Mohon tunggu...
andra nuryadi
andra nuryadi Mohon Tunggu... Konsultan - bekerja 20 tahun lebih di media, memiliki laboratorium kreativitas konten

Creative Addiction; Media Practitioner; Journalist

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Komunikasi Lemah, Literasi Payah, PPATK Digoyah

29 Maret 2023   17:31 Diperbarui: 29 Maret 2023   17:34 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nyaris sulit ditemui. Konten yang dibuat dan disebarkan melalui kanal-kanal tersebut umumnya berupa seremonial, ucapan di momen-momen festive, atau kredensial tentang lembaga dan sepak terjangnya.

Pendek kata dari segi konten, lebih banyak didominasi oleh publikasi. Konten edukasi dapat ditemui, namun hampir kebanyakan berbasis tema-tema berkasus. Jarang mengungkap pengetahuan mendasar (basic knowledge) yang dibutuhkan oleh segala jenis lapisan masyarakat.

Website lebih banyak diisi oleh kredensi PPATK itu sendiri, termasuk informasi aktivitas yang dilakukan oleh karyawannya. Beberapa memang akses publik seperti akses pelaporan maupun LPSE.

Pendek kata rumah informasi PPATK tidak menyediakan ruang-ruang yang luas berupa konten yang bersifat literatif.

RESPON AUDIENS

Lalu bagaimana produksi konten yang di beberapa media sosial tampak produktif bermanfaat bagi masyarakat?

Kita dapat melihat respon audience (engagement). Di Instagram misalnya, dengan jumlah follower sebanyak 28,9 ribu, rata-rata like berkisar 100 atau 0,003 persen. Dari beberapa cermatan, konten berbau informasi pengetahuan (wiki) lebih banyak menarik like, dibandingkan seremonial. Hanya saja jumlah konten seperti di atas sangat minim.

Jumlah subscriber YouTube PPATK telah mencapai 12 ribuan lebih. Frekuensi naiknya konten rata-rata per bulan 4-5 buah. Namun, tampaknya minim konten yang menarik animo audiens. Rata-rata views di angka 200 hingga 250 saja. Bahkan konten storytelling berupa drama pun tidak menarik perhatian.

Begitu pula dengan Twitter. Aset audiens di platform ini adalah terbanyak, menembus 103,3 ribu follower. Impresi rata-rata pada setiap postingan tidak merata. Untuk postingan yang bersifat seremonial dapat mencapai ribuan bahkan puluhan ribu impresi. Sementara yang bersifat informatif sekitar 2000-an impresi. Tetapi tidak dibarengi dengan tingkat engagement yang tinggi di metrik Retweet, Reply maupun Like.

Secara umum, kanal-kanal own media untuk kepentingan komunikasi tersebut tidak optimal. Terkesan sekadar nice to have, asal ada. Strategi konten pun tidak tampak dipergunakan sebagai sebuah cara untuk mengelaborasi jenis-jenis konten.

PUBLIC COMMUNICATION 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun