Mohon tunggu...
Andra Satria
Andra Satria Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Tradisi Tulak Bala, Salah Satu Kekayaan Budaya Daerah Solok

29 Juni 2024   13:00 Diperbarui: 29 Juni 2024   13:14 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pakaian yang dikenakan peserta disesuaikan dengan tempat pelaksanaanya. Pada acara bakaua ketek yang tempat pelaksanaannya berada dilokasi kegiatan,maka pakaian kaum laki -- laki ikut dalam acara bakaua memakai pakaian kerja biasa, sedangkan orang siaknya tetap memakai pakaian keagamaan, baik dalam acara bakaua ketek maupun acara bakaua gadang. Sementara itu, dalam acara bakaua gadang pakaian bagi kaum laki -- laki disesuaikan dengan status sosialnya  ditengah -- tengah masyarakat, sekiranya dia seorang penghulu maka pakaiannya haruslah pakaian penghulu, bagi kaum perempuan, terutama ipa bisan, tetap memakai baju kuruang basiba berwarna hitam.

Dalam pelaksanaannya, tradisi tulak bala ini dilakukan dengan sangat hati-hati dan penuh kekhusyukan. Para peserta membentuk barisan mengelilingi sawah, sambil membaca tasbih untuk mengagungkan nama Allah dan mengumandangkan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam beberapa momen selama ritual, mereka berhenti sejenak untuk berdoa. Suara teriakan riang juga terdengar di antara peserta, menciptakan suasana yang begitu meriah.

Selesai berjalan keliling sawah, ritual tulak bala biasanya diakhiri dengan makan bersama di sebuah gazebo. Gazebo ini biasanya menjadi tempat beristirahat dan menjadi tempat berkumpulnya para petani saat mengolah sawah mereka. Aneka hidangan disediakan dengan menu santap makanan khas Solok. Tidak lupa nasi yang diolah dari bareh Solok atau beras Solok yang terkenal itu juga terhidangkan. " Semoga sawah Solok ini terus memberikan penghidupan kepada kita semua," demikian doa yang terucap dari pemimpin doa yang disambut " Amiiinnnn" oleh peserta yang hadir ( Kumuro, 2021).


Ritual ini dilaksanakan pada setiap musim tanam, ketika padi berumur satu pekan. Tujuannya yaitu agar tanaman padi terhindar dari hama tikus dan wereng, serta menghasilakan panen padi yang melimpah. Hasil panen yang baik  menjadikan harapan dan dambaan oleh semua petani di Solok. Selain itu do'a tolak bala diperuntukkan agar terhindar dari segala macam bencana dan malapetaka ataupun hal buruk lainnya.

Nilai Makna Yang Terkandung

Bakaua adat ini mengandung makna ucapan syukuran kepada Tuhan Yang Maha Esa dan meminta kepada Tuhan agar memberikan rezeki yang lebih banyak dari tahun- tahun yang sebelumnya dalam hal hasil pertanian. Tujuan lain dari upacara bakaua adat adalah meningkatkan silahturahmi antar sesama, meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa karena semua orang yang mengikuti acara bakaua adat ini dianjurkan menggunakan pakaian muslim dan khusus bagi kaum perempuan diwajibkan memakai baju kurung yang merupakan baju keberan orang Minagkabau (Yuniarti, 2015).

Di era sekarang, ritual ini digelar sebagai upaya melestarikan tradisi warisan leluhur sekaligus menarik minat wisatawan untuk datang ke Solok. Areal persawahan Solok oleh pemerintah setempat telah ditetapkan sebagai Agrowisata andalan Kota Solok. Untuk mendukung hal ini,berbagai fasilitas, seperti gazebo,telah dipasang untuk lebih  memanjakan pengunjung.


Dengan rasa syukur dan kekayaan budayanya yang begitu memikat, tradisi Tulak Bala di Solok adalah cerminan dari keindahan kehidupan dan kultur yang masih lestari di tengah-tengah masyarakat. Lebih dari sekadar ritual, Tulak Bala adalah perwujudan cinta dan kepedulian terhadap tanah, budaya, dan tradisi leluhur. Dengan tradisi Tulak Bala, Solok mempertahankan warisan lama yang tak ternilai harganya dan membuka pintu bagi orang-orang dari seluruh dunia untuk memahami kekayaan budaya Indonesia. Semoga tradisi ini tetap hidup dan terus berkembang, menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk melestarikan warisan nenek moyang mereka dan merayakan kekayaan budaya yang ada di "Bumi Ranah Minang."(Akbar, 2023 ).


Perlu diingat pelestarian budaya itu penting,kita yang berada di generasi Z yang tumbuh  dalam dunia serba digital dan canggih juga perlu untuk menjaga warisan budaya kita yang kaya akan nilai -- nilai leluhur, dan makna hidup yang berarti didalamnya. Bahakan, dalam era yang serba digitalisasi ini kita bisa lebih mudah melestarikan budaya dengan  memanfaatkan media, seperti media elektronik disana kita bisa mempublisnya disana.Kita anak muda sebagai penerus dan harapan bangsa harus bisa melestarikan dan mencegah kekayaan -- kekayaan budaya Indonesia ini agar tidak pudar.

Sumber :

Akbar C.F.,(2023). Menyelami Keindahan Tradisi Tulak Bala: Merayakan Kekayaan Budaya Solok.https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/11/01/menyelami-keindahan-tradisi-tulak-bala-merayakan-kekayaan-budaya-solok

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun