan sendiri di Bulan Sabit Suburadalah gandum roti yang kemudian menjadi tanaman pangan paling bernilai tinggi di dunia modern.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun