"Istriku diperkosa!" amuk bos Amir semalam. Suti yang lara menangis sejadi-jadinya melihat suaminya tiada kontrol. Tapi ia hanya bisa duduk menunduk.
"Istriku diperkosa oleh sopirku! Dasar bajingan kamu, Warno!" teriak bos Amir sekeras-kerasnya. Orang-orang yang berkeluaran hanya diam seperti menyaksikan seorang jendral yang sedang mengamuk tingkat dewa. Tak ada yang berani mendekat, atau minimal menenangkan.
"Bilang....bilang kamu Suti kepada orang-orang, kalau kamu habis diperkosa Warno!" tandas bos Amir ke istrinya. Namun Suti hanya menangis....terus menangis tiada henti.
Ditariknya istrinya itu masuk ke dalam. Lalu, blam!!! Pintu dibanting sehebat-hebatnya. Drama malam itu selesai.
"Dari mana bos Amir tahu istrinya diperkosa, San?" tanya Dulah, pemasok nasi uduk bungkus warkop Cak Kesro.
"Iya, apa iya bos Amir mergoki istrinya diperkosa?" timpal Ronggo, driver ojol yang baru saja dapat pinjaman motor baru.
Untuk konspirasi Ronggo tampaknya tak mungkin. Soalnya hari itu bos Amir dari kemarin pergi ke luar kota mengikuti rapat organisasi pemuda.
Di toko bahan bangunan milik bos Amir kala itu hanya ada Suti yang biasa menjaga. Juga Warno, pria muda lumayan keren yang sudah setahun bekerja di situ.
Kerjaan Warno macam-macam. Dari mengirimkan bahan ke pembeli sampai mengantar Suti pergi-pergi kalau bos Amir lagi sibuk. Mulai mengantar anak-anak Suti ke sekolah hingga menyetrika baju kalau lagi senggang.
Karena itu lah Suti suka sekali. Sudah keren, bisa apa saja dan perhatian.
Cuma memang belakangan ini hati Warno agak kurang tenang. Dua minggu silam ia melihat dengan mata kepalanya bos Amir berduaan bersama perempuan bernama Suti. Bahkan sang bos ini sempat-sempatnya mengantar-jemput Suti ikut audisi di stasiun televisi lokal.