Kurang lebih seminggu lagi, laga akbar perhelatan pesta sepakbola terbesar di dunia yang dilangsungkan sekali dalam 4 tahun akan dimulai. Sepak mula perdana antara tuan rumah Rusia melawan Arab Saudi akan mengawali total 64 pertandingan sepanjang Piala Dunia 2018. Sebanyak 32 negara bersaing memperebutkan gelar juara, menentukan siapa yang paling hebat soal sepakbola di dunia. Memang tak semua negara berpeluang meraih gelar prestisius tersebut, namun dari tim-tim unggulan, siapakah kira-kira yang mampu mengangkat trofi di akhir kejuaraan nanti?
UNGGULAN
Juara bertahan dan juara dunia 4 kali ini kembali diunggulkan mengulang sejarah di Brazil 2014 lalu. Jerman memang selalu menjadi unggulan kala ajang besar seperti Piala Dunia digelar. Menjadi juara di ajang pemanasan Piala Konfederasi tahun lalu juga menjadi modal penting bagi Die Mannschaft untuk kembali ke puncak juara. Jerman datang ke Rusia sebagai juara Grup C di Kualifikasi Zona Eropa dengan catatan selalu menang di 10 pertandingan yang dimainkan. Mencetak 43 gol dan hanya kemasukan 4 gol saja merupakan tambahan catatan bagi hebatnya skuat Der Panser.
Dilihat dari susunan 23 pemain yang dibawa ke Rusia, tim ini merupakan gabungan antara skuat juara Piala Konfederasi 2017 dan juara Piala Dunia 2014. Catatan bahwa skuat Jerman di Piala Konfederasi 2017 merupakan skuat muda yang tidak masuk tim kala juara di Brazil 2014 membuat skuat Jerman diisi oleh para juara. Sedikit masalah hanya terletak pada belum fitnya penjaga gawang utama, Manuel Neuer, tetapi pelapisnya Marc Andre ter Stegen tentu tidak kalah bagusnya. Komposisi skuat yang komplit, paduan antara pemain muda dan berpengalaman, serta ditangani pelatih hebat seperti Joachim Low membuat kans Jerman mempertahankan gelar juara di Rusia sangat terbuka.
Positif : komposisi skuat lengkap dan merata, diisi oleh pemain-pemain berkelas juara, formasi cair dan bisa berubah-ubah skema permainan
Negatif : kiper utama belum fit, kemungkinan perpecahan tim (keributan Kimmich dan Ruediger baru-baru ini)
Finalis Piala Dunia Brazil 2014 kembali datang ke Piala Dunia kali ini untuk menebus kekalahan mereka 4 tahun yang lalu. Tak hanya kekalahan di final Piala Dunia 2014 saja, namun juga 2 kali kegagalan di final Copa America paska Brazil 2014 juga menjadi bahan tebusan bagi skuat Argentina. Kemungkinan Piala Dunia terakhir bagi bintang mereka Lionel Messi tentunya menjadi pacuan semangat untuk meraih juara kali ini. Walau Messi masih bisa tampil di Piala Dunia 4 tahun lagi, tapi dengan usia yang sudah mencapai 34 tahun tentunya peluang akan semakin sulit dibanding tahun ini.
Argentina datang ke Rusia tidak dengan hasil terbaik. Berbeda kala mereka menuju Brazil 2014 sebagai juara kualifikasi zona Conmebol, di kualifikasi kali ini Argentina harus tertatih terlebih dahulu sebelum akhirnya lolos setelah menempati posisi 3 klasemen akhir. Sempat berganti nahkoda dari Edgardo Bauza, sekarang Argentina ditangani mantan pelatih Chile, Jorge Sampaoli. Satu masalah yang dihadapi Argentina sebelum kejuaraan berlangsung adalah cederanya penjaga gawang utama Sergio Romero.Â
Kiper Manchester United ini terpaksa menepi dari tim dan tanpanya dipastikan lini pertahanan Argentina melemah. Dengan mengandalkan Messi dan mewahnya lini depan yang diisi pemain-pemain tenar seperti Higuain, Dybala, Aguero, dan di Maria sepertinya Argentina masih akan mampu untuk bersaing memperebutkan gelar juara di Piala Dunia kali ini.
Positif: lini depan sangat kuat
Negatif: lini belakang lemah, kiper utama cedera
Brazil
Akan sulit tidak menjagokan Brazil untuk menjuarai Piala Dunia kapanpun itu digelar. Tidak pernah kehabisan talenta berbakat, Brazil selalu menghadirkan pemain-pemain hebat di seluruh belahan dunia yang ketika digabungkan dalam tim nasional akan menjadi sebuah tim mewah yang siap meraih juara. Kegagalan di rumah sendiri 4 tahun yang lalu secara menyakitkan dan memalukan tentunya menjadi bensin bagi Brazil untuk menebus "dosa" di Piala Dunia kali ini.
Hadir di Rusia sebagai pemuncak klasemen kualifikasi zona Conmebol, Brazil yang kini diasuh Tite menjadi sebuah tim yang jauh lebih matang dibanding 4 tahun yang lalu. Masih akan dipimpin oleh kapten tim Neymar, Brazil kali ini jauh lebih baik dalam kualitas permainan dan komposisi skuat. Neymar yang cedera kala Brazil dipermalukan 1-7 oleh Jerman 4 tahun lalu tentunya tidak ingin mengulang hal ini kembali. Brazil kali ini tidak hanya akan terpaku pada Neymar, nama-nama seperti Firmino, Coutinho, dan Gabriel Jesus akan mengambil alih peran untuk bisa membawa Brazil ke puncak juara.
Positif: lini depan dan tengah sangat kuat
Negatif: cederanya Dani Alves membuat bek kanan Brazil lemah
Finalis Euro 2016 ini datang ke Rusia dengan target juara. Perancis menjadi unggulan di Piala Dunia kali ini karena komposisi skuatnya yang terbilang mumpuni. Membawa skuat yang tidak jauh berbeda dengan ketika mencapai final Euro 2016, Perancis hadir dengan tim yang jauh lebih matang. Skuat muda Le Blues tidak bisa dipandang enteng karena diisi oleh pemain-pemain kelas dunia dengan kualitas sangat baik. Bahkan untuk menentukan 23 pemain saja, Didier Deschamps terpaksa menepikan beberapa pemain berkualitas seperti Lacazette, Martial, dan Rabiot.Â
Sayangnya kualitas lini belakang Perancis menurun dengan cederanya pilar utama mereka Laurent Koscielny. Tetapi Varane dan Umtiti tentunya siap menutup celah yang ditinggalkan. Berstatus juara grup A kualifikasi zona Eropa, Paul Pogba dkk. siap untuk mengulang sejarah 1998 untuk kembali meraih gelar juara dunia.
Positif : skuat muda dengan kualitas mumpuni
Negatif : cederanya Koscielny, kekurangan pemain kreatif
Mantan raja dunia setelah memenangi Piala Dunia 2010 (diapit oleh 2 gelar juara Eropa) ingin kembali ke puncak kejayaan. Diilhami oleh merajanya klub-klub Spanyol di tanah Eropa (Real Madrid juara UCL 3x, Atletico Madrid juara Europa League), timnas Spanyol mengais asa menuju juara dunia sekali lagi. Spanyol tak pernah kekurangan pemain-pemain berkualitas kelas dunia, dan edisi Piala Dunia kali ini rasanya dengan skuat yang dibawa ke Rusia, Spanyol bisa kembali juara.
Datang ke Rusia sebagai juara grup G di kualifikasi zona Eropa, Spanyol membawa muka-muka lama yang dikombinasikan dengan beberapa pemain muda untuk melengkapi kualitas yang ada. Jangan heran Julen Lopetegui kesulitan menentukan 23 pemain yang akan dibawanya, sehingga nama-nama besar macam Morata, Fabregas, Marcos Alonso, dan Bellerin terpaksa dipinggirkan. Pemain-pemain senior seperti Iniesta, Silva, Pique, dan Ramos sekarang dipadukan dengan talenta muda seperti Isco, Asensio, dan Vazquez. Masih mengandalkan tipe permainan tiki-taka, Spanyol ingin kembali merajai dunia dan kans itu terbuka lebar.
Positif: kualitas pemain di atas rata-rata
Negatif: banyaknya pemain debutan bisa mempengaruhi mental tim
Portugal
Juara Euro 2016 ini hendak menyandingkannya dengan gelar juara dunia. Tidak banyak tim yang mampu melakukannya, Jerman dan Spanyol sudah lebih dulu membuktikan bahwa mereka bisa, namun Portugal bukan Jerman atau Spanyol. Tidak seperti langkah di Euro 2016 di mana tertatih-tatih di babak penyisihan grup dan menang adu penalti di 16 besar dan perempat final bisa mengantar mereka menjadi juara, iklim Piala Dunia jauh berbeda dari itu dengan kualitas tim-tim lawan jauh lebih baik.
Mengandalkan Cristiano Ronaldo saja tidak cukup. Memang bisa dibuktikan di final Euro 2016 bahwa tanpa Ronaldo pun Portugal bisa juara, namun tanpa Ronaldo yang mencetak 15 gol di kualifikasi zona Eropa (top skor kedua, 50% jumlah gol Portugal di kualifikasi) sepertinya Portugal belum tentu lolos ke Rusia sebagai juara grup B. Portugal memang tidak diunggulkan untuk bisa meraih juara, namun kejutan tentu saja bisa terjadi dan Portugal siap memberikan kejutan.
Positif: kualitas sebagai juara Eropa
Negatif: terlalu mengandalkan Cristiano Ronaldo
Belgia
Unggulan sejuta umat namun tanpa prestasi, itu lah Belgia. Kualitas pemain mumpuni di masa keemasan ini membuat Belgia dijagokan juara sejak Piala Dunia 2014 dan Euro 2016. Namun apa daya, kualitas permainan mereka kala menjalani laga di ajang sesungguhnya sungguh jauh dari ekspektasi. Menang susah payah dari Amerika Serikat lalu kalah dari Argentina di Brazil 2014, penampilan Belgia lagi-lagi buruk di Euro 2016 setelah kalah memalukan dari Wales. Kali ini Belgia datang ke Rusia untuk menunjukkan bahwa mereka sudah berubah.
Sejujurnya di tangan Roberto Martinez, Belgia tidak lebih baik daripada kala masih ditangani Marc Wilmots. Tapi kualitas pemain-pemain mereka tetap bagus dan berkualitas dunia. Memang tidak dipanggilnya Radja Nainggolan menjadi kontroversi dan akan membuat lini tengah Belgia berkurang dari segi kualitas, namun Belgia akan cukup mampu memberikan perlawanan bagi tim-tim unggulan untuk berebut menuju tahta dunia asal setiap pemain mampu memberikan yang terbaik kala bertanding di lapangan.
Positif: kualitas pemain bagus berkualitas di atas rata-rata
Negatif: kualitas Roberto Martinez dan tidak dipanggilnya Radja Nainggolan
Kroasia
Unik memang menempatkan Kroasia di daftar tim kuda hitam. Tim yang bahkan kalah dari Islandia di babak kualifikasi grup dan harus menempuh jalur play-off untuk datang ke Rusia. Namun jika melihat komposisi pemain yang dibawa ke Rusia, sungguh aneh tidak menempatkan Kroasia sebagai unggulan atau bahkan kuda hitam karena kualitas pemain terutama lini tengah sangat mewah.Â
Badelj (Fiorentina), Brozovic, Perisic (Inter Milan), Rakitic (Barcelona), dan duo juara UCL Modric dan Kovacic menghiasi lini tengah Kroasia. Lini depan pun tak kalah mentereng, Pjaca dan Mandzukic (Juventus), serta Kalinic (AC Milan) siap menajdi juru gedor. Di lini belakang ada finalis UCL Dejan Lovren (Liverpool) dan juara Europa League Vrsaljko (Atletico) yang siap mengawal gawang Subasic (Monaco). Dengan komposisi demikian kiranya layak menempatkan juara ketiga Piala Dunia 1998 ini untuk mencoba meraih juara.
Positif: kualitas pemain terutama lini tengah sangat baik
Negatif: sering tampil di bawah performa, tidak mampu menandingi kualitas tim yang lebih baik seperti Brazil dan Jerman
Islandia
Negara terkecil di Piala Dunia 2018 ingin membuat kejutan. Kejutan pertama kala Islandia mampu lolos hingga perempat final Euro 2016 sebelum ditundukkan tuan rumah Perancis kala itu. Permainan kolektif dan serangan balik cepat yang ditunjukkan pemain-pemain Islandia mengundang banyak simpati dan decak kagum. Tidak berhenti di situ, Islandia berhasil menjuarai grup I kualifikasi zona Eropa untuk lolos langsung untuk pertama kalinya ke ajang Piala Dunia. Tidak ada pemain bintang kelas dunia seperti Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo di tim Islandia, namun permainan kolektif mereka akan mampu menghadirkan kejutan. Siapa tahu Islandia bisa mencetak sejarah.
Positif: permainan kolektif
Negatif: kualitas pemain di bawah tim-tim unggulan lainnya
TIDAK DIPERHITUNGKAN
 Menjagokan Inggris sebagai juara dunia sungguh melelahkan. Selalu digadang-gadang siap menjadi juara namun kandas di tengah jalan karena permainan yang buruk di ajang besar sesungguhnya. Dan Inggris 2018 rasanya akan kembali gagal. Mengapa? Tim ini muda, dipimpin oleh kapten muda dan pelatih muda. Rataan usia pemain Inggris kali ini hanya 25,6 tahun dengan pemain paling tua berusia 32 tahun (Ashley Young dan Gary Cahill) serta pemain paling muda 19 tahun (Trent Alexander Arnold). Diisi banyak muka-muka baru tanpa pengalaman di ajang besar rasanya sulit mengharapkan Inggris untuk juara di Rusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H