Dada Warno membuncah ketika melihat bos Amir dan Suti sang penyanyi memasuki hotel. Celakanya di saat Warno menyaksikan di saat itu pula bos Amir melihatnya.
Juleka, istri Dulah kabarnya tahu soal gosip tersebut. Makanya, ia pun lalu coba-coba menghubung-hubungkan, membuat telaah-telaahan sendiri. Â Jangan-jangan ini cuma karangan belaka. Hanya cerita bikinan bos Amir yang terlanjur ketahuan. Sekitar 15 orang yang menyesaki warkop Cak Kesro sama pula pikirannya.
Cak Kesro kerepotan. Sembari tangannya menyiap-nyiapkan pesanan para tamu, telinga dan pandangannya mengarah ke kumpulan orang-orang itu.
"Mana berani Warno memperkosa bu Suti?" tanya Mirah, ibu muda yang banting setir dari sales rokok ke marketing pinjol. Di mata Mirah, juga kebanyakan orang, Warno ibarat Aldebaran di sinetron Ikatan Cinta. Sopan dan penuh tanggung jawab.
Kalo benar bu Suti diperkosa, mestinya dia lapor polisi, pikir Cak Kesro. Biar polisi yang bergerak. "Biar cepat ketangtkap pemerkosanya," katanya.
Tiba-tiba orang-orang seperti tersadar. Kalau terjadi klaim sepihak begini, bisa-bisa ini versi pembuat klaim alias bos Amir. Jadi , mengapa tak bertanya kepada  Warno saja? Bukan kah dia yang dipersangkakan sebagai pelaku oleh bos Amir? Toh Warno juga kerap mampir ke warkop Cak Kesro.
Perbincangan belum berhenti. Konspirasinya makin menjadi-jadi, apa lagi lalu disetarakan dengan kisah-kisah di film ini, film itu. Tambah seru.
"Ada mayat! Ada mayat!!!" teriak Bambang, penganguran banyak acara, sembari berlari dengan nafas ngos-ngosan ke arah warkop.
Orang-orang kaget. Gempar. Semuanya keluar berhamburan. Cerita perkosaan belum selesai, kini bertambah dengan penemuan mayat.
Bambang sudah bersama kerumunan. Ia menjadi pusat perhatian. "Mayat Warno di pinggir kali. Kata orang-orang kayaknya terserempet mobil, lalu jatuh dan tewas," terangnya setahu yang ia dapat dari warga kampung sebelah.
Diskusi pagi pemerkosaan Suti selesai dengan berbagai tanda tanya di kepala orang-orang itu. Mungkin hari ini dan seterusnya akan terus menjadi pertanyaan.