Mohon tunggu...
Andra Satria
Andra Satria Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Tradisi Tulak Bala, Salah Satu Kekayaan Budaya Daerah Solok

29 Juni 2024   13:00 Diperbarui: 29 Juni 2024   13:14 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Solok, sebuah daerah yang terletak di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia, adalah wilayah yang kaya akan keindahan alam dan budaya yang khas. Dikenal sebagai salah satu sentra pertanian terbesar di Sumatera Barat,Solok memiliki lahan subur yang menghasilkan berbagai komoditas unggulan, seperti beras, sayuran, dan buah-buahan. Keberagaman budaya dan tradisi yang masih terjaga dengan baik, serta keramahan penduduknya, menjadikan Solok sebagai destinasi yang menawarkan pengalaman wisata yang unik dan autentik. Selain itu, berbagai potensi ekonomi dan pembangunan infrastruktur yang terus berkembang, menjadikan Solok sebagai daerah yang semakin maju dan berdaya saing tinggi di tingkat nasional.

Di tengah hamparan sawah yang luas membentang, lahirlah sebuah tradisi yang dikenal dengan nama Tulak Bala  (Tolak Bala).Tulak Bala adalah salah satu tradisi khas yang masih dilestarikan oleh masyarakat Solok, Sumatera Barat. Tradisi ini merupakan ritual adat yang dilakukan untuk menolak bala atau musibah,dan meminta permohonan agar panen padi melimpah serta perlindungan dan keselamatan dari Tuhan Yang Maha Esa. Dalam pelaksanaannya, Tulak Bala melibatkan berbagai elemen budaya Minangkabau, seperti pembacaan doa, pemotongan hewan kurban, dan upacara adat yang dipimpin oleh tokoh adat atau ulama setempat. Prosesi ini biasanya diadakan pada waktu-waktu tertentu, terutama ketika masyarakat merasa ada ancaman atau tanda-tanda alam yang tidak biasa. Melalui Tulak Bala, masyarakat Solok tidak hanya mempererat hubungan sosial di antara mereka, tetapi juga memperkuat keimanan dan rasa syukur kepada Sang Pencipta. Tradisi ini mencerminkan kearifan lokal yang kaya dan menjadi salah satu simbol ketahanan budaya di tengah modernisasi yang terus berkembang.

Asal Usul Tradisi 

Sumber :Kompas.id
Sumber :Kompas.id

Masyarakat Minangkabau telah mengenal paham animisme dan dinamisme sejak dahulu kala. Mereka percaya bahwa setiap makhluk gaib itu ada yang baik dan ada  pula yang jahat. Dan awal mula upacara 'tulak bala' dari keyakinan masyarakat akan adanya kekuatan diluar diri manusia. Makhluk tersebut mampu mempengaruhi, merubah dan menghancurkan kehidupan manusia. Sehingga manusia harus menjaga makhluk ini agar tidak murka.Walaupun manusia telah berusaha menjaga,akan tetapi kesalahan dapat saja terjadi karena ketidaksengajaan.

Menurut istilah 'tulak bala' yang terdiri dari dua kata yaitu 'tolak' dan 'bala'. 'Tolak' barati penolakan; usaha untuk menghindari,menangkal,sedangkan 'bala' berarti bahaya yang dating tiba-tiba. Jadi tolak bala bararti usaha untuk menghindari bahaya yang datangnya bukan dari manusia melainkan makhluk gaib dan kekuatan- kakuatan alam yang membahayakan keselamatan masyarakat atau yang menyebabkan berkurangnya hasil panen,gagal panen dan juga untuk melindungi masyarakat dari bencana.

Masyarakat Minangkabau mengenal istilah tradisi Tolak Bala dengan sebutan Bakaua. Bakaua adalah sebuah tradisi berkenanaan dengan pertanian yang terdapat dibeberapa daerah di Minangkabau.Tradisi ini yaitunya samacam ritual tolak bala yang dilakukan sebelum atau bersamaan dengan kegiatan turun kesawah atau proses awal mengerjakan sawah. Masyarakat percaya akan melindungi mereka dari segala marabahaya dan bancana. Saat ini, tradisi bakaua perlahan mulai hilang di tengah masyarakat, Beberapa daerah yang masih melakukan tradisi bakaua seperti daerah Solok, Sijunjung, dan Tanah Datar.

Mengenal Pelaksanaannya

Dilansir dari sumber Oktaria (2021),bahwa ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Kota Solok,Rusli Sulaiman mengatakan bahwasannya tulak bala merupakan tradisi turun-temurun yang masih dipegang teguh oleh masyarakat setempat dan secara rutin dilakukan tiap tahunnya.

Acara ini biasanya dipimpin oleh "orang siak" atau pemukaan keagamaan yang ada dinagari. Orang siak yang dipilih yaitunya yang melalui kesepakatan bersama. Tugasnya adalah memimpin warga berdoa kepada allah agar tanaman padi dapat tumbuh subur serta agar masyarakat dapat hidup rukun dan damai terhindar dari bala bencana.

Pakaian yang dikenakan peserta disesuaikan dengan tempat pelaksanaanya. Pada acara bakaua ketek yang tempat pelaksanaannya berada dilokasi kegiatan,maka pakaian kaum laki -- laki ikut dalam acara bakaua memakai pakaian kerja biasa, sedangkan orang siaknya tetap memakai pakaian keagamaan, baik dalam acara bakaua ketek maupun acara bakaua gadang. Sementara itu, dalam acara bakaua gadang pakaian bagi kaum laki -- laki disesuaikan dengan status sosialnya  ditengah -- tengah masyarakat, sekiranya dia seorang penghulu maka pakaiannya haruslah pakaian penghulu, bagi kaum perempuan, terutama ipa bisan, tetap memakai baju kuruang basiba berwarna hitam.

Dalam pelaksanaannya, tradisi tulak bala ini dilakukan dengan sangat hati-hati dan penuh kekhusyukan. Para peserta membentuk barisan mengelilingi sawah, sambil membaca tasbih untuk mengagungkan nama Allah dan mengumandangkan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam beberapa momen selama ritual, mereka berhenti sejenak untuk berdoa. Suara teriakan riang juga terdengar di antara peserta, menciptakan suasana yang begitu meriah.

Selesai berjalan keliling sawah, ritual tulak bala biasanya diakhiri dengan makan bersama di sebuah gazebo. Gazebo ini biasanya menjadi tempat beristirahat dan menjadi tempat berkumpulnya para petani saat mengolah sawah mereka. Aneka hidangan disediakan dengan menu santap makanan khas Solok. Tidak lupa nasi yang diolah dari bareh Solok atau beras Solok yang terkenal itu juga terhidangkan. " Semoga sawah Solok ini terus memberikan penghidupan kepada kita semua," demikian doa yang terucap dari pemimpin doa yang disambut " Amiiinnnn" oleh peserta yang hadir ( Kumuro, 2021).


Ritual ini dilaksanakan pada setiap musim tanam, ketika padi berumur satu pekan. Tujuannya yaitu agar tanaman padi terhindar dari hama tikus dan wereng, serta menghasilakan panen padi yang melimpah. Hasil panen yang baik  menjadikan harapan dan dambaan oleh semua petani di Solok. Selain itu do'a tolak bala diperuntukkan agar terhindar dari segala macam bencana dan malapetaka ataupun hal buruk lainnya.

Nilai Makna Yang Terkandung

Bakaua adat ini mengandung makna ucapan syukuran kepada Tuhan Yang Maha Esa dan meminta kepada Tuhan agar memberikan rezeki yang lebih banyak dari tahun- tahun yang sebelumnya dalam hal hasil pertanian. Tujuan lain dari upacara bakaua adat adalah meningkatkan silahturahmi antar sesama, meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa karena semua orang yang mengikuti acara bakaua adat ini dianjurkan menggunakan pakaian muslim dan khusus bagi kaum perempuan diwajibkan memakai baju kurung yang merupakan baju keberan orang Minagkabau (Yuniarti, 2015).

Di era sekarang, ritual ini digelar sebagai upaya melestarikan tradisi warisan leluhur sekaligus menarik minat wisatawan untuk datang ke Solok. Areal persawahan Solok oleh pemerintah setempat telah ditetapkan sebagai Agrowisata andalan Kota Solok. Untuk mendukung hal ini,berbagai fasilitas, seperti gazebo,telah dipasang untuk lebih  memanjakan pengunjung.


Dengan rasa syukur dan kekayaan budayanya yang begitu memikat, tradisi Tulak Bala di Solok adalah cerminan dari keindahan kehidupan dan kultur yang masih lestari di tengah-tengah masyarakat. Lebih dari sekadar ritual, Tulak Bala adalah perwujudan cinta dan kepedulian terhadap tanah, budaya, dan tradisi leluhur. Dengan tradisi Tulak Bala, Solok mempertahankan warisan lama yang tak ternilai harganya dan membuka pintu bagi orang-orang dari seluruh dunia untuk memahami kekayaan budaya Indonesia. Semoga tradisi ini tetap hidup dan terus berkembang, menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk melestarikan warisan nenek moyang mereka dan merayakan kekayaan budaya yang ada di "Bumi Ranah Minang."(Akbar, 2023 ).


Perlu diingat pelestarian budaya itu penting,kita yang berada di generasi Z yang tumbuh  dalam dunia serba digital dan canggih juga perlu untuk menjaga warisan budaya kita yang kaya akan nilai -- nilai leluhur, dan makna hidup yang berarti didalamnya. Bahakan, dalam era yang serba digitalisasi ini kita bisa lebih mudah melestarikan budaya dengan  memanfaatkan media, seperti media elektronik disana kita bisa mempublisnya disana.Kita anak muda sebagai penerus dan harapan bangsa harus bisa melestarikan dan mencegah kekayaan -- kekayaan budaya Indonesia ini agar tidak pudar.

Sumber :

Akbar C.F.,(2023). Menyelami Keindahan Tradisi Tulak Bala: Merayakan Kekayaan Budaya Solok.https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/11/01/menyelami-keindahan-tradisi-tulak-bala-merayakan-kekayaan-budaya-solok

Kumoro, H.S., (2021). Tulak Bala, Ritual Tulak Bala Untuk Panen Padi Melimpah di Solok. https://www.kompas.id/baca/dikbud/2021/08/22/tulak-bala-ritual-tolak-bala-untuk-panen-padi-yang-melimpah-di-solok
Oktaria .,(2021).Agar Terhindar Hama Tanaman ,Petani di Solok Gelar Doa Tolok Bala. https://www.gatra.com/news-525903-Gaya%20Hidup-agar-terhindar-hama-tanaman-petani-di-solok-gelar-doa-tolak-bala.html
Mahmud Emil.,(2021). Tulak Bala Sebagai Kearifan Lokal, Yang jadi Tradisi di Tengah Kemajuan Zaman. https://padang.tribunnews.com/2021/11/03/tulak-bala-sebagai-kearifan-lokal-yang-jadi-tradisi-di-tengah-kemajuan-zaman#google_vignette
Mutia, Manda.,(2021)  Tolak Bala. https://www.scribd.com/document/493924384/TOLAK-BALA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun