Mohon tunggu...
A. S. Narendra
A. S. Narendra Mohon Tunggu... Administrasi - Tunggu sebentar, tulisan belum selesai diketik...

Jika kau bukan anak raja dan bukan anak Ulama besar, maka menulislah. --Imam Ghazali.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Tri Mas Kenthir Bersenjata Pena, Sebuah Kisah Penulis Gila

9 April 2014   21:13 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:51 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gagah dan Guntur, dua teman Ady bagaikan ikan kakap yang telah menemukan samudera. Ady masih seperti ikan teri. Tersamar di antara ikan teri lainnya. Cita-citanya hampir tidak masuk akal. Ady bermimpi menjadi ikan Paus. Ikan yang konon pernah menelan Nabi Yunus. Karena itulah hingga kini Ady masih saja melafalkan doa yang dipanjatkan Nabi tersebut ketika Beliau berada di perut ikan. Doa memohon ampun yang berbunyi:

“Tiada Tuhan melainkan Engkau (ya Allah)! Maha Suci Engkau (daripada melakukan aniaya, tolongkanlah daku)! Sesungguhnya aku adalah dari orang-orang yang menganiaya diri sendiri”

Ya... hingga kini Ady masih nestapa. Hatinya yang lembut nan polos membuatnya banyak penipu tertarik untuk mengerjainya, bahkan ketika renovasi rumah kontrakannya baru-baru ini, Ady ditipu. Hobi Ady membaca pernah membuatnya hampir gila.

Ady sekarang masih menganggur. Jalur aman yang ditempuhnya, yaitu sebagai pekerja di perusahaan sebagai praktisi SDM (baca: HRD) masih belum menuntunnya ke jalan yang terang. Jalur aman karena kedua rekan Ady sedikit menyimpang dari jalur kegemaran para lulusan Psikologi sebagai personalia. Kini, selain menyebar lamaran sebagai HRD Manager, jabatan terakhirnya, Ady akhirnya setia kepada jalan yang berkali-kali diwasiatkan almarhum Ayahnya, yaitu Jalan Pena.

Masih dengan karakter Ady yang tidak berubah sejak dulu, pemalu dan pendiam, Ady selalu bersembunyi dibalik topeng. Tak kurang dari seribu topeng yang dimilikinya. Topeng terbaik yang menjadi kesukaannya adalah topeng Malaikat Maut. Topeng itu adalah wujud kerinduannya terhadap maut. Hanya Malaikat Maut yang membuatnya tersenyum karena cita-citanya adalah menjemput maut demi membela bangsa... menemui Tuhan.

[caption id="attachment_330942" align="aligncenter" width="504" caption="Penulis Buta Bertopeng Tengkorak, Ady (berbagai sumber hasil Googling)"]

13970266821373788909
13970266821373788909
[/caption]

Denpasar, 9 April 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun