Terdengar gemuruh kecil di antara para tamu, sementara itu, Ethan terlihat terkejut, kebingungan dan terdiam, mencerna kata-kata Amanda. Di tengah ketegangan, suasana pesta berubah menjadi hening. Semua mata tertuju pada Ethan dan Amanda, menunggu dengan napas tertahan untuk melihat bagaimana peristiwa yang tak terduga ini akan berkembang.
"Anakmu, Jennifer, mungkin sangat berbahagia dengan rencananya untuk melanjutkan sekolah di Paris dan tinggal di vila ini. Tetapi, jangan lupakan bahwa kamu telah meninggalkan aku, ibuku, terlantar 20 tahun yang lalu. Ingat itu. Saatnya bagiku untuk membalas sakit hati ibuku."Â
Amanda melanjutkan. Kata-kata Amanda menimbulkan keheningan yang mencekam di antara para tamu. Mereka memandang satu sama lain, merasa terjebak di tengah konfrontasi keluarga yang tak terduga ini. Sementara itu, Jennifer merasakan beban emosional yang mendalam.Â
Dia tidak bisa menahan rasa sesak di dadanya, merasa bersalah atas ketidaksetiaan daddynya terhadap Riyanti, perempuan masanya lalu di Bali. Jennifer menyadari bahwa ada masalah yang belum terselesaikan di antara daddynya, Amanda dan Riyanti, dan pertemuan ini membuka luka lama yang belum sembuh.
Situasi menjadi semakin tegang ketika Amanda, melangkah semakin dekat dihadapan Ethan, sambil membawa belati yang keluar dari jaketnya. Teriakan kepanikan memenuhi pesta. Ethan, yang terkejut dan takut, melihat dengan kebingungan saat Amanda mendekatinya dengan ekspresi marah. Ethan mencoba untuk berbicara dengan tenang, "Amanda, calm down. Let's talk about this."
Dan kemudian, dalam sekejap mata, Amanda, dengan ekspresi marah yang tak terbendung menusukkan belati ke arah dada Ethan sambil berteriak, "Inilah balas dendamku atas sakit hati ibuku!". Dalam momen yang menegangkan itu, belati telah menyentuh dada Ethan, Ethan merasakan getaran yang menusuk-nusuk di tubuhnya, nafasnya terengah-engah, dan melumpuhkan menyelubungi dirinya. Namun, meskipun dalam kondisi yang genting, dia masih bisa berbicara dengan susah payah.
"Amanda, forgive me for everything that happened. It's true , I left you in Bali without any news. Papa is indeed guilty." desis Ethan, suaranya terputus-putus menahan rasa sakit, kata-katanya terdengar terputus-putus, disertai dengan isak tangis. Ethan mengalami rasa menyesal yang mendalam.Â
Dengan belati yang masih tertancap di dadanya, Ethan mulai tersungkur ke lantai dengan wajah pucat dan napas yang terengah-engah. Darah mulai mengalir dari luka di dada Ethan. Sementara Ethan terbaring tersungkur di lantai, Amanda melihat ke arah Ethan dengan ekspresi sinis.Â
Dia menatap belati yang masih tertancap di dada Ethan dengan tatapan dingin. Dengan gerakan perlahan, Amanda mengambil belati dari dada Ethan, membuatnya terlepas dari dada Ethan.Â
Dia memegang belati itu dengan tangan gemetar, memperhatikan dengan dingin darah yang menetes dari ujungnya ke lantai. Kemudian, Amanda, membuang belati itu ke lantai dengan kasar, membiarkannya jatuh dengan suara yang keras. Ekspresi wajahnya tidak menggambarkan penyesalan, tetapi lebih mirip kepuasan.
Di sekelilingnya, suasana tegang masih terasa, para tamu tercengang oleh tindakan Amanda. Beberapa dari mereka masih terkejut. Amanda meninggalkan kerumunan dengan langkah mantap, meninggalkan suasana tegang. Para tamu masih terdiam, terpaku oleh apa yang baru saja mereka saksikan. Mereka memandang ke arah Amanda yang pergi dengan perasaan campuran antara kebingungan, ketakutan, dan keterkejutan. Tidak ada yang berani bergerak atau berbicara, terpaku oleh keadaan yang tak terduga ini.